Soal Harimau Sumatera Alami Luka Serius karena Terjerat di Konsesi PT RAPP, Ini Kata WWF

Soal Harimau Sumatera Alami Luka Serius karena Terjerat di Konsesi PT RAPP, Ini Kata WWF

Seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatra) yang menjadi korban jeratan pemburu liar, di kawasan konsesi PT RAPP, Blok Meranti, Kecamatan Telukmeranti, Pelalawan. (RIAUONLINE.co.id)

Jum'at, 03 April 2020 08:12 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com — Berjarak setahun, harimau sumatera kembali menjadi korban dari pemasangan jerat di area konsesi hutan tanaman industri (HTI) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Akibat tali jeratan di kawasan yang masuk wilayah Kecamatan Telukmeranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, sang raja hutan berjenis kelaim betina itu mengalami luka cukup serius di bagian kaki.

”Kami sangat prihatin dengan masih banyaknya jerat dipasang pemburu di kawasan habitat satwa, dan menyesalkan kembali terjadinya korban satwa langka," kata Ecologist World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia, Sunarto seperti dilansir riauonline.co.id terbitan Kamis (2/4/2020).

Sunarto berharap kepada semua pihak baik itu pemerintah sebagai pemegang otoritas maupun perusahaan dan segenap lapisan masyarakat agar dapat saling bekerja sama dan bersinergi untuk mengatasi permasalahan krisis jerat yang sejauh ini bukan hanya terjadi di Riau, namun juga hampir seluruh Sumatera, bahkan Asia Tenggara.

Disinggung mengenai komitmen RAPP dalam melindungi habitat harimau sumatera ini, dijelaskan Sunarto, perusahaan pemegang konsesi khususnya bidang kehutanan maupun pertanian diharapkan dapat lebih meningkatkan perannya dalam upaya pelestarian lingkungan termasuk konservasi satwa liar.

”Masih banyak sumberdaya yang dapat diarahkan untuk itu, dan hal itu tidak hanya akan menguntungkan lingkungan hidup secara luas, namun juga dalam jangka panjang akan menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri,” tuturnya.

Menurut Sunarto, harimau berusia lebih kurang tiga tahun itu berkemungkinan besar merupakan harimau yang berasal dari habitat Semenanjung Kampar dan Blok Kerumutan. Sebab, dua blok ini adalah kawasan terdekat dari lokasi kejadian.

”Kedua kawasan tersebut memang telah sejak lama dikenal sebagai habitat penting bagi harimau. Kedua blok hutan itu dulu masih terkoneksi habitatnya, dan harimau dilaporkan oleh masyarakat dapat menyeberang melalui Sungai Kampar," ulasnya.

Akhir-akhir ini sambungnya, daerah-daerah yang menjadi penghubung kedua blok hutan ini telah mengalami konversi. Harimau di kedua blok hutan ini tampaknya saling memasuki wilayah tersebut, dan dengan kondisi yang ada, mereka menghadapi risiko yang lebih besar untuk berjumpa dengan manusia.

”Pihak perusahaan dan masyarakat perlu memahami ini, dan semaksimal mungkin dapat berupaya memberi ruang gerak bagi pergerakan satwa,” ujarnya.

Kondisi harimau di dunia saat ini dalam posisi sangat terancam. Harimau Sumatera termasuk yang paling parah. Populasinya secara total di seluruh Sumatera saat ini diperkirakan hanya sekitar 550 individu menurut draft terakhir SRAK Harimau versi konsultasi publik nasional. "Namun mereka terpisah-pisah di beberapa blok hutan di Sumatera,” ujarnya.

Sekadar mengingatkan, peristiwa harimau sumatera terjerat perangkap bukan kali ini terjadi di areal sekitar konsesi dimiliki PT RAPP. Sebelumnya, setahun silam, 27 Maret 2019 seperti dikutip dari kumparan.com, seekor harimau jantan juga terjerat.

Harimau tersebut terjerat perangkap terbuat dari tali sling yang dipasang di kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER) PT Gemilang Cipta Nusantara, anak perusahaan APRIL Group, induk perusahaan kayu dan bubur kertas terbesar di Indonesia, RAPP. ***

Berita ini telah terbit di riauonline.co.id dengan judul ”WWF Sesalkan Kejadian Harimau Sumatera Terjerat di Konsesi PT RAPP”

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Pelalawan, Umum
wwwwww