Home > Berita > Riau

Cerita Kesederhanaan Seorang Pejabat di Riau di Tengah Maraknya Korupsi Kepala Daerah; Memilih Mobil Bekas sebagai Kendaraan Dinas

Cerita Kesederhanaan Seorang Pejabat di Riau di Tengah Maraknya Korupsi Kepala Daerah; Memilih Mobil Bekas sebagai Kendaraan Dinas

Syamsuar tengah mengaji di salah satu masjid yang disinggahinya. Gambar kanan, mobil dinas bekas yang dipakainya bertugas melayani masyarakat. Saat ini Syamsuar tengah nonaktif sebagai Bupati Siak karena ikut Pemilihan Gubernur Riau 2018.

Jum'at, 23 Februari 2018 10:15 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Syamsuar (63), satu-satunya kepala daerah di Riau (sekarang nonaktif karena ikut pilkada provinsi, red) yang menggunakan mobil dinas tak terlalu mewah. Dan itu pun mobil bekas. Kesederhanaan ini tidak sekadar basi-basi. Syamsuar dalam kesehariannya memang benar-benar menggunakan mobil dinas Kijang Innova tipe G (standar) yang bekas tahun 2011.

Kijang Innova warna hitam itu dipakainya wara wiri dalam urusan kedinasan ke luar kota. Letak kota Siak, sekitar 80 km arah timur dari Pekanbaru. Jika pun ada undangan pertemuan kepala daerah di Kantor Gubernur Riau, hanya Syamsuar yang menggunakan Kijang Innova. Padahal kepala daerah lainnya, minimal menggunakan Fortuner atau Land Cruiser.

"Ya tidak apa apa saya cuma pakai Innova bekas. Bagi saya, kendaraan Innova itu sudah layak dan nyaman. Yang penting kita bisa sampai tujuan. Saya tidak gengsi lah," kata Syamsuar saat berbincang di warung emperan di tepi sungai Siak di Kota Siak Sri Indrapura, Selasa (23/8/2016) silam.

Syamsuar yang menjabat dua kali Bupati Siak ini, menceritakan, bahwa sebelumnya dia pernah memakai mobil Fortuner itu pun tetap bekas buatan tahun 2006.

Mobil Fortuner itu belakangan suka mogok dan sering keluar masuk bengkel. Karena mobil di bengkel, akhirnya dia menggunakan mobil Kijang Innova yang seharusnya jatah istrinya, Misnarni (53) selaku posisinya Ketua PKK Kabupaten Siak.

"Mobil kijang itu mestinya jatah istri saya selaku Ketua PKK Kabupaten, tapi saya yang memakainya. Ya sudah, istri saya tak pakai mobil," tutur Syamsuar.

Dia merasa bersyukur, karena istrinya juga tidak rewel dalam urusan mobil. Dia bersama istrinya tetap bersepakat hidup dalam kesederhanaan, karena mereka sama-sama berasal dari keluarga sederhana.

Ayah tiga orang anak ini menyadari bahwa mobil dinas bekasnya itu di bawah jatah para kepala dinasnya dan anggota DPRD Siak yang memakai mobil Nissan Xtrail. Malah, pimpinan dewan setempat sudah bolak balik memintanya untuk membeli mobil yang mewah lagi sesuai dengan peraturan yang ada. Namun, Syamsuar tetap memilih Kijang Innova bekasnya itu dengan nomor polisi BM 1 S.

Malah, istrinya jika berkunjung ke rumah sanak familinya di Pekanbaru hanya cukup diantarkan saja. Begitu sampai di Pekanbaru, sang istri belanja pun menggunakan motor.

"Ya kadang ada juga yang bilang, kok istri bupati naik motor belanja ke pasar. Di Siak ini, istri saya juga biasa aja kalau keluar pakai motor," kata Syamsuar alumni APDN itu.

Padahal Syamsuar mantan yang awalnya pegawai honor di Kantor Bupati Bengkalis ini memimpin di daerah yang kaya sumber daya alamnya. Dalam APBD tahun 2016 ini, Kabupaten Siak memiliki anggaran belanja mencapai Rp2,5 triliun. Siak, salah satu kabupaten terkaya di Riau karena penghasil minyak dan gas bumi (migas).

Bila merujuk dengan APBD-nya, maka mustahil baginya untuk bisa menggunakan mobil dinas sekelas Land Cruiser atau Alphard sebagaimana lazimnya kepala daerah yang ada di Riau saat ini.

Tidak jarang juga, Syamsuar dalam keseharian lepas dinas, dia nyetir sendiri baik saat menghadiri kondangan walau sekedar duduk ngopi di warung. Kadang masyarakatnya ada yang kaget seorang bupati datang ke warung minum kopi dengan membawa mobil sendiri.

Syamsuar tidak pernah gengsi bila ada warga di desanya yang mengundang dalam acara hajatan apakah perkawinan atau sunatan. Selagi dia punya waktu, dia akan hadir di acara tersebut. Bila waktunya mepet karena urusan kerja, dia selalu mewakilkan istrinya.

"Kalau kita datang ke rumah masyarakat untuk memenuhi undangnya, merekakan senang. Saya itu paling tidak enak hati, kalau diundang warga saya tak datang. Nanti dikira saya sombong. Justru saya menjaga perasaan itu, kalau PNS yang punya hajatan, saya tidak bisa hadir, mereka pasti ngerti akan kesibukan saya. Kalau warga mereka kan langsung kecil hati nanti," kata Syamsuar.

Mantan pegawai honorer ini juga tidak hobi dalam acar seremonial. Dia selalu berpesan pada camatnya, jika mengundang dirinya atau istrinya selaku Ketua PKK, untuk tidak membuat acara sambutan yang meriah. Apa lagi, bila kecamatan tersebut bukan kali pertama untuk dia kunjungi.

Ada tradisi di budaya Melayu Riau, setiap kepala daerah datang berkunjung di suatu tempat, akan disambut dengan musik kompang (musik tradisional) dibarengi pencak silat.

"Saya selalu sampaikan, tak usah pakai gitu-gitulah (pakai sambutan kompang dan pencak silat). Yang pentingkan acara sukses dan saya bisa hadiri," ucap Syamsuar.

Soal urusan pemadaman listrik PLN pun, Syamsuar juga harus mengalah. Bila terjadi pemadaman bergilir listrik, sebenarnya rumah dinas Bupati Siak ini sudah disediakan mesin genset. Kapan saja jika PLN melakukan pemadaman, mesin genset siap untuk dihidupkan.

Namun kondisi itu tidak dia lakukan. Cerita Syamsuar, beberapa kali terjadi pemadaman listrik lantas menghidupkan genset, banyak warga yang protes. Dia disindir-sindir warga karena listriknya menyala sendiri di tengah gelap gulita di sekitarnya. Padahal, genset yang disediakan atas nama kepala daerah adalah haknya.

"Tapi saya malaslah, dari pada nanti warga saya sakit hati melihat listrik saya menyala sendiri. Kalaupun saya lagi dinas luar kota, saya pesan sama istri dan petuga piket, untuk tidak menghidupkan genset walau listrik padam. Ya sudah, saya sama warga sama-sama pakai lilin saja," tuturnya.

Syamsuar terlahir dari orang tuanya seorang petani sawah Dusun Jumrah, Bangko, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, pada 1 Juni 1954 . Dia merupakan anak pertama dari 8 bersaudara. Awalnya dia hanya sebagai pegawai honorer di tahun 1976 silam. Nasib beruntung kepadanya, dia lulus dalam seleksi APDN (sekarang IPDN) di tahun 1997 silam.

Sebelum menjadi bupati, Syamsuar mengabdi sebagai aparatur sipil negara (ASN) dari jenjang karier terendah sampai pernah menjadi pelaksana tugas bupati Kabupaten Kepulauan Meranti. Selama menjadi PNS, berbagai jabatan sudah dia sang, dari camat sampai terakhir menjadi Stas Ahli Gubernur Riau, semasa pemerintahan Rusli Zainal.

Kesederhanaan kepala daerah yang satu ini, kiranya bisa menjadi contoh suri teladan di tengah hiruk pikuknya pejabat negara tersandung kasus korupsi di tanah air ini. Berita ini dilansir dari detikcom dengan judul: Cerita dari Siak, Saat Bupati Memilih Mobil Bekas sebagai Kendaraan Dinas. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Riau, Umum, Politik, Peristiwa
wwwwww