Home > Berita > Umum

Riau dan Sumut Berkontribusi Besar dalam Menciptakan Surplus Neraca Perdagangan dari Ekspor Sawit

Riau dan Sumut Berkontribusi Besar dalam Menciptakan Surplus Neraca Perdagangan dari Ekspor Sawit

Ilustrasi.

Rabu, 14 Juni 2017 15:39 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat sektor pertanian masih dominan dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Kinerja pembangunan pertanian dalam kurun waktu 2014 hingga 2016 telah mampu mendongkrak perekonomian nasional.

"Hal ini terlihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian atas dasar harga berlaku 2014 sebesar Rp1.410 triliun, 2015 naik menjadi Rp1.556 triliun dan 2016 menjadi Rp1.669 triliun. Rerata kontribusi sektor pertanian tiga tahun terakhir 13,4 persen dan pertumbuhan 3,75 persen per tahun," kata Fungsional Statistisik Kementerian Pertanian M. Ade Supriyatna, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (14/6/2017).

Dia menjelaskan apabila dihitung pertanian secara keseluruhan dalam arti mencakup kegiatan dari hulu hingga hilir, seperti misalnya dihitung sampai pada pengolahan beras, minyak sawit dan lainnya, maka kontribusi sektor pertanian bisa lebih dari 20 persen. Namun secara statistik, kegiatan industri pengolahan hasil pertanian dimasukkan ke dalam sektor industri dan lainnya.

"Demikian pula laju pertumbuhan pada industri pengolahan tumbuh lebih tinggi dibandingkan kegiatan pada on-farm, namun secara statistik akan dicatat masuk ke dalam pertumbuhan sektor industry," jelasnya dilansir potretnews.com dari metrotvnews.com.

Ade mengungkapkan, di 2016, subsektor perkebunan paling tinggi memberikan kontribusi terhadap PDB yakni 3,46 persen. Selanjutnya diikuti subsektor tanaman pangan 3,42 persen, peternakan 1,62 persen dan hortikultura 1,51 persen.

PDB subsektor perkebunan diperoleh dari komoditas unggulan yakni kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, dan tebu. Kontribusi terbesar dari komoditas tanaman pangan yakni padi, jagung dan kedelai. Komoditas peternakan dominan dar yakni ternak besar, ternak kecil, unggas dan susu. Sedangkan PDB hortikultura disumbang terbesar dari komoditas bawang merah, aneka cabai, pisang, jeruk dan kentang.

"Subsektor perkebunan juga berkontribusi besar dalam neraca perdagangan ekspor-impor Indonesia, sehingga setiap tahun mengalami surplus. Provinsi Riau dan Sumatera Utara berkontribusi besar dalam menciptakan surplus neraca perdagangan dari ekspor sawit. Besarnya surplus neraca perdagangan perkebunan ini menopang terjadinya surplus sektor pertanian pada 2016 sebesar USD10,9 miliar," ungkapnya.

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2016, sektor pertanian Provinsi Aceh dan Jambi berkontribusi besar terhadap total PDRB provinsi, yaitu mencapai 30 persen, dengan tingkat pertumbuhan pertanian di atas 5,5 persen.

"Sementara untuk provinsi lainnya di Sumatera juga menunjukkan kontrbusi pertanian cukup signifikan. Hal ini menunjukkan Sumatera masih bertumpu pada kegiatan on-farm dengan dominan pada aktivitas subsektor perkebunan," imbuh Ade.

Dia menambahkan, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB pada Provinsi-provinsi di wilayah Kalimantan dan Sulawesi umumnya mempunyai kontribusi pertanian yang besar lebih dari 20 persen. Kemudian tingkat pertumbuhannya lebih dari 5 persen, terutama Provinsi Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

"Potensi pertanian yang masih terbuka luas pada wilayah ini dapat digenjot lebih tinggi lagi dengan mekanisasi pertanian dan pembangunan infrastruktur irigasi, infrastruktur lahan dan lainnya," tegasnya.

Adapun kontribusi pertanian terhadap PDRB Provinsi di Maluku dan Papua pun cukup besar, namun pertumbuhannya tidak begitu cepat. Dengan mempertimbangkan kontribusi dan laju pertumbuhan PDRB dapat diambil kebijakan dan berbagai upaya mendukung akselerasi PDRB, baik melalui penambahan luas tanam maupun peningkatan produktivitas komoditas unggulan masing-masing provinsi.

"Demikian pula pembangunan infrastruktur jalan, irigasi, telekomunikasi dan lainnya yang saat ini digencarkan pada daerah pelosok maupun perbatasan akan turut berdampak pada meningkatnya efisiensi biaya transportasi, distribusi, hemat waktu serta menumbuhkan aktivitas ekonomi lokal," tuturnya.

Menurut Ade, wilayah Maluku dan Papua ini perlu didorong pengembangan pangan lokal dengan teknologi modern. Kebutuhan pangan bagi penduduk setempat harus mampu diproduksi sendiri dan tidak perlu mendatangkan pangan dari wilayah lain.

"Faktor pengungkit kunci produksi pangan lokal adalah ketersediaan benih bermutu serta peningkatan kapasitas dan keterampilan SDM setempat," pungkasnya. ***

Editor:
Farid Mansyur

Kategori : Umum, Riau
wwwwww