Home > Berita > Siak

Datang ke Riau, Komisi VII DPR RI Temukan Penurunan Lifting Minyak di Bumi Siak Pusako

Datang ke Riau, Komisi VII DPR RI Temukan Penurunan Lifting Minyak di Bumi Siak Pusako

Ilustrasi. (foto: kompas.com)

Minggu, 18 Maret 2018 18:26 WIB
MEDAN, POTRETNEWS.com - Kunjungan resmi Komisi VII DPR RI ke Riau menemukan penurunan lifting (produksi) minyak yang selama ini cukup baik namun kemudian merosot drastis. Hal itu disampaikan Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu di Medan, Kamis (15/3/2018), usai berkunjung dari Riau. ”Kami mengunjungi salah satu lokasi produksi minyak di Bumi Siak Pusako. Ternyata ada penurunan drastis,” tuturnya.

Hal ini katanya, jadi perhatian karena terus menurun. Padahal sangat berbanding terbalik dengan banyaknya potensi sumber daya yang masih bisa untuk ditelusuri lebih jauh.

Hal tersebut juga mengemuka dalam pertemuan dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Kementerian LHK RI, Direktur Hulu Energi PT Pertamina (Persero), Dirut PT Pertamina Hulu Energi, Kepala SKK Migas, Dinas ESDM Provinsi Riau beserta jajarannya di Kantor Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu Energi Riau.

Menurut Gus yang juga Wakil Ketua Fraksi Gerindra, jika dilihat potensinya sangat besar. “Tapi realitasnya, ternyata setiap tahun lifting-nya turun setelah pengambilalihan perusahaan ini dari pihak asing. Berarti ada sesuatu yang tidak beres,” tuturnya, dilansir potretnews.com dari analisadaily.com.

Disampaikan, turunnya lifting migas tersebut seharusnya tidak dikaitkan dengan harga minyak dunia yang sedang turun, serta tidak adanya investasi yang masuk untuk menemukan sumber sumur migas baru. ”Jangan-jangan ini strategi dari mereka karena mau berakhir masa kontraknya. Ini potensinya sangat besar. Seharusnya ada upaya konkret bagaimana agar potensi wilayah galian sumber sumur migas ini memungkinkan untuk dikelola dengan baik,” tambahnya.

Diingatkan pentingnya sinergi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), karena lokasi sumber daya sumur migas terdapat di taman margasatwa.

Dikatakan Kementerian LHK harus memberikan kemudahan terkait dengan persoalan yang dihadapi PT Bumi Siak Pusako ini, dalam mengelola sumber daya migas. Jangan sampai justru dipersulit karena wilayah yang masuk ke dalam taman margasatwa itu.

Komisi VII, menurutnya, berharap ada solusi dari kedua belah pihak agar peluang dilakukannya pengeboran dan eksplorasi sumber daya migas terus meningkat, sehingga bisa menambah pendapatan milik negara, begitu juga dengan pendapatan asli daerah (PAD) setempat.

Menurutnya, menurunnya lifting migas di berbagai wilayah pengeboran memang sering terjadi. “Padahal harusnya kita tetap berupaya menjaga agar produksi minyak tidak terus turun. Termasuk misalnya menjalin kerjasama dengan negara-negara lain. Kerja sama ini dalam strategi penambahan produksi. Atau transaksi dagang yang membantu kecukupan pasok energi dalam negeri,” ungkapnya.

Kerja sama migas
Dikatakan seperti yang sudah pernah diinformasikan bahwa Indonesia misalnya saat ini sudah menjalin kerja sama dengan Iran termasuk di bidang migas (minyak dan gas bumi). Salah satunya dengan pembelian elpiji dan gas dari Iran. Begitupun dengan perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan masuk ke Iran dengan total transaksi tidak lebih dari 300 juta dolar. Namun sebenarnya hal tersebut bisa lebih ditingkatkan lagi karena potensinya bisa lebih dari 2-3 miliar dolar AS per tahunnya.

Dalam kunjungan bersama Menko Perekonomian serta Menteri ESDM (energi dan sumber daya mineral) ke Iran beberapa waktu lalu, sempat dikatakan bahwa Iran merupakan pasar baru, pasar yang cukup potensial bagi Indonesia.

Sayangnya, kata Gus, hal tersebut belum dilaksanakan seutuhnya oleh pemerintah Indonesia. Presiden masih khawatir dengan sanksi ekonomi yang diberikan Amerika Serikat terhadap Iran. Sehingga seluruh transaksi ke Iran, terlebih dahulu harus melalui Dubai atau Turki.

Sedikit berbeda dengan negara tetangga Indonesia yakni Malaysia dan Thailand. Transaksi bisnis kedua negara tetangga Indonesia itu dengan Iran jauh di atas Indonesia. Bahkan kedua negara tersebut sudah mampu membuka direct flight (penerbangan langsung) dari negaranya ke Teheran (Iran). Sementara Indonesia belum ada penerbangan langsung ke Iran.

Delegasi Parlemen Iran yang dipimpin Mahmoud Sadeghi saat bertemu Komisi VII DPR RI juga berharap agar Indonesia mau meningkatkan hubungan kerja sama dengan negaranya. Tidak hanya di sektor migas, melainkan juga di sektor pariwisata. Salah satunya dengan membuka penerbangan langsung dari Indonesia ke Teheran. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Siak, Riau, Umum, Politik
wwwwww