Home > Berita > Umum

Melihat Sekolah ”Laskar Pelangi” dari Desa Sungaitohor Barat, Kepulauan Meranti

Melihat Sekolah ”Laskar Pelangi” dari Desa Sungaitohor Barat, Kepulauan Meranti

Suasana saat anak-anak Suku Akit di Nerlang belajar di PLK Ikhlas Hati Ibu.

Rabu, 18 Oktober 2017 19:46 WIB
SELATPANJANG, POTRETNEWS.com - Di Kepulauan Meranti, Riau, masih ada sekolah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Terutama sekolah-sekolah terletak di pulau yang jangkauan aksesnya susah ditempuh. Kemarin viral Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti. Kondisi memprihatinkan dengan berbagai keterbatasan di sana menarik perhatian Gubernur Riau dan Ketua KPA Indonesia Seto Mulyadi atau akrab dipanggil Kak Seto.

Kondisi sekolah dengan berbagai keterbatasan itu juga ada di RT 6 Nerlang Desa Sungaitohor Barat, Kepulauan Meranti. Sekolah swasta (PLK Ikhlas Hati Ibu) di bawah naungan Yayasan Ikhlas Ibu Sungaitohor telah berdiri tahun 2013 lalu. Yayasan ini di bawah pimpinan Rafik.

Kata Solehat, Pendamping Lokal Desa Nipah Sendanu, PLK Ikhlas Hati Ibu itu telah memiliki murid sampai kelas enam. Namun hanya ada satu bangunan berukuran 3 x 9 meter. Karena kekurangan kelas, bangunan tersebut dijadikan 4 kelas dengan 6 rombongan belajar. Sehingga 1 kelas ada yang dibagi 2 untuk rombel.

"Yang menyentuh hati, anak warga RT 6 Nerlang ini semangat belajar, meski ruangannya boleh dikatakan sangat tak layak," kata Solehat, dilansir potretnews.com dari GoRiau.com.

Kondisi itu diperburuk dengan minimnya sarana penunjang belajar. Di sekolah warga suku akit itu juga kekurangan kursi dan meja. Sehingga tak jarang anak-anak harus dalam posisi tiarap di lantai saat belajar.

Diceritakan Solehat, kekurangan lain adalah, di sana hanya ada 2 guru yang datang dari Sungaitohor yaitu Wawan dan Safira. Yayasan dan swadaya masyarakat untuk pendidikan hanya mampu mendatangkan 2 orang guru tersebut. Pengabdian keduanya terbentur pula oleh biaya transportasi.

Untuk sampai ke daerah tertinggal di desa Sungaitohor Barat, Kecamatan Tebingtinggi Timur itu, Wawan dan Safira harus menggunakan transportasi laut. Mereka harus mengeluarkan biaya Rp70 ribu untuk ongkos pergi-pulang (PP) dari Sungaitohor ke Nerlang yang jaraknya sekitar 15 KM atau setengah jam perjalanan.

Dari pelabuhan Nerlang, untuk sampai ke sekolah, kedua guru itu harus menempuh perjalanan (jalan kaki) selama 2 jam atau sejauh 1,8 KM. Jalan di sana jauh dari kata bagus, masih sering tergenang air, karena tanahnya lembah dan tali air sempit atau kecil.

Jalur laut adalah jalur yang biasa digunakan untuk menuju Nerlang. Sebab, akses darat harus menempuh jalan setapak sejauh 4 KM dengan kondisi jalan melintasi hutan yang belum bisa pula dilewati sepeda motor. "Akses satu-satunya ya dari laut," cerita Solehat.

"Pak RT dan tokoh masyarakat di sana sangat berharap semua pihak memperhatikan nasib pendidikan generasi penerus bangsa di Nerlang," imbuh Solehat. ***

Editor:
Jaka Abdillah

Kategori : Umum, Meranti, Riau
wwwwww