Home > Berita > Umum

Ratusan Anak Suku Akit di Desa Bathinsuir Kepulauan Meranti Hanya Bisa Tamat SD

Ratusan Anak Suku Akit di Desa Bathinsuir Kepulauan Meranti Hanya Bisa Tamat SD

Ilustrasi/Suasana saat anak-anak Suku Akit di Nerlang belajar di PLK Ikhlas Hati Ibu. (foto: goriau.com)

Minggu, 13 Mei 2018 13:25 WIB
SELATPANJANG, POTRETNEWS.com - Ratusan anak-anak Dusun Parit III Desa Bathinsuir, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (SMP). Mereka merupakan anak-anak dari Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Akit.

Kepala Desa Bathinsuir, Ahmad Tarmizi, mengungkapan, ratusan anak-anak Suku Akit yang tidak melanjutkan sekolah disebabkan tidak adanya sekolah tingkat menengah pertama (SMP) di desa mereka.

”Desa kami hanya punya SD, sebab itu banyak anak-anak yang hanya sampai SD saja. Hampir seratus anak," ujar Ahmad Tarmizi, Senin (7/5/2018) lalu.

Dilansir potretnews.com dari tribunnews.com, Tarmizi mengatakan, sebenarnya ada SMP satu atap di desa tetangga, Desa Lukun. Namun, akses transportasi dari Dusun Parit III, Desa Sungaisuir sangat sulit.

Untuk sekolah ke Desa Lukun, mereka harus menyeberangi selat selama 45 menit menggunakan perahu pompong. Tapi tidak semua warga yang memiliki perahu tersebut. "Hanya sedikit saja warga yang punya pompong, hanya para nelayan saja," ujarnya.

Tarmizi mengungkapkan, dari dua dusun di desanya, Dusun Parit III merupakan dusun yang terisolir. Sebab, dusun tersebut dikelilingi oleh selat dan sebagian wilayah daratannya masih hutan belantara.

"Akses satu-satunya melalui jalur air, sebab jalan darat menuju ke desa dan dusun satunya lagi, Dusun Saka III juga tidak ada," ujarnya.

Tarmizi berharap intansi terkait bisa membangun SMP di desanya agar anak-anak Suku Akit bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dia juga mengaku prihatin terhadap anak-anak Suku Akit yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya terpaksa berkerja di bedeng-bedeng pengolahan arang. "Karena tidak sekolah, mereka bekerja membantu orang tua mengolah arang," ujarnya.

Pendamping Komunitas Adat Terpencil Kabupaten Kepulauan Meranti M Mahdi mengatakan, tempat tinggal mayoritas Suku Akit di Meranti yang medannya sulit menjadi kendala bagi mereka untuk mengakses pendidikan lanjutan.

Solusi satu-satunya untuk memudahkan anak-anak Suku Akit adalah didirikannya sekolah kelas jauh di permukiman-permukiman Suku Akit.

"Seperti di Dusun Parit III Desa Bathinsuir, Kecamatan Tebingtinggi Timur. Terpisahnya dusun itu oleh selat menyebabkan dusun tersebut terisolir dari segala sektor, termasuk pendidikan," ujarnya.

Selain permukiman yang terpencil, banyaknya anak-anak Suku Akit yang tidak melanjutkan pendidikannya adalah pola pikir Suku Akit yang masih menganggap anak-anaknya sebagai salah satu tulang punggung keluarga.

Anak-anak Suku Akit diharuskan membantu orang tuanya mencari nafkah. ”Mereka tidak menganggap jika pendidikan itu penting. Sebab itu mereka menyuruh anak-anaknya untuk bekerja, kendati usia anak-anak tersebut masih di usia sekolah," ujarnya.

Pembina KAT yang juga Kabid Kabid Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Fakir Miskin, Dinas Sosial Kabupaten Kepulauan Meranti ini mengaku telah menyalurkan sejumlah program kepada masyarakat Suku Akit.

Bantuan tersebut berupa rumah layak huni dan pengembangan ekonomi. "Tiap tahun program-program pemberdayaan Suku Akit terus berjalan. Bahkan pemberdayaan Suku Akit di Desa Sonde, Kecamatan Rangsang Pesisir diapresiasi oleh Kemensos RI," ujarnya.

Dia menegaskan dari 1.608 kepala keluarga (KK) Suku Akit di Meranti, 233 KK sudah mendapatkan pemberdayaan dari pemerintah.

Warga suku Akit yang sudah diberdayakan tersebut tersebar di 6 kecamatan. "Suku Akit di tiga kecamatan lainnya yang belum diperdayakan terdapat di Kecamatan Pulau Merbau, Merbau dan Tasik Putripuyu. Dari tiga kecamatan tersebut terdapat 618 KK," ujarnya. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum, Meranti
wwwwww