Home > Berita > Siak

Meriahkan Peringatan Hardiknas 2017, Sekolah Satu Atap di Kampung Teluklanus Kabupaten Siak Helat Lomba Tarik Upih

Meriahkan Peringatan Hardiknas 2017, Sekolah Satu Atap di Kampung Teluklanus Kabupaten Siak Helat Lomba Tarik Upih

Para guru-guru dan Penghulu Kampung Teluklanus, ikut berlomba. (foto: humas setdakab siak)

Sabtu, 06 Mei 2017 13:50 WIB
Sahril Ramadana

SIAK, POTRETNEWS.com - Satu, dua, tiga, upih ditarik masing-masing peserta untuk berlomba menuju garis finis. Namun tidak dengan tim Sahri, upihnya tidak bergerak, malah penariknya yang jatuh. Hal itu, spontan membuat murid-murid dan masyarakat yang menyaksikan tertawa dan bersorak.

Itulah cerita singkat kehebohan lomba tarik upih yang dibuat sekolah satu atap di Kampung Teluklanus, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, usai menggelar upacara Peringatan Hardiknas 2017, Jumat (5/5/2017).

Sebelum berlomba pelepah tersebut dimulai, para peserta diatur secara berjajar. Kemudian satu orang duduk di atas pelepah, sementara kawan satu timnya siap menarik pelepah tersebut. Begitu aba-aba dimulai, para peserta seperti guru-guru dan penghulu kampung itu berlari sambil menyeret pelepah pinang hingga ke batas akhir lapangan. Mereka berteriak gembira sambil mengangkat pelepah tersebut sebagai tanda kemenangan.

Dengan mengambil sebuah pelepah pinang, mereka kemudian membuat pelepah itu untuk dinaiki dan sebagian lagi menyeretnya. Pelepah pinang itu diambil di pinggir hutan, dengan cara memanjatnya, pelepah yang sudah kering itu sebelum digunakan daunnya terlebih dulu dibersihkan. Sementara tangkai pelepah dibiarkan untuk pegangan saat pelepah itu ditarik.

Menurut Sahri, Kepala SMPN 1 Teluklanus, tradisi tarik upih ini sudah berlangsung sejak turun-temurun. Selain itu, perlombaan ini dihelat untuk melestarikan permainan rakyat Melayu yang mengandung unsur pendidikan, sportivitas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab.

Diceritakan Sahri, permainan adu cepat pakai pelepah pinang ini merupakan tradisi dari orang-orang dulu. Mereka biasanya merupakan warga desa yang berada di pinggir hutan. Pelepah ini juga sangat mudah mereka temukan di pohon-pohon pinang perkebunan mereka.

"Permainan ini selain untuk menghibur, juga untuk menumbuhkan kecintaan kepada permainan rakyat yang mulai ditinggalkan. Murid berperan sebagai suporter untuk gurunya masing-masing dan masyarakat sebagai suporter untuk penghulunya. Dipilihnya lomba itu karena tak menggunaka biaya, aman dan waktu yang tidak terlalu lama," terang Sahri.

Dia juga berpesan, permainan tradisional ini dapat diambil hikmahnya. Seperti mengajarkan pentingnya sebuah proses dan menyisipkan nilai-nilai kebaikan, melatih anak dalam bersosial, ketangkasan dan motorik anak.

"Jadi, meskipun zaman telah berubah, akan lebih baik lagi jika anak-anak sekarang diperkenalkan kembali dengan permainan tradisional. Karena pada intinya, baik permainan modern maupun permainan tradisional sama-sama menyenangkan dan memiliki manfaat," imbuhnya. ***

Kategori : Siak, Riau, Umum, Sport, Lingkungan
wwwwww