The Nature Conservancy Ungkap Lima Ancaman Terbesar bagi Kelestarian Penyu
Ilustrasi. |
Ancaman kedua adalah aktivitas penambangan pasir yang tidak teregulasi. Pemanfaatan pasir secara berlebihan menyebabkan erosi pantai, sehingga hanya batu dan kerikil saja yang tersisa di pantai. “Kondisi ini tidak memungkinkan untuk penyu mendarat dan bertelur lagi,” kata Imran. Ancaman ke-3 yang tidak kalah peliknya adalah maraknya pembangunan di kawasan pesisir. Akibat pemakaian ruang laut untuk pembangunan dan budidaya rumput laut, penyu kehilangan tempat untuk bertelur.
Selanjutnya yang menjadi ancaman adalah keberadaan sampah, khususnya yang berbahan plastik. Imran menambahkan, “kematian akibat konsumsi dan terbelit sampah plastik telah menjadi isu dunia, termasuk di Indonesia.” Jumlah pasti kematian akibat sampah plastik belum diketahui secara pasti, namun semakin banyaknya bukti yang ditemukan menguatkan hipotesa bahwa sampah plastik merupakan salah satu ancaman utama bagi penyu.
Yang ke-5 adalah praktik konservasi yang tidak tepat. Pemindahan telur dari sarang ke tempat penangkaran sedikit banyak akan mengubah kondisi suhu yang dibutuhkan telur untuk menetas dengan baik. Sementara lama penangkaran, waktu pelepasan, jumlah tukik yang dilepaskan, lokasi dan rutinitas pelepasan juga berpengaruh kepada kemungkinan keselamatan penyu.”Kami melihat praktik penangkaran sebagai upaya konservasi paling akhir yang dapat dilakukan. Prioritas kami dalam upaya konservasi penyu adalah menjaga habitat aslinya sealami mungkin,” tambah Imran.
Penyu memerlukan banyak tipe habitat selama hidupnya. Sementara tingkat kelangsungan hidup tukik yang sangat rendah (sekitar 0.01 %), penyu juga memerlukan waktu yang sangat lama untuk mencapai kematangan reproduksi (15 – 40 tahun). Diperlukan waktu puluhan tahun bagi penyu untuk dapat meningkatkan ukuran populasi mereka. “Populasi penyu terus terancam. Sudah saatnya kita bertindak untuk menjaga kelestariannya dengan menjaga ekosistem laut dan pesisir nusantara,” ujar Imran.
Tentang TNC
The Nature Conservancy adalah organisasi konservasi global yang bertujuan melindungi darat dan perairan tempat semua kehidupan bergantung. Dengan pendekatan sains, kami menciptakan solusi inovatif dan membumi untuk menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga alam dan manusia dapat tumbuh bersama. Kami mencari solusi untuk perubahan iklim, melindungi darat, laut, dan samudera dalam skala yang sangat besar, dan membantu membuat kota-kota lebih lestari. Bekerja di lebih dari 69 negara, kami menggunakan pendekatan kolaboratif yang menghubungkan komunitas lokal, pemerintah di berbagai tingkatan, swasta, dan mitra lainnya. Di Indonesia, TNC telah bekerja memengaruhi tata kerja dan kebijakan selama lebih dari 25 tahun. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.nature.or.id atau @ID_Nature di Twitter. ***Editor:
Fanny R Sanusi