Ketika Wina Armada Lebih Populer dari Kakek dan Sang Ayah yang Semuanya adalah Wartawan

Ketika Wina Armada Lebih Populer dari Kakek dan Sang Ayah yang Semuanya adalah Wartawan

Wina Armada Sukardi.

Akham Sophian
Minggu, 27 November 2016 15:23 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com – Pria kelahiran Jakarta 17 Oktober 1959 tersebut sudah lama terjun ke dunia pers. Dalam dirinya mengalir darah wartawan, karena ayahnya, Gandi Sukardi, mantan wartawan Kantor Berita Antara. Kakeknya, Didi Sukardi, pejuang sekaligus wartawan tempo doeloe yang memelopori harian Oetoesan Indonesia. Walau terjun ke dunia wartawan, adik kandung mantan Meneg BUMN Laksamana Sukardi tersebut juga menekuni dunia kepengacaraan sesuai dengan ilmu yang ditekuni waktu kuliah.

''Jadi, saya 26 tahun berkarier sebagai wartawan, tetapi juga 20 tahun berkarier sebagai pengacara,'' kata alumnus FH Universitas Indonesia tersebut, seperti dilansir suaramerdeka.com terbitan 19 Oktober 2003.

Sejak remaja Wina aktif menulis. Saat itu tulisannya sering dimuat di Sinar Harapan. Sebagai pengacara pun dia sering menangani masalah hukum yang berkaitan dengan pers.

''Kasas-kasus berkaitan dengan pers yang saya tangani mulai dari masalah serius hingga ke pornografi seperti kasus majalah Popular dan Matra. Selain menangani kasus, saya juga sering jadi saksi ahli,'' kata suami Amalia Trisnawati Sukardi tersebut.

Berbicara mengenai pers di Indonesia, Wina berpendapat, pers nasional sudah mempunyai UU Pers yang modern di kawasan Asia. Karena itu, potensi yang baik ini harus dipertahankan dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman.

''Jangan sedikit-sedikit membandingkan dengan pers negara lain, termasuk pers negara maju sekalipun. Pasti ada suatu yang khas di sana yang mungkin sulit diterapkan di negara kita. Kita masih harus memilah lagi kebaikan pers di sana. Jangan sampai kita melupakan potensi yang sudah lebih baik dari negara lain, seperti Malaysia, misalnya,'' kata anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Gandi dan Ani Adiwijaya Sukardi itu.

Pada 29 September 2003 terjadi alih generasi pengelolaan Harian Merdeka. Di harian yang kali pertama terbit pada 1 Oktober 1945 atau 44 hari setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tersebut, Wina duduk sebagai penanggung jawab umum dan pemimpin redaksi.

Bagi Wina, peristiwa alih generasi pengelolaan Merdeka menorehkan pengalaman tersendiri. ''Jelas menakhodai koran Merdeka akan berbeda dari koran-koran lain. Itu karena nama besar Merdeka sejak awal,'' kata ayah Kautsar Armada Sukardi, Fath Armada Sukardi, dan Raad Armada Sukardi tersebut.

Wina mengaku mempunyai obsesi ingin mengelola Merdeka dengan sebaik-baiknya sehingga bisa menjadi penerbitan besar yang bertahan lama seperti di negara maju lain. Namun, dia ingin tetap menonjolkan visi kenasionalan, independen, dan berwawasan abad ke-21.

Wina mengaku tidak gentar terhadap persaingan media cetak terutama koran yang makin sengit. Dia sudah mempunyai kiat-kiat rahasia yang khusus. Yang terpenting, jelas dia, tetap menjunjung tinggi profesionalisme.

''Dulu waktu saya dan teman-teman mendirikan Forum juga ada pertanyaan seperti itu. Mampu apa tidak bersaing di bisnis yang persaingannya sangat ketat. Namun, akhirnya kami berhasil juga,'' kata pria yang memiliki hobi memelihara burung kicau tersebut, dan namanya lebih populer dari kakek dan ayahnya di jagad pers Indonesia. ***

Kategori : Profil
wwwwww