Menghitung Dampak Konflik Arab Saudi dan Iran

Menghitung Dampak Konflik Arab Saudi dan Iran

Ini kekuatan militer Iran jika berhadapan dengan koalisi Arab Saudi. (foto: merdeka.com)

Jum'at, 08 Januari 2016 02:48 WIB
KETEGANGAN di Timur Tengah kembali meningkat. Persoalan Suriah dan Yaman belum usai, hubungan Arab Saudi dengan Iran mendadak memanas. Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada hari Minggu kemarin, dua hari setelah demonstran menyerbu kedutaan Saudi di Teheran sebagai protes atas eksekusi Riyadh. Memang dua negara yang selalu bersaing di kawasan regional Timur Tengah itu memiliki sejarah panjang hubungan penuh ketegangan. Iran dan Saudi Arabia bukan sekutu alami, juga bukan musuh alami. Namun mereka saling berkompetisi sebagai produsen minyak terbesar dan masing-masing memproklamirkan diri sebagai pendukung Suni dan Syiah.

Ada kekhawatiran konflik kali ini bisa mengarah ke perang terbuka antar dua negara. Jika ini terjadi, dampaknya akan meluas ke seluruh negara hingga bisa memicu harga minyak dunia mengalami gonjang-ganjing. Mata uang dunia dan bursa saham akan kembali tergoncang.

Anehnya, kedua negara sama-sama mengaku sebagai korban dari meningkatnya eskalasi politik antara mereka. Apa yang tampak saat ini bukan sekadar perang pernyataan, tetapi berebut pengaruh dan kekuasaan. Sejak perang dingin berakhir, pola perang telah berpindah. Kini yang terjadi antara Iran dan Saudi adalah perang tentang geopolitik.

Indonesia memiliki hubungan baik dengan kedua negara. Banyak kepentingan ekonomi RI bakal terganggu karena volume perdagangan sangat besar dengan Iran dan Saudi. Tentu saja sebagai negara yang memiliki warga beragama Islam terbesar di dunia, Indonesia ingin kedua negara tersebut hidup damai.

Dampaknya secara nyata sudah terlihat pada perdagangan Senin kemarin. Nilai tukar Ringgit Malaysia dan Rupiah kompak melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Analis berpendapat pelemahan ini dipicu ketegangan antara Iran dan Arab Saudi yang membuat permintaan dolar AS menguat. Selain itu, bursa saham IHSG juga merosot.

Indonesia berjanji tidak akan tinggal diam menyikapi konflik Saudi dan Iran. Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan MUI kemarin sudah menyiapkan beberapa langkah taktis. Salah satunya menggelar konferensi negara-negara sahabat. Itu sebagai bentuk ikhtiar bagaimana mendekatkan kedua negara tersebut.

Konferensi dalam konsep Presiden nantinya tidak hanya dihadiri negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) tapi seluruh negara yang peduli dengan perdamaian di Timur Tengah akan diundang. Diharapkan dengan duduk bersama maka konflik tersebut bisa segera berakhir.

Kita mendukung langkah Presiden Jokowi untuk lebih berperan mewujudkan perdamaian di Timur Tengah. Itu merupakan amanat Pembukaan UUD 1946 untuk berperan aktif dalam perdamaian dunia. Tentu bukan hal mudah membuat dua negara berdamai, tetapi tak ada yang mustahil. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Opini
Sumber:Hariansib.co
wwwwww