Home > Berita > Umum

Pangkalan LPG 3 Kg Bertabur, tapi Warga Pekanbaru Tetap Saja Kesulitan Dapat Bahan Bakar Gas

Pangkalan LPG 3 Kg Bertabur, tapi Warga Pekanbaru Tetap Saja Kesulitan Dapat Bahan Bakar Gas

Ilustrasi.

Senin, 19 Maret 2018 16:27 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Meski Disperindag Pekanbaru sudah ketat melakukan pengawasan di lapangan, namun penyebaran LPG (liquified petroleum gas/gas minyak bumi yang dicairkan, red) 3 Kg, tetap saja bermasalah. Terbukti, ratusan warga di RT 3/ RW 6 Kelurahan Padangterubuk, Kecamatan Senapelan, mengaku masih sulit mendapatkan gas melon di pasaran.

Kondisi ini sudah berapa kali dilaporkan ke pemerintah, termasuk ke Anggota DPRD. Namun tidak ada perubahan sama sekali.

Terakhir warga Padangterubuk, curhat ke Anggota DPRD Pekanbaru Ir Nofrizal MM, yang langsung menemui warga di daerahnya berdomisili.

"Karena kesulitan ini, mereka rata-rata minta dibuat pangkalan (LPG). Memang setelah beberapa hari saya pantau di lapangan, penyebaran gas 3 Kg ini, tidak merata. Masih saja oknum bermain," kata Nofrizal, Senin (19/3/2018), dilansir potretnews.com dari tribunnews.com.

Politisi senior PAN ini yang sering mendapatkan keluhan LPG tersebut, sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan Pertamina, Disperindag dan Hiswana Migas.

Hasilnya, pihak terkait ini mengaku jumlah pangkalan LPG sekarang sudah terlalu banyak. Tidak mungkin ditambah lagi. Sebab, dikhawatirkan terjadi penumpukan nantinya.

Yang harus dilakukan sekarang, lanjut Nofrizal, penyimpangan di sistem penjualan harus diubah. Karena ini lah yang membuat kelangkaan gas melon tersebut.

"Termasuk juga pelaku usaha yang masih menggunakan gas 3 Kg ini, harus ditindak. Tidak hanya sekadar himbauan, tapi pemkot harus bisa mengatasinya," imbuh Nofrizal lagi.

Diakui Nofrizal, meski Disperindag Pekanbaru sudah mengeluarkan surat edaran bagi pelaku usaha, agar tidak menggunakan gas LPG 3 Kg, namun harus ada penekanan kepada pangkalan.

"Butuh ketegasan dari pada pemerintah, baik itu di Pertamina, Siswana Migas, Disperindag atau Diskop. Jangan hanya imbauan semata. Sebab, jika ini terus dilakukan, maka kelangkaan tidak bisa teratasi. Atau ini menjadi permainan pengalihan penghapusan subsidi 3 Kg," demikian penjelasan Nofrizal. ***

Editor:
Akham Sophian

wwwwww