Datang ke Riau, Yusril Ihza Mahendra Cerita Kenangannya yang Nyaris Jadi Presiden Keempat RI pada Tahun 1999

Datang ke Riau, Yusril Ihza Mahendra Cerita Kenangannya yang Nyaris Jadi Presiden Keempat RI pada Tahun 1999

Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, saat memberikan ceramah, Selasa (26/9/2017) di Hotel Aryaduta Pekanbaru. (foto: zul azhar)

Rabu, 27 September 2017 07:10 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra curhat di depan kadernya di Pekanbaru perihal mengapa dirinya mundur sebagai Calon Presiden RI pada tahun 1999 silam. Mantan Menteri Hukum dan HAM di era Presiden Abdurrahman Wahid ini mengatakan, kepribadian diturunkan keluarga besarnyalah membuat peluang di depan mata untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia itu akhirnya kandas.

"Saya ini dipengaruhi keluarga yang tidak silau jabatan. Walaupun kesempatan memiliki kekuasan itu ada. Padahal 1999 itu saya sudah menghitung kekuatan dan akan menang menyaingi Gus Dur," kata Yusril Selasa (26/9/2017) di Hotel Aryaduta Pekanbaru.

Dia dijegal Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) saat itu dipegang Amien Rais. Padahal, Yusril telah mengantongi suara 206 suara unggul atas KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dengan raihan 185. Namun masih berada di bawah Megawati 304.

"Kalau saya maju saat itu, pemungutan suara akan dilakukan dua kali. Kalau saya maju juga, Gus Dur pasti out. Karena saat itu kita sudah hitung di lapangan suara Gus Dur hanya mendapat 185. Sedangkan saya 206 dan Megawati 304," tuturnya mengenang peristiwa kala itu.

Desakan bertubi-tubi dari berbagai kalangan, akhirnya Yusril Ihza Mahendra mengalah dan menyerahkan suaranya untuk Gus Dur akhirnya sebagai Presiden keempat. Gus Dur terpilih karena MPR menolak laporan pertanggungjawabannya.

"Tapi itulah. Habibie waktu itu marah besar sama saya. Katanya seperti ini, "Lebih baik kompromi sama Megawati. Mega presidennya atau you wakilnya ". Tapi saya tak terpikir sampai disitu pada tahun 1999 itu," ceritanya pilu.

"Hikmahnya di sini kekuasaan itu tidaklah segala-galanya. Itu yang masih teringat dari kakek saya," ujarnya, dilansir potretnews.com dari riauonline.co.id.

Dialog bersama Yusril Ihza ini merupakan bagian dari rangkaian safari politik ke seluruh wilayah Indonesia, baik di internal maupun eksternal. Tujuannya, guna menghadapi kontestasi politik pada Pemilu Serentak 2019 yang akan datang. ***

Editor:
Akham Sophian

wwwwww