Home > Berita > Umum

Diteriaki Pelacur oleh Gurunya Pakai Mikrofon, Seorang Siswi SMA di Kepri Stres lalu Berhenti Sekolah

Diteriaki Pelacur oleh Gurunya Pakai Mikrofon, Seorang Siswi SMA di Kepri Stres lalu Berhenti Sekolah

Ilustrasi. (INTERNET)

Minggu, 19 Januari 2020 17:26 WIB

POTRETNEWS.com — Seorang siswi sekolah menengah atas di Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berinisial AR dikatai lonxx atau pekerja seks oleh guru agamanya sendiri. Dia pun memputuskan putus sekolah.

Kejadian di salah satu sekolah kabupaten itu tengah direspons oleh Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri.

Kejadian berawal ketika AR pulang sekolah di SMK Anambas. Ia bersama teman-teman dan gurunya yang lain berada di atas kapal penyeberang Ro-Ro. Tiba-tiba guru agama yang berinisial meneriaki AR dengan sebutan lonxx di depan umum.

Hal ini diketahui oleh siswa-siswi lainnya dan juga guru lainnya di atas kapal Ro-Ro tersebut. AR sempat menangis sepanjang jalan dan dibonceng pulang oleh temannya. Akhirnya orangtua AR tak terima anaknya dipermalukan. ”Di atas Ro-Ro anak saya duduk berboncengan di atas sepeda motor dengan temannya. Motor tersebut punya anak saya, yang bawa teman laki-laki satu sekolah dan dekat tempat tinggal. Saat bercerita tersebut, gurunya yang juga ada di kapal Ro-Ro tersebut langsung meneriaki AR,” tutur RM, Jumat (17/1/2020).

”Kamu macam lonxx," tutur RM menirukan ujaran gurunya itu kepada AR. AR kini enggan masuk sekolah lagi kendati RM sudha memberi motivasi anaknya agar tetap bersekolah.

Dua hari kemudian, RM mendatangi sekolah. Kedatangan RM atas panggilan pihak sekolah. Saat RM menanyakan mengapa anaknya diteriaki lonxx oleh salah seorang guru di sekolah tersebut, guru yang bersangkutan marah kepada ke arah RM. Guru tersebut mengakui bahwa dirinya yang melakukan hal itu kepada anak AR.

Ruangan yang tadinya hening, tiba-tiba pecah keributan. Sk sang guru kembali memaki RM selaku orang tua AR. Ruang guru pun menjadi mencekam.

”Di (Sk) juga memukul meja berkali-kali dan tepuk dadanya. Mengusir saya dari ruangan, mau robohkan sekolah, sumpah serapah dengan menyebut nama binatang. Ia juga ancam lapor polisi serta mengancam anak saya dikeluarkan dari sekolah," ungkap RM.

Usai kejadian tersebut, AR kemudian mendapat bullyan di sekolah dan teman-temannya. Bahkan penyebutan sebagai lonxx terhadap AR tersebut diumumkan lagi di mikrofon sekolah.

Ibu Kandung Berjuang agar Anaknya Tetap Sekolah
RM, ibu kandung AR saat ini masih tidak bisa terima anaknya dibilang lonxx, meskipun kejadian tersebut sudah berlangsung bulan Oktober 2019 lalu. Trauma anaknya masih belum hilang, sementara semangatnya untuk mengecap pendidikan menjadi berkurang.

Apa yang menimpa anaknya dan ancaman dikeluarkan dari sekolah membuat RM meminta bantuan ke Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Anambas agar anaknya tetap bisa sekolah.

Kasus tersebut kemudian didampingi oleh konselor Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Anambas, Erda. RM juga melapor ke Camat Siantan Tengah, Anambas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Camat Rumadi juga turun ke sekolah untuk mencarikan solusi.

”Namun dalam pertemuan itu bukan solusi yang didapat. Sk kembali marah-marah dan tepuk meja di depan camat. Pihak sekolah menyampaikan tetap mengeluarkan AR dari sekolah," papar RM.

Dalam kondisi demikian, RM tetap bermohon kepada pihak sekolah agar anaknya bisa ujian terlebih dahulu sebelum anaknya dikeluarkan. RM berharap anaknya bisa dipindahkan dengan administasi yang lengkap untuk mendaftar di sekolah lain di luar Anambas.

Tasri, Komisioner Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Anambas yang baru dilantik langsung ikut membantu menyelesaikan konflik antara orangtua dengan sekolah.

”Akhirnya anak saya bisa ujian namun nilai yang diberikan guru banyak merah dan di bawah Nilai Kelulusan Maksimal (KKM) sehingga tidak bisa diterima di sekolah lain," kata dia.

AR sempat bersekolah selama satu minggu di sekolah tujuannya yaitu SMKN 2 Tanjungpinang. Pihak SMKN 2 Tanjungpinang memberikan kesempatan kepada keluarga AR selama seminggu untuk melengkapi persyaratan pindahnya yaitu surat pindah dari sekolah asal dan nilai harus di atas KKM.

Lewat seminggu dan hingga sudah 10 hari kalender sekolah, rapor AR belum bisa diperbaiki oleh pihak SMKN 1 Anambas dan juga belum mengeluarkan surat pindah. Akhirnya, AR pasrah dengan nasibnya tidak bersekolah. Saat ini, AR berada di Kota Batam untuk mengambil les bahasa Inggris. ***

Berita ini telah terbit di suara.com dengan judul ”Dikatai Lonte sama Guru Agama, Siswi SMK Anambas Stress Berhenti Sekolah”

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Umum
wwwwww