Home > Berita > Siak

Berbekal Informasi dari Warga Malaysia yang Dikenalinya lewat Media Sosial, Kini Warga Siak Ini Rasakan Manisnya Penghasilan dari Ternak Madu Kelulut

Berbekal Informasi dari Warga Malaysia yang Dikenalinya lewat Media Sosial, Kini Warga Siak Ini Rasakan Manisnya Penghasilan dari Ternak Madu Kelulut

Bupati Siak Syamsuar (baju kuning) memanen madu kelulut.

Senin, 02 Oktober 2017 16:33 WIB
Sahril Ramadana
SIAK, POTRETNEWS.com  - Rasa haru yang tak terkira terpancar di wajah Juanda, si peternak madu kelulut ketika Bupati Siak Syamsuar beserta rombongan berkunjung ke rumahnya di Kampung Lalang, Kecamatan Sungaiapit, Siak, Riau, pada Sabtu (30/9/2017) kemarin. Ketika mobil rombongan Bupati Siak berhenti di depan rumahnya, dan Bupati Syamsuar langsung turun dari mobil, Juanda pun langsung mendatangi dan menyalami Bupati Siak tersebut. Kemudian, ia membawa rombongan Bupati untuk melihat ternak madu kelulut miliknya di areal halaman rumahnya.

Juanda kala itu ditemani anak sulungnya. Ia pun memberikan penjelasan kepada Bupati Siak tentang cara beternak madu kelulut atau nama latinya trigona, hingga menjadi kantong-kantong madu di dalam media (sangkar/tempat,red) ternak.

Pada kesempatan yang sama, Syamsuar juga sempat melakukan panen madu kelulut. Juanda pun menceritakan awal dirinya mengetahui cara beternak madu kelut ini. Dia mengatakan, awalnya dia berkenalan dengan salah seorang warga negara Malaysia di media sosial. Ternyata orang itu sangat paham bagaiman cara menangani ternak madu kelulut. Lalu dia memberikan sedikit ilmunya kepada Juanda cara beternak madu kelulut ini.

Dari pembicaraannya dengan warga Malaysia itu, selain bermanfaat, beternak madu kelulut ini juga sangat menjanjikan. Ia pun langsung mencobanya dengan menyediakan media (tempat) untuk bersarang kelulut tersebut sebanyak 200 topeng, namun tidak sedikit kegagalan yang ia rasakan, banyak media ternak atau topeng tempat bersarangnya kelulut yang dibuatnya kosong.

“Belum lagi minimnya pengetahuan tentang bagaimana cara berternak madu kelulut yang baik, namun saya tidak menyerah sampai di situ saja, saya terus mencobanya," kata Juanda.

Yang menjadi kendala saat itu yakni sulitnya mencari log sarang kelulut, karena itu Juanda terpaksa harus mencari ke hutan sendiri. Setelah dapat kemudian dibawa pulang dan di potong-potong, kemudian baru di rakit menjadi media ternak bagi kelulut. Setelah itu keberhasilan pun mulai terlihat, setelah topeng yang dibuatnya tidak lagi kosong.

Namun seiring waktu berjalan, pasar pun mulai tampak dengan adanya permintaan madu terus bertambah dengan ditandai banyaknya pesanan, membuat dirinya berkeyakinan usaha ini akan menuai hasil. Harga yang di tawarkan kepada konsumen tak juga tanggung-tanggung, per-liternya dibandrol seharga Rp500 ribu. Dengan harga yang terbilang mahal, Juanda merasakan manisnya usaha ternak dari hasil madu kelulut ini. Selama ia melakukan panen, ia pernah mendapatkan 20 kilogram.

Dari penjualan madu itu, uangnya digunakan untuk menambah batang sarang kelulut. Dan hasilnya saat ini Juanda sudah memiliki 160 topeng, dari 160 topeng tersebut, dititipkan di 12 rumah warga yang ada di tiga kampung yakni Kampung Lalang, Bungsur dan Mengkapan. Saat ini selain dapat menghidupkan keluarganya, Juanda juga selalu berbagi kepada warga setempat.

Ia menambahkan saat ini yang membeli madu kelulut yang ia kelola berasal dari Surabaya dan tangerang. Dengan harapan usahanya ini dapat berkembang dan warga yang menjaga topeng yang di titip juanda mendapatkan upah dari hasil yang di panen dengan harapan membantu ekonomi warga. Saat ini menjadi mata pencaharian baru bagi warga sekitar, dengan mencari kayu sarang kelulut dihutan, kemudian dijual kepada juanda dengan harga yang berpariasi, terantung besar dan banyaknya binatang kelulut itu didalamnya.

Menurut Juanda, madu kelulut ini sangat berkasiat dibanding madu lebah. Bahkan, untuk mendapatkan sarang madu kelulut ini di hutan relative lebih susah, dibanding madu lebah. Karena setiap satu sarang kelulut hanya sedikit sekali menghasilkan madu. Sarang kelulut itu bukan bergantunggan di dahan pohon seperti layaknya sarang lebah, tetapi sarang kelulut itu berada dalam rongga batang pohon baik yang masih hidup atau pun sudah mati.

"Sementara untuk panen, tidak bisa di tentukan jadwalnya, tergantung musim tanaman dan musim hujan. Jika musim hujan kan madu banyak, dan untuk saat ini rasa madu kelulut agak sedikit asam karena ternak memakan sari dari bunga durian, karena saat ini di Kampung Lalang rata-rata batang durian warga sedang berbunga," jelasnya.

"Kalau kasiat yang terkandung di dalam madu kelulut ini, baik untuk sel-sel kulit terbuka dari cahaya matahari, satamina tubuh, serta campuran herbal," timpalnya.

Yang menjadi kendala saat ini lanjutnya, yakni kurangnya alat penyedot panen madu kelulut, sebahagian masih mengunakan alat manual untuk memanen sehingga membutuhkan waktu lama.

Sementara di tempat yang sama, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Siak Wan Ibrahim mengatakan, untuk mengembangkan ternak madu kelulut ini, pihaknya akan membantu peternak melalui program corporate social responsibility (CSR) yang dimiliki PT RAPP.

”Ini dilakukan agar nantinya mereka dapat meningkatkan skil dalam menangani ternak madu kelulut ini. Melalui Program CSR yang kita usulkan, mereka juga akan kita kirim ke Negera Malaysia untuk belajar di sana," ujarnya.

Kenapa Malaysia, menurut Wan Ibrahim, di sana pengembangan budidaya lebah kelulut ini sudah sangat berkembang pesat, dan di Malaysia juga sudah memiliki komunitas peternak madu kelulut tersebut.

"Rencananya mereka akan diberangkatkan tiga orang. Tidak hanya itu saja, dalam rangka pengembangan bati Siak, kita juga berencana akan memberikan pelatihan sebanyak 30 orang. Nantinya melalui dinas terkait, kita juga akan membantu perizinan industri rumah tangga (PIRT) serta kepengurusan lebel kemasan bersertifikat halal, dan mengembangkan produk apa saja yang dapat dikembangkan terhadap kelulut atau trigona ini," terang Wan Ibrahim. ***

wwwwww