Home > Berita > Riau

Setelah 12 Tahun Terpasang, Kamera Otomatis WWF-BBKSDA Berhasil Potret Harimau Bermesraan di Lanskap Rimbangbaling Kampar-Kuansing

Setelah 12 Tahun Terpasang, Kamera Otomatis WWF-BBKSDA Berhasil Potret Harimau Bermesraan di Lanskap Rimbangbaling Kampar-Kuansing

Setelah 12 tahun terpasang, kamera otomatis akhirnya berhasil memotret harimau yang sedang kawin, di lanskap Teso Nilo, Riau. (foto: WWF-Indonesia/BBKSDA Riau)

Minggu, 30 Juli 2017 11:51 WIB
KAMPAR, POTRETNEWS.com - Ada kabar gembira bertepatan dengan Global Tiger Day 2017 yang diperingati hari Minggu ini (30/7/2017) di beberapa kota di Indonesia dan juga di dunia, yaitu terpotretnya sepasang harimau Sumatera. Setelah 12 tahun terpasang, kamera jebak otomatis yang dipasang WWF- Indonesia, bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, akhirnya berhasil memotret harimau yang sedang kawin, di lanskap Teso Nilo.

Bila proses kawin sampai melahirkan harimau tersebut sukses, maka kurang dari dua bulan lagi, lanskap Rimbang Baling mungkin akan menerima individu baru.

Dilansir potretnews.com dari laman mongabay.co.id yang mengkutip dari akun Facebook Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), foto camera trap itu memperlihatkan seekor harimau jantan terlihat perlahan mendekati seekor harimau betina. Tidak perlu waktu lama, kurang dari 7 menit, perkawinan kedua pasang harimau ini pun terekam pada 1 Juni 2017.

Setelah diidentifikasi lebih lanjut, harimau betina dalam foto itu merupakan induk yang pada akhir tahun 2015 juga terekam bermain bersama tiga ekor anaknya di depan kamera di lokasi yang sama.

Sebagian lanskap Rimbang Baling merupakan Suaka Margasatwa dengan luas 141.226,25 ha yang terbentang di dua kabupaten yakni Kampar dan Kuantan Singingi di propinsi Riau.

Simbol Konservasi Ekosistem
Harimau selama ini menjadi simbol kelestarian sebuah ekosistem. Keberadaan harimau hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan yang menjadi habitat harimau terjaga dengan baik. Dengan ruang jelajah (homerange) yang sangat luas hingga mencapai 300 kilometer persegi, harimau menjaga ekosistem dengan menyeimbangkan populasi satwa yang menjadi mangsanya. Pada ujungnya, menciptakan kesetimbangan ekosistem yang dapat dinikmati manusia hingga saat ini.

Namun, Indonesia memiliki pengalaman tidak baik dengan punahnya 2 subspesies harimau, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Saat ini, Indonesia hanya memiliki satu-satunya subspesies harimau yang tersisa, yaitu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).

Harimau sumatera saat ini menjadi salah satu satwa prioritas nasional yang harus ditingkatkan populasinya di alam. Hal ini dijelaskan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno.

”Harimau sumatera merupakan salah satu biodiversitas yang kita miliki dan banggakan. Harimau adalah simbol kelestarian ekosistem. Keberadaannya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitatnya terjaga”, ungkap Wiratno dalam siaran pers Direktorat Jenderal KSDAE. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

Kategori : Riau, Kuansing, Kampar, Umum
wwwwww