Setelah 12 Tahun Terpasang, Kamera Otomatis WWF-BBKSDA Berhasil Potret Harimau Bermesraan di Lanskap Rimbangbaling Kampar-Kuansing
Setelah 12 tahun terpasang, kamera otomatis akhirnya berhasil memotret harimau yang sedang kawin, di lanskap Teso Nilo, Riau. (foto: WWF-Indonesia/BBKSDA Riau) |
Harimau selama ini menjadi simbol kelestarian sebuah ekosistem. Keberadaan harimau hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan yang menjadi habitat harimau terjaga dengan baik. Dengan ruang jelajah (homerange) yang sangat luas hingga mencapai 300 kilometer persegi, harimau menjaga ekosistem dengan menyeimbangkan populasi satwa yang menjadi mangsanya. Pada ujungnya, menciptakan kesetimbangan ekosistem yang dapat dinikmati manusia hingga saat ini.Namun, Indonesia memiliki pengalaman tidak baik dengan punahnya 2 subspesies harimau, yaitu harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Saat ini, Indonesia hanya memiliki satu-satunya subspesies harimau yang tersisa, yaitu harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).Harimau sumatera saat ini menjadi salah satu satwa prioritas nasional yang harus ditingkatkan populasinya di alam. Hal ini dijelaskan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno.”Harimau sumatera merupakan salah satu biodiversitas yang kita miliki dan banggakan. Harimau adalah simbol kelestarian ekosistem. Keberadaannya hanya dimungkinkan jika hutan dan lingkungan sebagai habitatnya terjaga”, ungkap Wiratno dalam siaran pers Direktorat Jenderal KSDAE. ***Editor:
Fanny R Sanusi