Home > Berita > Riau

Dumai, Kota Penghasil Minyak yang Kesohor Sejak Tahun 60-an dan Sebentar Lagi...

Dumai, Kota Penghasil Minyak yang Kesohor Sejak Tahun 60-an dan Sebentar Lagi...

Suasana Kota Dumai, di Provinsi Riau.

Kamis, 24 Agustus 2017 09:03 WIB
DUMAI, POTRETNEWS.com - Kota Dumai, merupakan salah satu kota penting di Riau. Kota ini dikenal sebagai kota penghasil minyak. Di kota ini pula, raksasa minyak Chevron, beroperasi. Perusahaan yang dulunya bernama Caltex Pacific Indonesia, telah beroperasi sejak jaman Sukarno, sekitar tahun 60-an. Suasana kota Dumai sendiri memang agak berbeda dengan kota lain di sekitarnya semisal kota Duri, atau Kandis. Dumai, lebih maju.

Terdapat pusat perbelanjaan. Tata kota pun lebih rapi dan ramai. Geliat kehidupan di kota ini, lebih hidup. Selain Chevron, di Dumai pun terdapat raksasa minyak sawit Wilmar. Selasa, 22 Agustus 2017, awak media sempat singgah di Kota Dumai, sebuah kota yang lumayan jauh jaraknya dari Pekanbaru, Ibu kota Provinsi Riau untuk meliput acara, yang dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Hadi Prabowo. Sekitar 4 jam lamanya waktu tempuh dari Pekanbaru ke Dumai.

Saat di Dumai itu, sempat diajak ngopi di sebuah warung oleh Kepala Bagian Pemerintahan Kota Dumai, Muhammad Fauzan. Sambil menyeruput bandrek, Fauzan banyak bercerita tentang kondisi kota Dumai. Kata dia, Dumai memang dikenal dengan kota minyak. Tapi status itu, sebentar lagi tanggal.

Sebab, tak lama lagi Chevron bakal hengkang dari Dumai, karena cadangan minyak akan habis. ”Cadangan minyak Chevron sudah mau habis, tahun 2021, minyak habis,” kata Fauzan dilansir potretnews.com dari www.koran-jakarta.com. Bahkan, perusahaan raksasa itu kata Fauzan sudah mulai mengosongkan perumahan karyawannya. Banyak yang sudah dipulangkan, tak lagi bekerja di Chevron.

Tapi kata dia, meski ada raksasa minyak di Dumai, bisa dikatakan kota tersebut tak dapat apa-apa, selain dapat sisa limbah. Teman Fauzan, mantan Ketua DPRD Dumai juga mengeluhkan hal serupa. Kata dia, Dumai tak seperti dulu lagi. Dulu, geliat perekonomian rakyat benar-benar terasa. Terutama di sepanjang pantai Dumai, dimana ada banyak pelabuhan rakyat.

Di pelabuhan rakyat itu, aktivitas perdagangan rakyat berlangsung. Banyak yang berdagang antar pulau, bahkan antar negara. Pedagang dari suku Melayu dan Bugis banyak yang melakukan transaksi perdagangan dengan pengusaha dari Malaysia dan Thailand. Maka, dulu barang-barang dari Malaysia dan Thailand yang mendominasi di Dumai.

Gula, beras sampai bawang putih, didatangkan dari dua negara tetangga itu. Tapi, sejak pemerintah melarang aktivitas perdagangan langsung itu, perlahan tapi pasti, kata dia, pelabuhan -pelabuhan rakyat itu mati suri. Aktivitas bongkar muat barang dagangan kian sepi. Akibatnya, banyak yang tadinya jadi kuli bongkar muat, menganggur. Pelabuhan rakyat juga terbengkalai. Padahal banyak mulut yang menggantung hidupnya di pelabuhan rakyat yang ada di sepanjang pantai Dumai. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Riau, Dumai, Umum
wwwwww