Desa Wisata di Kepulauan Meranti, Punya Pohon Durian 100 Tahun

Desa Wisata di Kepulauan Meranti, Punya Pohon Durian 100 Tahun

Kantor pemerintahan di Desa Wisata Bokor, Kabupaten Kepulauan Meranti (foto: detikTravel)

Selasa, 20 Oktober 2015 18:51 WIB
MERANTI, POTRETNEWS.com - Kepulauan Meranti di Provinsi Riau punya sejumlah destinasi wisata yang benar-benar di luar radar wisatawan. Mereka punya Desa Wisata Bokor yang punya hutan durian yang sangat tua dan hutan bakau yang menawan. Desa Wisata Bokor terdapat di Pulau Rangsang. Dari ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti di Selat Panjang, Pulau Tebing Tinggi, wisatawan harus naik perahu dulu sekitar 15 menit dari Pelabuhan Camat yang kecil.

Dikutip potretnews.com dari detikTravel yang jalan-jalan ke desa wisata itu, beberapa waktu lalu. Kami menyeberang selat untuk sampai tiba di Bokor. Desa ini tidak berada di tepi laut, melainkan agak masuk ke hulu sungai. Dermaga desanya begitu sederhana.

Gerbang selamat datang menyambut kami. Wah, jalanan desa tampak begitu rapi dan bersih, tidak terlihat sampah bertebaran. Tampaknya tidak ada mobil di sini kecuali motor dan sepeda.

Sebuah baliho besar masih terpasang di dekat dermaga, Bokor World Music Festival 2015. Rupanya di desa ini pernah digelar festival musik tradisional selevel Asia Tenggara. Sayang beribu sayang, gaungnya tidak terdengar sampai ke Jakarta.

Warga desa begitu ramah mengantar kami melihat-lihat desa. Lantas dibawanya kami ke tepi desa dengan lapangan rumput yang cukup lebar. Festival musik dulu digelar di lapangan ini, namun yang menarik justru bukan itu.

"Lihat pohon-pohon besar dan tinggi itu, itu hutan pohon durian. Usianya sudah sampai sekitar 100 tahun," kata Kepala Badan Penanaman Modal Kabupaten Kepulauan Meranti Hendra Putra.

Rencananya di desa itu akan dibangun jalur tracking dengan paving block untuk kegiatan susur hutan durian. Pasti asyik untuk wisatawan penggemar durian untuk datang ke sini. Musim duriannya sekitar bulan Mei.

Bokor pun punya daya tarik lainnya yaitu mangrove. Kami menyusuri ke arah hulu sungai untuk menikmati hutan bakau di sana. Sayang laut sedang surut sehingga kami tidak bisa terlalu jauh dari muara.

Namun jika dibandingkan dengan mangrove di Banyuwangi, mangrove di Bokor lebih sepi fauna. Jangankan bangau, kepiting rawa dan ikan glodok saja tidak langsung terlihat. Hanya elang laut yang jumlahnya lumayan banyak di sekitar selat.

Desa Wisata Bokor jelas punya potensi. Ada desa yang rapi dan bersih, festival musik, hutan durian dan mangrove. Namun banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan lebih dulu. Perbaikan dermaga desa dan promosi wisata perlu segera dilakukan agar Desa Wisata Bokor tidak menjadi destinasi wisata ala kadarnya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Wisata
Sumber:Detik.com
wwwwww