Perguruan Tinggi Tak Boleh seperti Museum yang Hanya Menceritakan Kesuksesan di Masa Lalu Saja

Perguruan Tinggi Tak Boleh seperti Museum yang Hanya Menceritakan Kesuksesan di Masa Lalu Saja

Ilustrasi.

Jum'at, 29 Desember 2017 18:40 WIB
JEPARA, POTRETNEWS.com - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir tidak ingin perguruan tinggi dan science and technological parks (STP) di Indonesia layaknya museum yang menceritakan kesuksesan di masa lalu saja. Sebaliknya, perguruan tinggi dan STP harus terus menghasilkan inovasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

"Kita jangan sama dengan museum. Museum itu adalah apa yang dihasilkan di masa lalu. Kalau perguruan tinggi bangga dengan capaian masa lalu, itu adalah museum. Kita harus terus menciptakan inovasi-inovasi," kata Nasir saat menunjungi Marine Science and Techno Park (MSTP) Universitas Diponegoro (Undip). MSTP Undip di Pantai Teluk Awur, Kabupaten Jepara, Jumat (29/12/2017).

Nasir mengatakan saat ini ada 9 STP yg berada di bawah Kemristekdikti dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia seperti di Bengkulu, Riau, Palembang, Solo, Sragen, Jepara, Kalimantan Utara, Sumbawa dan Manokwari.

Tiap tahunnya, Kemristekdikti menganggarkan Rp200 miliar untuk riset STP, namun belakangan anggaran turun menjadi Rp130 miliar karena adanya penghematan anggaran.

Dia menargetkan STP di seluruh Indonesia harus langsung dapat mengubah pencaharian masyarakat di sekitarnya.

"Bagaimana nelayan berubah dari mencari pencaharian sehari-hari menjadi fokus ke bisnis. Risiko harus kita hitung, supaya masyarakat, jika memanfaatkan, betul-betul menambah nilai tambah," ungkap Nasir, dilansir potretnews.com dari okezone.com.

Dalam kesempatan itu juga, Nasir memberikan tips agar MSTP Undip dapat menghasilkan inovasi langsung terap.

"Ada kapal datar dari UI, kita bisa deploy ke sini, untuk diteliti. Kalau di tempat lain sudah ada yang bagus. Kita adopt. Kita tidak perlu meriset dari awal," tuturnya.

MSTP Undip ini ditargetkan dapat menjadi pusat penelitian untuk desalinisasi air laut menjadi air tawar untuk kapal-kapal di Indonesia, selain juga menjadi penghasil belur (induk) udang prodiksi dalam negeri, sehingga penambak tidak perlu import dari Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Pemerintahan, Umum, Riau
wwwwww