Home > Berita > Siak

Menggunakan Dana dari Pusat, Tangsi Belanda di Siak Akan Direstorasi

Menggunakan Dana dari Pusat, Tangsi Belanda di Siak Akan Direstorasi

Tangsi Belanda di Siak. (foto: internet)

Rabu, 04 Oktober 2017 20:25 WIB
Sahril Ramadana
SIAK, POTRETNEWS.com  - Peninggalan sejarah yang masih terjaga, merupakan modal potensial sebagai daya tarik wisata. Ini juga dapat dilihat diberbagai belahan dunia, umumnya kota tujuwan wisata mengandalkan situs cagar budaya tingalan sejarah sebagai daya tarik utama kunjungan wisatawan. “Situs sejarah atau bangunan bernilai sejarah saat ini merupakan daya tarik bagi para wisatawan, selain mereka berlibur disitu juga memiliki nilai edukasinya," kata Sekda Siak Tengku Said Hamzah saat saat memberikan kata sambutan pada acara Workshop pelestarian Bangunan Gedung Cagar Budaya (BGCB) yang di taja oleh Kementrian PUPR di halaman tangsi belanda Benteng Hulu, Kecamatan Mempura, Siak, Riau, Rabu (4/10/2017).

Menurut Hamzah, dari catatan sejarah tangsi belanda ini di bangun pada tahun 1830, tetapi tidak langsung selesai. Kemudian 30 tahun berikutnya tepatnya tahun 1860 baru selesai, dan pada masanya itu tangsi tersebut difunsikan sebagai pusat kesehatan bagi pemerintahan Belanda.

Oleh karena itu guna memperkuat bangunan cagar budaya yang ada, Pemkab Siak telah menetapkan regulasi dan aturan guna mempertahankan ciri khas budaya Melayu dan melestarikan bangunan cagar budaya tersebut, melalui rumusan program Kota Pusaka. Tujuannya tak lain sebagai bentuk puaya penataan serta pelestarian banguan cagar budaya yang ditetapkan oleh kementrian Pekerjaan Umum dan dan Perumahan Rakyat. 

Tangsi Belanda ini kata Sekda, merupakan peninggalan sejarah yang memiliki hubungan erat keberadaan Kesultanan Siak di massa lampau. Sekda juga mengakui, saat ini keberadaan tangsi tersebut belum terpelihara secara maksimal.

"Ini tidak terlepas dari kurangannya pengetahuan kita terhadap pemanfaatan bangunan cagar budaya, dan ditambah keterbatasan anggaran membuat kondisi bangunan cagar budaya ini kurang terpelihara dengan baik," kata dia.

Kedepan kata Sekda, melalui kajian teknis dan restorasi fisik yang telah dilakukan Pemkab Siak, akan berupaya agar bangunan tangsi meliter ini nantinya dapat digunakan sebagai komplek museum perjuangan. Ini dilakukan, juga guna memfasilitasi generasi muda, pelajar serta bagi wisatawan untuk menambah wawasan dari bidang pendidikan sejarah.

"Untuk memperjuangkan anggaran dari pusat untuk bangunan bersejarah, seperti tangsi meliter belanda ini, cukup berat. Bahkan Siak harus dulu bersaing dengan tiga kabupaten/kota di Indonesia untuk memeroleh alokasi anggran berupa kajian dari penataan bangunan dan lingkungan khusus," ujar Sekda.

"Tetapi berkat usaha yang keras dari dinas terkait, insya allah pada tahun 2018 mendatang tangsi Belanda ini akan dilaksanakan restorasi fisik. Murni mengunakan angaran pemerintah pusat," kata Sekda.

Bukan hanya tangsi Belanda, Sekda menyebut, saat ini daerah Kabupaten Siak memiliki 13 banguan cagar budaya yang berstatus nasional. Ini sudah ditetapkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Namun dari jumlah tersebut masih ada bangunan cagar budaya yang sama sekali belum direstorasi.

"Melalui workshop ini, saya menghimbau kepada pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian PUPR agar bisa merestorasi bangunan tersebut," ujarnya.

Sementara itu, Kasubdit penataan bangunan dan lingkungan khusus Direktorat Jendral Cipta Karya mengungkapkan, acara workshop pelestarian bangunan dan gedung cagar budaya ini, juga sebagai kunjungan kerja mereka ke lapangan.

"Ini juga sebagai studi kasus kita untuk perencanan teknis dari bangunan dan gedung cagar budaya yang di lestarikan, seperti tangsi Belanda di Kecamatan Mempura," ungkapnya.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pemerintah kota dan pelaku pelestarian di kabupaten/kota peserta program penataan dan pelestarian kota pusaka (P3KP), diperlukan perlatihan berupa workshop (PBGCB) sebagai salah satu kegiatan pembinaan, untuk menyampaikan materi teknis tentang penyelenggaranan Bangunan Gedung Cagar Budaya yang dilestarikan.

"Peserta yang mengikuti Workshop ini berasal dari 16 daerah se-Indonesia, mereka di sini akan studi kasus. Dan kita sudah memersiapakan narasumber yang sesuai dengan ahlinya penelitan, mulai dari segi sejarah dan arsitektur, dari segi eskapasi arkeologi, dari aspek pemugaaran gedung, aspek Integerasi sejarah dan idetifikasi arsitektur," ujarnya. ***

wwwwww