Home > Berita > Riau

Sepenggal Kisah Sedih Pelajar SMP di Kuantan Singingi; Disuruh Pindah Sekolah lantaran Terlambat Masuk akibat Jalan Berlumpur

Sepenggal Kisah Sedih Pelajar SMP di Kuantan Singingi; Disuruh Pindah Sekolah lantaran Terlambat Masuk akibat Jalan Berlumpur

Jalan lumpur menuju SMP Negeri 1 Kuantan Hilir.

Kamis, 09 November 2017 08:17 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Inilah sepenggal kisah sedih yang dialami sejumlah siswa di SMP Negeri I Kuantan Hilir, Kab Kuansing, Riau. Hanya karena terlambat masuk sekolah akibat jalan yang berlumpur, mereka diduga disuruh pindah oleh pihak sekolahnya. Mereka adalah 12 siswa asal Desa Sikijang, Kecamatan Logas Tanah Darat, masih di kabupaten yang sama. Siswa ini bersekolah di SMP I Kecamatan Kuantan Hilir. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 9 km.

Belakangan ini, para siswa sering terlambat datang ke sekolah. Ini bukan karena unsur kesengajaan, melainkan lantaran jalan desanya sepanjang 6 km berupa jalan tanah liat.

Dengan musim hujan saat ini, mereka yang saban hari menggunakan sepeda motor harus berjibaku di tengah lumpur.

"Kadang mereka terpaksa buka sepatunya. Mereka kadang menuntun motornya karena jalan yang berlumpur. Karena itu mereka sering terlambat di sekolah. Anehnya, pihak sekolah tak terima atas alasan itu, dan disuruh pindah sekolah lain," kata Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiwa Sikijang Rido Rikardo, Rabu (8/11/2017).

Puncak kemarahan pihak sekolah terjadi pada Rabu 1 November 2017. Sejumlah siswa terlambat datang ke sekolah karena jalan becek penuh lumpur. Ketika siswa berbaris di halaman sekolah, seorang oknum guru menanyai siswa yang berasal dari Desa Sikijang.

"Mana anak dari Sikijang, angkat tangan, kalian ini sering terlambat, hujan sedikit terlambat, alasan kalian dari dulu selalu jalan," ucap Rido menirukan ungkapan seorang oknum guru.

Masih menurut Rido, guru tersebut juga mengatakan bahwa siswa asal Desa Sikijang mestinya tidak bersekolah di SMP Kuantan Hilir, yang beda kecamatan.

"Guru meminta agar siswa dari desa saya itu sebaiknya pindah sekolah saja. Alasannya, sering terlambat datang hanya karena soal hujan dan jalan berlumpur," tutur Rido, dilansir potretnews.com dari detikcom.

Tak hanya itu, oknum guru dengan lantang meminta siswa yang terlambat itu segera mengurus surat pindah. Pihak sekolah akan segera memberikan surat pindah dengan cepat bagi mereka yang sering terlambat.

Setelah mendapat tekanan seperti itu, kata Rido, selepas pulang sekolah, mereka kembali ke rumah sambil menangis. Esok harinya, sejumlah siswa tak mau bersekolah lagi. Mereka merasa dipermalukan pihak sekolahnya.

"Padahal adik-adik di kampung saya ini, walau jalan berlumpur, mereka tetap semangat bersekolah. Mereka terlambat bukan karena disengaja, tapi memang kondisi jalan yang berlumpur," sebut Rido.

Akibat tekanan dari guru tersebut, kini tercatat empat siswa sudah meminta pindah sekolah. Anehnya, yang masih bertahan khususnya kelas IX, sering diejek gurunya harus pindah. Alasannya, agar sekolah aman tidak ada siswa yang suka terlambat.

"Kenapa guru-guru di sekolah itu sama sekali tidak punya pengertian terhadap siswanya. Mereka sudah bersusah payah, melintasi jalan yang lumpur demi mengejar cita-cita tapi masih diperlakukan seperti itu," ujar Rido.

Secara terpisah, Kepala SMP Negeri I Kuantan Hilir Ratnan membenarkan peristiwa tersebut. Hanya, dia menjelaskan, berdasarkan laporan dari wali kelas dan guru piket, beberapa anak sering terlambat dan tidak hadir.

"Keterlambatan dan ketidakhadiran disebabkan oleh hari hujan yang menyebabkan jalan becek serta jarak tempat tinggal dari sekolah lebih-kurang 9 km," katanya.

Ratnan menjelaskan, pada Rabu (1/11/2017) setelah kegiatan literasi selesai pembina OSIS memberikan pengarahan terkait dengan aturan yang berlaku di sekolah terutama masalah kehadiran yang ada hubungan dengan kenaikan kelas.

"Disampaikan bahwa kalau tidak bisa mengikuti aturan-aturan sekolah, kalian boleh pindah atau mencari sekolah terdekat. Ini disampaikan dengan maksud untuk mendisiplinkan anak. Inilah yang sebenarnya terjadi," demikian Ratnan. ***

Editor:
Jaka Abdillah

Kategori : Riau, Kuansing, Umum
wwwwww