Home > Berita > Umum

Circle of Islamic Studies Soroti Krisis Dunia Politik dan Tawarkan Paradigma Politik Profetik

Circle of Islamic Studies Soroti Krisis Dunia Politik dan Tawarkan Paradigma Politik Profetik

Suasana diskusi yang digelar Circle of Islamic Studies.

Sabtu, 17 Februari 2018 09:31 WIB
Muhamad Maulana
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Menyikapi dinamika politik akhir-akhir ini, sebuah forum diskusi yang menamakan diri Circle of Islamic Studies (CIS) melihat kecenderungan perilaku elite politik tidak pada konsep idealnya. Hal itu melahirkan antipati masyarakat luas yang berimbas kepada partisipasi yang minim untuk menggunakan hak pilih dalam pemilu atau disebut golongan putih (golput).

Diskusi tersebut diselenggarakan di Kantor Al-Azhar Islamic Tour Jl Arifin Ahmad Pekanbaru, Jumat (16/2/2017). Sebagai pemateri diskusi itu Andi Saputra SUd MAg yang merupakan alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan dihadiri beberapa akademisi antara lain Dr Alimuddin Hasan Palawa dari UIN Suska Riau, Jayus Ssos MIKom akademisi Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) dan beberapa akademisi perguruan tinggi lainnya.

Dalam pemaparan diskusi itu Andi Saputra menyebut bahwa seluruh aspek kehidupan terkait persoalan politik. ”Menurut Plato, politik adalah jalan mewujudkan kebahagiaan. Pada sisi lain, manusia sebagaimana diungkapkan Aristoteles adalah mahluk politik (homo politicus). Karenanya, eksistensi manusia di dunia, berkait berkelindan dengan aspek politik,” paparnya.

Adapun paradigma profetik yang berisi humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar) dan transendensi (ketuhanan) sebagaimana diusung Kuntowijoyo, bahwa Islam menjunjung tinggi usaha-usaha untuk memanusiakan manusia dan melakukan pembebasan manusia dari keterbelakangan, kebodohan dan segala bentuk penindasan.

Oleh sebab itu, jika kata politik disandingkan dengan profetik, maka paradigma yang dibangun bahwa politik semestinya berdiri di atas fondasi nilai nilai kenabian. ”Jika telah demikian, segala bentuk pereduksian makna politik, dapat diminimalisir terjadinya,” sebut pria kelahiran Indragiri Hulu ini.

Terkait dinamika politik di Provinsi Riau, menurut Andi tingginya angka golput bisa jadi dipicu jauhnya perilaku politik para elit dari politik profetik itu sendiri dan tentunya menjadi catatan bagi penyelenggara pilkada.

Solusi yang ditawarkan dalam diskusi ini, diperlukan pemberian pendidikan politik bagi khalayak ramai. Masyarakat harus melek politik dan tidak boleh alergi apalagi sampai pada penentuan sikap tidak memilih alias golput. Karena politik berimplikasi terhadap hak-haknya sebagai umat atau warga negara, mulai dari hukum, sosial bahkan ekonomi.

Penyelengara kegiatan diskusi Abdul Malik Al Munir MHum yang merupakan direktur Cirlcle of Islamic Studies didampingi sekretaris umum Parluhutan Siregar MHum, menyebut bawa Cirlcle of Islamic Studies hadir dan membuat diskusi semacam ini dalam rangka menyikapi femomena sosial keumatan.

”Diskusi yang diselenggarakan ini sudah kali keempat, dan insyaAllah akan ada diskusi lanjutan yang menyorot fenomena sosial kemasyarakatan, selain itu forum ini menjadi wadah bagi para akademisi yang tergabung di dalamnya untuk penggalian dan pengembangan keilmuan,” ujar Malik. (rls)

Kategori : Umum, Pekanbaru, Riau
wwwwww