Home > Berita > Umum

Ada-ada Saja! Bupati Lingga Kepri Lantik Sekda dan Ratusan Pejabat di Kuburan Kuno dan Sawah

Ada-ada Saja! Bupati Lingga Kepri Lantik Sekda dan Ratusan Pejabat di Kuburan Kuno dan Sawah

Ratusan pejabat di Lingga, Kepulauan Riau dilantik di sawah. Sebelumnya, Sekretaris Daerah dan para camat dilantik di kompleks kuburan kuno yang dikenal sebagai Makam Merah.

Sabtu, 31 Desember 2016 10:37 WIB
BATAM, POTRETNEWS.com - Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), memilih tempat tidak lazim untuk pelantikan ratusan pejabatnya. Pemerintah kabupaten itu memilih kuburan kuno dan persawahan sebagai lokasi pelantikan. Sekretaris Daerah Abu Hasim dan belasan camat dilantik di Kompleks Makam Yang Dipertuan Muda X Raja Muhammad Yusuf. Mereka dilantik pada Kamis (28/12/2016) pagi di kompleks kuburan yang dikenal sebagai Makam Merah itu.

Sementara 400 pejabat eselon III dan eselon IV dilantik di sawah. Pelantikan pada Jumat (30/12/2016) siang itu untuk menunjukkan keseriusan Lingga menjadi lumbung beras. Pelantikan di sana sekaligus menunjukkan protes Lingga kepada pemerintah pusat.

Bupati Lingga Alias Wello seperti dikutip potretnews.com dari kompas.com, menuturkan bahwa hampir dua abad Lingga tidak menghasilkan beras sendiri. Kabupaten yang pernah jadi wilayah Kesultanan Melayu itu dikenal sebagai salah satu penghasil sagu. Setelah sagu tidak jadi makanan utama, Lingga terpaksa impor beras.

”Lingga dianggap mustahil menghasilkan beras sendiri. Tahun ini di lokasi ini, Lingga membuktikan bisa panen padi. Hari ini saya mengajak seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan warga Lingga bersama-sama mewujudkan target Lingga sebagai lumbung pangan,” kata dia di Lingga.

Sawah yang menjadi lokasi pelantikan baru dibuat 10 bulan terakhir. Pembuatan sawah itu menimbulkan hal yang tidak mengenakkan bagi Wello.

”Saya dituduh mendalangi pembalakan liar berkedok cetak sawah dan mengorupsi anggaran pencetakan sawah. Silakan dicek, satu rupiah pun dana APBD atau APBN tidak dipakai untuk membuat sawah-sawah ini,” tuturnya.

Lahan yang dijadikan sawah kerap dilanda kebakaran saat kemarau dan banjir saat musim hujan. Sisa kebakaran masih bisa ditemukan dalam bentuk akar aneka pohon di lokasi yang kini jadi sawah. “Rupanya sisa kebakaran itu disebut sebagai bukti pembalakan liar,” ucapnya.

Persoalan lain dalam proses pembuatan sawah itu adalah diskriminasi pemerintah pusat terkait bantuan irigasi. Bantuan itu hanya diberikan kepada daerah bisa membuat sawah minimal 3.000 hektar dalam satu hamparan. “Mana mungkin daerah kepulauan seperti Lingga bisa memenuhi syarat itu,” ujarnya.

Potensi sawah
Kabupaten itu punya 604 pulau. Namun, hanya empat pulau besar bisa dijadikan lokasi pembuatan sawah. Potensi sawah di Lingga memang mencapai 10.000 hektar. Namun, tidak ada daerah bisa dijadikan lokasi yang memungkinkan ada 3.000 hektar sawah dalam satu hamparan di Lingga. Setiap lokasi hanya bisa dipakai maksimal 1.000 hektar.

“Kami sudah meneliti lokasi dan sudah mulai mengerjakan sawah. Bahkan, tahun ini sudah panen sekali,” sebutnya. Namun, semangat warga Lingga untuk menghasilkan pangan sendiri terkendala ketiadaan jaringan irigasi. Tanpa jaringan irigasi, mustahil membuat sawah ribuan hektar.

“Setelah bolak-balik mengajukan permohonan, Kementerian Pekerjaan Umum memastikan Lingga tidak bisa mendapat bantuan pembuatan irigasi,” ujarnya. Wello mengaku bingung dengan keputusan itu. Apalagi, Kementerian Pertanian mendorong Lingga mencetak hingga 4.000 hektar sawah dalam periode 2016-2017.

“Bagaimana cara mencetak ribuan hektar sawah kalau irigasi tidak ada? Lingga tidak bisa membuat sendiri jaringan irigasi untuk sawah seluas itu,” tuturnya. Lingga merupakan kabupaten dengan APBD terkecil di Kepri, yakni Rp 720 miliar pada 2016. Sebagai pembanding, APBD Batam 2016 Rp 2,5 triliun dan APBD Natuna Anambas 2016 Rp 928 miliar.

Adapun Makam Merah dipilih agar para pejabat baru ingat peran Lingga sebagai salah satu pusat kerajaan penting. Lingga menjadi ibu kota Kesultanan Melayu hingga akhir abad 19. Setelah itu, Lingga hanya menjadi daerah pinggiran dan dilupakan banyak orang.

“Di masa lalu, dengan kondisi lebih terbatas dari sekarang, Lingga bisa menjadi daerah penting. Sekarang, semua lebih maju, tentu Lingga bisa kembali berperan,” ujarnya. Makam Merah adalah salah satu kompleks kuburan kuno di Daik. Sebagai bekas ibu kota, di Lingga terdapat banyak peninggalan Kesultanan Melayu.

Makam para bangsawan Melayu dan kerabatnya termasuk peninggalan di Lingga. Salah satunya adalah makam Yang Dipertuan Muda Riau, wakil sultan di salah satu daerah. Wilayah terakhir Kesultanan Melayu yang beribu kota di Lingga adalah Pahang-Johor-Riau-Lingga. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

wwwwww