Akhir Kisah Santoso, Gembong Asal Tapung Hilir Kampar dengan Rekam Jejak Antarprovinsi

Akhir Kisah Santoso, Gembong Asal Tapung Hilir Kampar dengan Rekam Jejak Antarprovinsi

Ilustrasi.

Senin, 16 Mei 2016 18:37 WIB
BANGKINANG, POTRETNEWS.com - Tewasnya Santoso dikeroyok ratusan warga di Desa Kota Garo Kecamatan Tapung Hilir mendapat perhatian dari sahabatnya. Seorang pria yang mengaku pernah bersahabat dengan Santoso, prihatin dan sedih. Pria yang meminta identitasnya disembunyikan ini tampak serba salah menyikapi sahabatnya wafat secara tidak wajar, Minggu (15/5/2016). Sebagai sahabat, ia sedih. Namun satu sisi, ia tak bisa menyalahkan emosi ratusan warga.

"Ya gimana pula. Mukuli anak orang suka-sukanya aja. Siapa yang nggak naik darah," kata pria yang mengaku dahulu pernah bersama Susanto melakukan kejahatan. Adapun aksi kejahatan itu kebanyakan perampokan.

BACA: Hajar Dua Remaja di Warung Tuak, Jagoan Kampung Tewas Diamuk Massa di Tapung Hilir Kampar

"Dia (Ilham, panggilan Santoso) itu sudah keluar masuk penjara. Tapi nggak jera juga," ujar pria ini. Sepengetahuan pria ini, korban memiliki beberapa pucuk senjata api. Ia sendiri tak tahu dari mana senjata itu didapat Santoso.

Pria ini mengaku, Santoso dikenal paling nekat dan sadis di kelompoknya. Beraksi di lintas provinsi dan tak segan-segan melukai korbannya.

Pria yang sudah lama meninggalkan dunia hitam ini hanya berharap, keluarga korban diberi kekuatan dan ketabahan. Ia terakhir bersama dengan Santoso sekira tahun 2013 silam. Setelah itu, ia dan Santoso tidak pernah berkomunikasi lagi.

"Terakhir kali jumpa, waktu itu anaknya sudah dua. Sekarang nggak tau," katanya.

Pria ini menceritakan secara singkat pembantaian Santoso hingga tewas. Santoso diamuk massa selama kurang lebih tiga jam. "Mulai dari jam 11 (Sabtu malam) sampai jam 2 (Minggu dini hari)," katanya.

Lanjut pria ini, Santoso dilempar, dihantam dengan benda tumpul dan dihajar dengan tangan kosong. Tubuh Santoso nyaris tertimbun benda lemparan massa. Bahkan, informasi yang diperolehnya, kemaluan Santoso luka berat.

"Begitulah sangkin emosinya warga," katanya.

Ia menuturkan, massa tidak mau membubarkan diri sebelum Santoso dipastikan tewas. Bahkan, dokter sempat dipanggil massa ke lokasi untuk memastikan apakah Santoso sudah benar-benar tewas atau belum.

"Dokter pun disuruh cek. Sudah benar-benar mati nggak. Jangan nanti masih hidup pula," ujar pria ini. Sayangnya ia tidak bisa melihat Santoso untuk terakhir kali. ***

Editor:
Farid Mansyur

Sumber:
Tribunpekanbaru.com

Kategori : Kampar, Hukrim
wwwwww