Home > Berita > Siak

Ironi Sekolah Satu Atap di Desa Maredan Kabupaten Siak yang Tak Punya Air

Ironi Sekolah Satu Atap di Desa Maredan Kabupaten Siak yang Tak Punya Air

Pelajar SD Negeri 18 di Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak.

Rabu, 08 Februari 2017 10:19 WIB
SIAK, POTRETNEWS.com - Sekolah satu atap antara SMP Negeri 3 dan SD Negeri 18 di Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak. Sudah tujuh tahun dibangun sekolah ini tidak memiliki sumber air. Seperti ditulis dalam laman detikcom yang dilansir potretnews.com, Selasa (7/2/2017) sekolah satu atap ini berada di Desa Maredan di jalan lintas menuju Siak Sri Indrapura ibukota Kabupaten Siak. Sekolah ini dari tepi jalan lintas ini sekitar 100 meter masuk ke dalam.

Jalan semen selebar 2 meter menuju ke sekolah tersebut harus melintasi perkebunan sawit yang sudah setinggi 4 meter. Siang ini sekitar pukul 12.00 WIB, sejumlah siswa SD baru saja keluar sekolah. Terlihat, bocah-bocah itu duduk di bawah pohon sawit. Mereka ini lagi menunggu jemputan mobil angkutan sekolah untuk pulang ke rumahnya. Mereka umumnya siswa yang orang tuanya bekerja di perusahaan perkebunan sawit.

Jalan menuju sekolah itu menanjak. Sehingga sekolah ini berada di atas perbukitan. Ketika sampai di lokasi, terlihat 4 bangunan sekolah satu atap. Sejumlah murid SMP terlihat masih tekun mengikuti mata pelajaran. Di halaman sekolah terlihat ada 3 galon air terletak di dekat mobil. Tak lama, air dalam galon tersebut, diangkut salah seorang guru dengan angkong (gerobak sorong) sebuah alat dorong yang biasanya untuk melansir buah sawit.

Air dalam galon diangkut dari parkiran mobil dibawa ke kamar mandi (WC). Air dalam galon dikumpulkan bersama air dalam dirigen. Air tersebut mereka kumpulkan untuk dituang dalam bak air untuk kebutuhan WC. Halaman sekolah satu atap ini merupakan tanah material berwarna kuning. Di perkirakan jika hujan dipastikan akan becek.

Bangunan sekolah ini dikeliling perkebunan sawit dan jauh dari rumah penduduk. Di situlah para murid belajar menuntut ilmu. Sekolah satu atap ini, sudah berdiri sejak tahun 2011 lalu. Namun sayangnya, di sekolah ini tidak ada sumber air atau sumur bor. Itu sebabnya, para guru di sekolah itu harus rela membawa air dalam dirigen dan galon setiap harinya untuk kebutuhan WC.

Sudah berlangsung tujuh tahun, kondisi sekolah tanpa ada air dan merepotkan para kaum guru itu luput dari pantauan Pemkab Siak. Setelah masalah tidak adanya air mencuat ke media, barulah Dinas Pendidikan Siak hari ini turun ke lokasi.

Sekretaris Dinas Pendidikan Siak, Suprapto yang ditemui wartawan di lokasi mengatakan, dulunya sudah pernah dibangun sumur bor. "Hanya saja sudah digali, air tidak keluar," katanya.

Menurut Kepala Sekolah SD 18, Meri Novita membenarkan bahwa sudah pernah dibuat sumur bor dengan kedalaman 80 meter. Namun sampai ke dalaman itu air tidak keluar. "Dulu sudah pernah dibuat sumur bor karena sekolah ini butuh air. Sudah digali 80 meter hanya lumpur yang keluar. Akhirnya dihentikan," kata Novita.

Menurut kepsek ini, pembuatan sumur bor dibangun oleh swadaya masyarakat desa. "Dulu yang bangun sumur bor tersebut merupakan dana desa. Kepala Desa bersama warganya gotong royong untuk bangun sumur bor. Cuma ya itu, tak keluar air, warga desa nyerah untuk melanjutkan pengeboran. Kalau kalau dibor di atas 80 meter, harganya cukup mahal, warga desa tak sanggub," kata Novita.

Sekolah ini memang terpencil dan jauh dari aktivitas masyarakat setempat. Mirisnya lagi, di kawasan ini belum ada aliran listrik PLN. Sehingga, saban hari sekolah ini harus menghidupkan genset. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

Kategori : Siak, Umum, Peristiwa
wwwwww