Home > Berita > Umum

Penemu Bahasa Indonesia Ternyata Seorang Wartawan, Namanya Tabrani

Penemu Bahasa Indonesia Ternyata Seorang Wartawan, Namanya Tabrani

Deklarasi Penyengat yang serangkai dengan Hari Pers Nasional 2015 meneguhkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau-Lingga, (6/2/2015). (KOMPAS.com)

Minggu, 26 Januari 2020 16:41 WIB

POTRETNEWS.com — Tahukah kamu siapa penggagas bahasa Indonesia? Penemu Bahasa Indonesia Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kemunculan Bahasa Indonesia tidak lepas dari peran Mohammad Tabrani Soerjowitjitro.

M. Tabrani lahir di Pamekasan Madura pada 10 Oktober 1904. Ia meninggal pada 12 Januari 1984 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.

M. Tabrani bekerja di Harian Hindia Baru mulai Juli 1925. Ia menerbitkan tulisan berjudul Kasihan pada 10 Januari 1926 sebagai gagasan awal untuk menggunakan nama "Bahasa Indonesia".

Gagasan M. Tabrani tersebut merujuk pada kondisi nyata keberagaman masyarakat masa itu yang masih bersifat kedaerahan atau kesukuan. Serta masih mengutamakan kepentingan suku atau pun daerahnya masing-masing.

Sebagaimana terbentuknya organisasi-organisasi pemuda saat itu dengan mengusung nama masing-masing daerah. Seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, dan lainnya.

M. Tabrani menolak konsep usul resolusi Mohammad Yamin pada Kongres Pemuda Pertama 1926 butir ketiga yang menyebutkan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Melayu.

M. Tabrani bersikukuh, bahasa persatuan bukan bahasa Melayu tetapi bahasa Indonesia. Bila belum ada, harus dilahirkan melalui Kongres Pemuda Indonesia Pertama tersebut.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/26012020/potretnewscom_fhfbz_1765.jpgM Tabrani, pria Pamekasan Madura yang menggagas bahasa Indonesia menjadi Bahasa Pemersatu Bangsa. Kolase ”TribunMadura.com” (sumber: Kemendikbud.go.id dan istimewa)

Akibat perbedaan pendapat antara Yamin dan Tabrani, maka keputusan ditunda sampai Kongres Pemuda Indonesia Kedua pada 1928. Penerbitan bahasa Indonesia itu bertujuan agar pergerakan persatuan anak-Indonesia akan bertambah keras dan cepat.

Geliat perjuangan penggunaan bahasa Indonesia sangat gigih. Bermula dari Volksraad: Dewan Rakyat yang turut mendukung Kongres Bahasa Indonesia (KBI) Pertama di Solo pada 1938.

Pada KBI Pertama itu, M. Tabrani menyarankan penyebaran Bahasa Indonesia. Untuk melembagakan nama bahasa ini, Sanusi Pane juga mengusulkan Institut Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928 saat momen Sumpah Pemuda. Ketika para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat pemuda.

Para pemuda mengucapkan ikrar yang disebut Sumpah Pemuda, yang berisi tiga poin, yaitu: Bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Unsur ketiga ikrar Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada 1928 itulah, Bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

Namun, bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada 18 Agustus 1945. Karena pada saat itu Undang-undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Dikutip dari situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dalam naskah UUD 1945 Bab XV Pasal 36 disebutkan Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II pada 1945 di Medan menyatakan Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu.

Sejak zaman dulu Bahasa Melayu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara bahkan hampir di seluruh Asia Tenggara.

Lingua franca berasal dari bahasa Latin yang artinya bahasa penghubung antara komunitas yang berbeda bahasa di wilayah geografis yang cukup luas.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Buktinya, penemuan beberapa prasasti bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna, yaitu:

Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang) Prasasti Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang) Prasasti Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat) Prasasti Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Bahasa Melayu Kuna tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya.

Karena ditemukan prasasti lain yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna, yaitu: Di Jawa Tengah (Gandasuli) ditemukan prasasti berangka tahun 832 M. Di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan yang berfungsi sebagai berikut: Bahasa buku pelajaran agama Buddha. Bahasa perhubungan antarsuku di nusantara. Bahasa perdagangan terhadap para pedagang yang datang dari luar nusantara.

Dukung Bahasa Indonesia
Ahli sejarah I-Tsing yang belajar agama Buddha di Sriwijaya, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen atau Kou-luen. Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara yaitu bahasa Melayu.

Bahasa yang digunakan di Sriwijaya tersebut berdampingan dengan bahasa Sanskerta. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam.

Perkembangan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam. Peninggalan berupa batu bertulis maupun karya sastra. Batu bertulis seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh Aceh yang berangka tahun 1380 M.

Sedangkan dari karya sastra pada abad ke-16 dan 17 seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin.

Bahasa Melayu mudah diterima penduduk nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang dan antarkerajaan karena tidak mengenal tingkat tutur.

Pada perkembangannya, Bahasa Melayu terpengaruh corak budaya daerah. Sehingga terdapat berbagai variasi dan dialek Bahasa Melayu. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, seperti bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab dan bahasa-bahasa Eropa.

Perkembangan Bahasa Melayu di wilayah nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa pergerakan pemuda di Indonesia menggunakan bahasa Melayu.

Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Kemudian menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. ***

Berita ini telah terbit di kompas.com dengan judul ”Siapa Penemu Bahasa Indonesia?”

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww