Home > Berita > Umum

Anggota DPRD Medan Cekcok dengan Polisi soal Pemakaman PDP: Mana Corona biar Kutelan, Enggak Takut Aku Mati…

Anggota DPRD Medan Cekcok dengan Polisi soal Pemakaman PDP: Mana Corona biar Kutelan, Enggak Takut Aku Mati…
Selasa, 31 Maret 2020 16:06 WIB
MEDAN, POTRETNEWS.com — Prosedur pemakaman Pasien dalam Pengawasan (PDP) Corona yang meninggal dunia jadi pemicu cekcok antara Anggota DPRD Kota Medan bernama Edi Saputra dengan seorang polisi. Cekcok terjadi saat anggota dewan tersebut ingin masuk ke rumah duka di Jalan Air Bersih Medan, Senin (30/3/2020), dan menjadi viral di media sosial.

Dalam video yang beredar, anggota DPRD tersebut menyebut prosedur yang dijalankan polisi untuk menangani jenazah PDP Corona atau Covid-19 berinisial SA itu salah.

Diketahui, SA meninggal pada Senin (30/3/2020) pagi di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Madani Medan. "Tadi Pak Kapoltabes sudah menelepon saya. Bukan Abang, cara Abang itu salah. Nanti Abang kutuntut. Enggak ada prosedurnya begitu," katanya kepada polisi di depannya.

Suara seseorang yang mencoba menenangkannya dan mengatakan bahwa yang dijalankan adalah prosedur dan Kapolrestabes sudah memerintahkannya pun langsung ditimpalinya. "Perintah dan prosedur itu beda,” tandasnya. Polisi tersebut menjelaskan, dirinya berkomunikasi dengan kapoltabes (kapolrestabes) dan menyampaikan agar warga tidak keluar dari gang dan nantinya akan ada dari tim kesehatan.

Mengaku tak takut mati 
Namun, Edi tidak memedulikannya. "Aku aja tak takut mati. Kalau mati, mati nyah tu. Tembak aja kami biar mati,” ucapnya. Dia terlihat meluapkan kemarahannya tak hanya kepada polisi. Seorang pria berseragam coklat dan berpeci pun dia tunjuk. ”Bukan kau pun nanti kupanggil kau nanti," katanya sambil berlalu setelah dirangkul dengan rekannya berkaus merah.

Dalam video berdurasi 6 menit 33 detik yang diunggah di akun Instagram @Tribunmedandaily itu, Edi diikuti juga oleh 3 orang berbaju loreng coklat. Baru beberapa langkah, tersengar seseorang menyebut kata "positif" dan Edi pun berbalik. "Siapa yang bilang positif. Kalian aja yang di sini buat kacau. Ada alat tes,” tukas anggota dewan.

Dikatakannya, dirinya adalah anggota DPR dan tak mau mati. Menurut dia, hal ini adalah persoalan orang mati dan tadinya akan dipercepat, tetapi diperlambat. Menurut polisi, orang yang membawa jenazah haruslah orang yang ditunjuk.

”Kami aja anggota DPR enggak takut mati, Bang. Jabatanku kutarokan ini. Bukan gitu. Terlalu berlebihan kalian,” katanya.

”Aku anggota DPR, enggak takut mati, kutelan pun virus itu..." Usai dengan polisi, dia berjalan berbalik. Masih terus berbicara dengan suara keras. Kepada seseorang berpakaian coklat dan berpeci, Edi mengatakan, dirinya sebagai anggota DPR tidak takut mati.

”Posisi berdiri pun bisa mati. Kalau mati bang, kan aku yang mati. Anggota DPR aku bang, enggak takut aku mati. Kutelan pun virus itu,” katanya.

Menurut dia, tidak perlu berlebihan dan tidak semestinya seperti tidak beragama karena orang berdiri atau tidur pun orang bisa mati.

”Aku anggota DPR tak takut mati aku, Bang. Dijamin negara aku. Mana virusnya biar kutelan sekarang. Mana Corona itu biar kutelan, mana,” katanya.

Tak cukup dengan terus mengatakan dirinya sebagai anggota DPR tak takut mati, dia berjalan dan meminta dirinya ditembak mati. ”Orang sudah sedih, sudah stres, kalian tambahi yang enggak-enggak,” ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatera Utara, dr Aris Yudhariansyah, menyebut ada satu orang pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal dunia setelah sempat dirawat di Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit Madani Medan, Senin (30/3/2020).

Informasi yang dihimpun, PDP tersebut seorang pria yang meninggal pada hari ini sekitar pukul 06.00 WIB. "Yang pasti pada saat masuk ke dalam UGD, berdasarkan pemeriksaan dokter yang ada di situ, dia ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan," katanya saat dihubungi melalui telepon pada Senin (30/3/2020) sore.

Namun demikian, diagnosis untuk mengetahui statusnya positif atau negatif belum dilakukan. Dalam hal ini, pihaknya menerima laporan berdasarkan dokter rumah sakit yang menerimanya pertama kali.

”Kalau soal berapa lama dirawat, kayaknya satu malam, karena posisi masih di UGD kan," katanya.

Dari foto-foto yang beredar, jenazah tersebut diantar oleh petugas yang menggunakan alat pelindung diri (APD). Mengenai hal tersebut, menurut dia, sudah menjadi standar ketika dokter rumah sakit menduganya sebagai PDP.

”Apalagi berdasarkan gejala itu mengarah ke sana, kan ada standar penanganan jenazah yang diduga Covid-19, itu standar Kemenkes. Kalau gejala sakitnya, mungkin dokter yang merawat yang lebih paham," katanya.

Aris menambahkan, pihaknya sudah melakukan tracing dan akan dilakukan pemeriksaan kepada keluarganya. "Soal status, sekarang kan ada status baru, orang tanpa gejala (OTG). Kalau dia tak ada gejala ya masuk OTG-lah,” pungkasnya. ***

Berita ini telah terbit di kompas.com dengan judul ”Videonya Cekcok dengan Polisi Viral, Anggota DPRD Medan: Mana Corona biar Kutelan”

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww