Home > Berita > Riau
Mengaku Masih Memegang Kartu Pers, Pejabat Pemprov Riau Ini Malah Lontarkan Pernyataan Menghina Pers, ”Lemparkan Amplop ke Wartawan”

Sudah Merendahkan Profesi Wartawan, Syahnan Rangkuti Minta Anshari Kadir Kembalikan Kartu Pers

Sudah Merendahkan Profesi Wartawan, Syahnan Rangkuti Minta Anshari Kadir Kembalikan Kartu Pers

Wartawan Harian Kompas, Syahnan Rangkuti.

Selasa, 08 Desember 2015 15:36 WIB
Mukhlis
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Pernyataan merendahkan profesi wartawan yang diucapkan seorang pejabat Pemerintah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, Anshari Kadir saat bertugas di Bagansiapiapi, seperti meludah ke atas. Karena ketika itu, Anshari mengaku masih memegang kartu pers. ”Kasus ini unik. Tanpa disadari, pernyataan dia (Anshari) bukan saja telah menghina profesi wartawan, tetapi juga dirinya sendiri. Karena saat itu (di Bagansiapiapi) Anshari mengaku masih memegang kartu pers,” kata wartawan senior Harian Kompas Syahnan Rangkuti khusus kepada potretnews.com, melalui telepon, Selasa (8/12/2015) sore.

Syahnan yang juga Koordinator Solidaritas Wartawan untuk Transparansi (Sowat) berpendapat, Anshari perlu diberi pelajaran agar dia tahu apa yang dilakukannya. Selain mengecam, Syahnan minta kasus pelecehan terhadap wartawan yang dilontarkan Anshari, harus diusut tuntas. ”Kita ingin mengetahui, apa sebenarnya tujuan Ansari melontarkan perkataan seperti itu.”

Yang membuat Syahnan tak habis pikir, jika dibanding aktivitasnya sekarang sebagai pegawai negeri sipil (PNS), justru jauh lebih lama Anshari bertugas sebagai sebagai wartawan.

”Orang yang sudah menghina tidak layak lagi menyandang profesi wartawan. Oleh karena itu, kita meminta dia mengembalikan kartu persnya,” ujar Syahnan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Administrasi Pendidikan dan Agama Biro Kesra Provinsi Riau, Anshari Kadir melakukan pelecehan terhadap profesi wartawan di hadapan puluhan pejabat dan camat di Rohil.

Pembina Unit Kerja Siswa (UKS) Provinsi Riau itu menyampaikan tutur kata yang tidak baik saat menyampaikan materi acara Akselerasi UKS, Senin (7/12/2015) di Kantor Bupati Rohil lantai 4, Jalan Merdeka, Bagansiapiapi.

Saat memperkenalkan dirinya sebagai narasumber di hadapan puluhan pejabat dan camat di Rohil, Anshari Kadir mengaku kalau dirinya pernah menjadi wartawan di sebuah stasiun radio di Pekanbaru.

"Wartawan pandainya hanya cuma menyorot dan mencari kesalahan orang saja, namun tidak pandai menyorot diri sendiri," ucapnya di hadapan puluhan pejabat dan camat di Rohil.

Anshari Kadir mengaku kalau dirinya sering kali disalahkan orang meskipun sudah bekerja dengan baik. "Mungkin dulu karena sering mencari kesalahan orang, jadi sekarang saya yang disalah-salahkan," katanya menyindir profesi wartawan. Tak hanya sampai di situ Anshari kadir juga menyampaikan kata-kata penghinaan yang membuat puluhan wartawan di Rohil menjadi geram.

"Ibu-ibu dan bapak-bapak tahu tidak, dulu itu setiap ada acara lomba lari selalu wartawan yang menjadi juaranya. Asal ibu dan bapak tau, karena saat lomba akan dimulai, lempar saja amplop maka wartawan akan berlari dengan cepat," katanya sembari tertawa dan diikuti tepuk tangan oleh peserta UKS yang hadir.

Anshari Kadir juga mengatakan dirinya pada saat menjadi wartawan tidak mau diberikan amplop oleh narasumber. "Saya dulu tak mau dikasi amplop, bukan karena isinya Rp50 ribu ya, tapi memang saya tidak mau, palingan cuma sekali-kali di saat saya mau berangkat ke Jakarta," katanya.

Melihat perkataan yang dilontarkan Anshari Kadir, semua peserta UKS pun melihat ke belakang dimana tempat wartawan melakukan peliputan, dirinya juga mengaku masih memiliki kartu identitas kewartawanan berupa kartu pers. "Wartawan di Bagan jangan ditulis ya, masa jeruk makan jeruk," ucapnya sembari menyindir.

Tak terima dengan ucapan pejabat Pemprov Riau itu, puluhan wartawan pun menghampirinya untuk mengkonfirmasi perkataan yang diucapkannya tersebut. Melihat puluhan wartawan yang menghampirinya Anshari kadir terlihat pucat dan dan menggigil serta menyembah minta maaf sembari memeluk-meluk wartawan Harian Metro Riau dan wartawan Posmetro Rohil.

"Maaf ya nak, saya minta maaf karena tadi saya keseleo, sumpah saya tidak bermaksud menghina maupun meremehkan profesi wartawan," ujarnya sembari tersedu-sedu sembari ingin menangis.

"Saya akui saya khilaf dan demi Allah maafkanlah saya, jangan diekspose di media lagi ya, tolonglah nak. Saya memiliki istri dan anak, sekali lagi maaf ya, tolong lah, Tuhan aja maha pemaaf, masa kalian tidak mau memaafkan saya," ujarnya mengemis-ngemis sembari mengikuti wartawan turun ke lantai dasar kantor Kupati Rohil.

Anshari Kadir mengatakan dirinya akan melakukan apa saja asalkan berita tidak dinaikan. "Tolonglah maafkan ya, saya rela lakukan apa saja asalkan beritanya tidak dinaikan. Tadi tu saya khilaf, saya rela kalian bawa kemana saja, kita ini kan keluarga ibarat ayah dan anak. Saya khilaf dan demi Allah saya minta maaf dari hati yang tulus, bisa kan maafkan saya?," tanyanya kepada wartawan sambil merangkul dan memeluk wartawan.

Di saat wartawan ingin keluar dari kantor bupati dirinya memegang wartawan dan kembali merengek rengek meminta maaf agar berita itu tidak dinaikkan. "Yok kita makan siang, di mana yang enaknya makan siang di Bagan," ucapnya merayu sembari mengatakan dirinya juga mengenal tokoh wartawan di Riau.

Buntut dari pernyataannya itu, Selasa (8/12/2015) siang tadi, Anshari Kadir didemo ratusan wartawan di tempatnya bertugas, Kantor Gubernur Riau. ***

(Akham Sophian)
wwwwww