Home > Berita > Riau

Riau Kaya Minyak Tapi Listriknya Masih Byar Pet, Ini Langkah Menteri ESDM Ignasius Jonan

Riau Kaya Minyak Tapi Listriknya Masih <i>Byar Pet</i>, Ini Langkah Menteri ESDM Ignasius Jonan

Gardu induk PLTU Tenayanraya Pekanbaru.

Minggu, 18 Desember 2016 19:45 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Menyandang predikat jadi daerah penghasil minyak terbesar nasional, bukan jaminan listrik di Riau tercukupi. Sampai hari ini, listrik di provinsi kaya minyak tersebut masih sering mengalami pemadaman atau byarpet. Sebabnya, beberapa kawasan belum tersambung dengan interkoneksi jaringan transmisi. Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengatakan, pemerataan penyediaan di Riau terus dilakukan sejalan dengan elektrifikasi nasional lewat program 35.000 MW.

"Arahan pemerataan pembangunan, terutama yang listriknya kurang. Riau sudah oke, mungkin listriknya kurang," kata Jonan di kantor operasional Lapangan Minas, PT Chevron Pacific Indonesia, Kabupaten Siak, Riau, Sabtu (18/12/2016).

Untuk pembangunan pembangkit di Riau, menurut Jonan, akan lebih elok jika listriknya dihasilkan dari gas lantaran provinsi tersebut juga jadi salah satu lumbung gas nasional.

"Kayak Riau gasnya besar, mestinya pakai gas, nggak pakai yang lain. Kalau Sumsel PLTU karena banyak batu bara, makanya kita sepakat perlu banyak pembangkit mulut tambang. Kalau nggak ada sama sekali kayak Maluku, bisa pakai hidro atau solar cell," jelas dia seperti dikutip potretnews.com dari detik.com.

Diungkapkannya, listrik Riau sendiri akan tercukupi begitu pembangkit-pembangkit dari program 35.000 MW terealisasi.

"Saya nggak hafal setiap provinsi, total kapasitas 51.000 MW, kapasitas nasional sampai 2019 ditargetkan minimal 70.000 MW, itu sudah termasuk cadangan 30%. Untuk provinsi lumbung energi alokasinya lebih besar," ungkap Jonan.

Riau sendiri, lanjut Jonan, menyumbang 40% produksi minyak nasional yang saat ini ditargetkan pemerintah sebesar 820.000 barel per hari. Bahkan lapangan minyaknya di Minas, saat ini berpredikat sebagai lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.

"Tadi saya ke Duri juga. Jadi saya datang ke sini karena di sini mewakili 40% produksi minyak bumi nasional. Makanya saya datang pertama di oil and gas karena kapasitas di sini hampir 40% produksi nasional," pungkas Jonan. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

wwwwww