Home > Berita > Riau

Presiden Jokowi Soroti Permasalahan Riau dan Bengkulu, Ini Poinnya!

Presiden Jokowi Soroti Permasalahan Riau dan Bengkulu, Ini Poinnya!

Ilustrasi. (foto: shutterstock)

Rabu, 31 Mei 2017 19:56 WIB
JAKARTA, POTRETNEWS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini kembali melakukan rapat terbatas tentang evaluasi proyek strategis nasional. Adapun evaluasi yang dibahas adalah Provinsi Bengkulu dan Riau. "Hari ini Presiden memimpin dua ratas. Di Bengkulu masalah utama adalah infrastruktur. Alamnya yang keras daerah pegunungan, maka gubernur dan menteri akan buka daerah terisolasi. Provinsi ini dengan tingkat kemiskinan tinggi,” kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/5/2017).

Terhadap Riau, pria yang akrab disapa Pram, menurut presiden, daerah ini sangat kaya. Saat ini tumbuh sagu dan kelapa. Presiden minta agar Riau bisa bantu pertumbuhan ekonomi tingkat nasional. Karena pertumbuhan 2016 relatif rendah karena tergantung komoditas sumber daya energi.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti mengatakan bahwa kemiskinan menjadi salah satu hal yang disoroti dalam rapat terbatas ini dan menjadi perhatian Jokowi. Salah satu penyebabnya adalah pembangunan infrastuktur yang masih belum usai.

"Sebagaimana yang kita ketahui, Bengkulu ada provinsi paling tertinggal di bagian barat Indonesia, dengan angka kemiskinan tembus sampai 18 persen. Jadi ini adalah provinsi yang paling miskin dan juga kemiskinan disebabkan infrastuktur separuh baru, 49 persen. Daerah terisolir di 10 kabupaten dan kota," kata Ridwan, dilansir potretnews.com dari okezone.com.

Penyebab kemiskinan lain adalah daerah yang terisolasi. Untuk itu, pembangunan infrastruktur perlu terus dilakukan. "Bengkulu berbatasan dengan empat provinsi namun akses hanya lima akses ke empat provinsi itu dan itu pun tidak mendukung. Nah untuk itu kami minta dibuka akses baru, ada lima akses baru ke empat provinsi. Sementara kami berbatasan dengan Jambi tapi tidak ada connect darat dengan Jambi. Kami menyampaikan hal itu, membuka konektvitas," jelasnya.

Pada rapat terbatas ini, dibahas juga masalah jaringan listrik. Gubernur Bengkulu pun berharap jaringan listrik dapat diperbaiki. "Ketiga, jaringan listik yang tidak terkoneksi dengan jaringan Sumatera interkoneksi. Kami minta supaya terkoneksi dengan jaringan Sumatera terkoneksi, utara maupun ke timur," ujarnya.

Sektor pariwisata juga dibahas dalam pertemuan ini. Salah satunya adalah wisata budaya yang akan dikembangkan. "Kami memiliki wisata alam pegunungan dan pantai dan wisata sejarah, seperti zaman Inggris dan Belanda, Portugis, kami juga punya wisata budaya, juga ada puspa langka seperti Raflesia dan sebagainya. Jadi kami ingin agar pers memberikan dukungan untuk Bengkulu mewujudkan visit 2020," jelasnya.

Proyek strategis nasional juga turut dibahas dalam pertemuan ini. Proyek kereta pun juga akan terus dikembangkan oleh pemerintah. "(Ada) ruas jalan ke empat provinsi, jalur kereta api ada empat jalur, pelabuhan laut ada empat titik, kawasan industri terkait dengan pelabuhan, ada tiga kawasan industri, bandara terkait terminal, ditambah lagi jaringan listrik dan pembangkit listrik. (Kereta) dari Sumsel ke Bengkulu, Jambi-Bengkulu, Lampung-Bengkulu. Dengan memiliki tiga akses KA, kita bisa jadi outlet untuk logistik," ujarnya.

Bengkulu pun siap meningkatkan nilai investasi pada sektor swasta. Hanya saja, investasi dari sektor swasta ini harus didorong terlebih dahulu oleh investasi pemerintah.

"Kalau pemerintah investasi Rp1 triliun, maka akan muncul investasi swasta Rp2 triliun. Dengan demikian, investasi Rp1 triliun itu mengarah untuk memancing swasta tumbuh," ujarnya. Daerah Bengkulu sendiri merupakan salah satu daerah yang kaya akan petroleum. Hal ini pun harus dimanfaatkan untuk meningkatan penerimaan daerah.

"Total budget kita Rp3,3 triliun, belanja tetap sangat tinggi Rp2 triliun. Rp1 triliun yang bisa kita pakai. Jadi ruang fiskalnya sempit sekali. Makanya saya tadi sampaikan infra strategis dibangun sehingga swasta akan datang dan membuka ruang fiskal baru dan akan menimbulkan efek ekonomi," ujarnya. ***

Editor:
Akham Sophian

wwwwww