Buru-buru Kabur saat Hendak Disergap Satgas Karhutla, KTP, STNK dan Handphone Perambah Cagar Biosfer Riau Tertinggal di Pondok

Buru-buru Kabur saat Hendak Disergap Satgas Karhutla, KTP, STNK dan Handphone Perambah Cagar Biosfer Riau Tertinggal di Pondok

Pondok perambah hutan dibakar satgas. (foto: okezone.com)

Rabu, 07 September 2016 14:39 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Satgas Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan Riau melakukan operasi penegakan hukum terhadap perambah yang melakukan pembalakan liar dan pembakaran Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukitbatu, Provinsi Riau, Selasa (6/9/2016). Berdasarkan pantauan wartawan yang turut dalam operasi gabungan itu, satgas berhasil menemukan identitas para perambah seperti KTP, STNK, telepon seluler, hingga buku tabungannya.

Target Satgas sendiri adalah sekelompok perambah yang "menjarah" zona inti cagar biosfer. Di area tersebut, para perambah terlihat telah membangun empat gubuk dari kayu dan beratap seng. Mereka membabat hutan alam dan membuat kanal yang berfungsi sebagai akses masuk transportasi dan untuk mengalirkan kayu ke luar kawasan.

Di sepanjang kanal itu terlihat tumpukan kayu dari aktivitas pembalakan liar. Sementara itu, di sekitar gubuk terlihat lahan gambut yang sudah menghitam karena sebelumnya sudah dibakar.

Personel Komando Batalyon 462 Paskhas bersenjata laras panjang, beserta penyidik Ditreskrimsus Polda Riau, diterjunkan ke lokasi perambahan menggunakan helikopter Super Puma. Mereka memasang garis polisi, papan pengumuman dilarang melakukan kegiatan di cagar biosfer, sebelum lantas diakhiri dengan membakar gubuk-gubuk perambah.

Berdasarkan catatan, ini adalah ketiga kalinya Satgas melakukan operasi serupa sejak Juli lalu. Dua operasi sebelumnya dilakukan di kawasan konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN). Namun, seperti operasi sebelumnya, Satgas tidak berhasil menangkap tangan para perambah. Meski demikian, pada operasi kali ini, Satgas mendapat kemajuan berarti karena berhasil mengantongi identitas para perambah.

"Memang operasi ini belum mencapai target kita untuk menangkap langsung pelaku. Namun ada kemajuan, karena kita mendapatkan nama-nama para perambah dari barang bukti yang berhasil disita di lokasi," kata Komandan Satgas Udara yang juga Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma TNI Henri Alfiandi.

Henri mengatakan, para perambah sepertinya mengetahui kedatangan tim satgas yang datang dengan helikopter. Namun, para perambah yang kabur tidak sempat membawa dompet dan tas yang berisikan KTP, STNK, buku tabungan, kartu ATM, telepon seluler, hingga buku catatan pengeluaran saat melakukan pembukaan lahan di cagar biosfer.

"Identitas perambah sudah diketahui. Mereka semua warga dari Riau. Untuk selanjutnya, semua barang bukti akan diserahkan ke Polda Riau untuk proses hukum selanjutnya," kata Henri.

Henri menduga, kelompok perambah tersebut masih belum lama membuka lahan di cagar biosfer, karena juga ditemukan barang bukti gergaji mesin dan alat penyemprot tanaman yang masih baru.

Sementara, Wakil Komandan Satgas Karlahut Riau, Kolonel Czi I Nyoman Perwata, mengatakan bahwa operasi gabungan untuk penegakan hukum itu diharapkan bisa memberikan efek jera.

"Satgas akan secara rutin melakukan operasi gabungan ini, untuk memberikan efek jera dan menunjukkan wibawa pemerintah bahwa kita serius menangani kebakaran lahan dan hutan," kata I Nyoman Perwata yang juga menjabat Kepala Staf Korem 031/Wirabima.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger mengatakan, operasi gabungan TNI, Polri dan lintas instansi ini juga menunjukkan bahwa Satgas Siaga Darurat Karlahut Riau tidak hanya fokus pada pemadaman kebakaran, melainkan juga menuntaskan akar masalah dalam penegakan hukum.

"Meski sekarang Riau tidak ada asap, bukan berarti kita tidak bekerja," kata Edwar.

Sementara itu, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Fifian J Yogaswara, mengatakan bahwa Kemenhut-LH bersama pemerintah daerah kini berupaya untuk mengembalikan cagar biosfer kepada fungsi awalnya sebagai kawasan konservasi. Ia mengatakan, kini ada sekitar 3.000 hektare dari kawasan seluas 178 ribu hektar itu yang rusak akibat perambahan, pembalakan liar dan pembakaran.

"Perlu ada upaya bersama untuk mengembalikan cagar biosfer seperti fungsinya. Selain penegakan hukum, kami juga melakukan pendampingan agar perambah yang sudah lama berada di sana tetap bisa melanjutkan hidup mereka. Solusinya, para perambah dari luar bisa dipulangkan ke daerahnya, dan bisa juga dipekerjakan di perusahaan yang berada di sekitar cagar biosfer," ungkapnya. ***

Editor:
Farid Mansyur

Sumber:
Suara.com/Antara

wwwwww