Home > Berita > Riau

Pernah Bertugas di Riau, Direktur UKW PWI Pusat Prof Rajab Ritonga Dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Komunikasi

Pernah Bertugas di Riau, Direktur UKW PWI Pusat Prof Rajab Ritonga Dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Komunikasi

Prof Rajab Ritonga saat dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Rabu, 11 Desember 2019 16:46 WIB

POTRETNEWS.com — Wartawan senior Prof Dr Rajab Ritonga BA MSi dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) di Auala Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta, Selasa (10/12/2019) pagi.

Mantan wartawan dan direksi LKBN Antara itu, dalam sidang Dewan Guru Besar Moestopo, menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul "Triple Helix Sumber Daya Wartawan Indonesia yang Terdidik dan Kompeten".

Triple-Helix diperkenalkan Etzkowitz dan Leydesdorff, untuk mengembangkan pendidikan, yang melibatkan pemerintah, industri, dan universitas (akademisi).

Dalam kaitan ini, Rajab memandang perlu triple-helix (pemerintah, pendidikan, industri media) untuk menghasilkan sumber daya wartawan terdidik dan kompeten.

Menurut risetnya, permasalahan wartawan dapat diselesaikan dengan pendidikan model triple helix. Ini karena, saat ini belum ada standar pendidikan calon wartawan yang rigid.

”Siapa pun boleh menjadi wartawan tanpa melihat pendidikan S-1. Dewan Pers menegaskan, menjadi wartawan merupakan hak asasi warga negara, tidak ada ketentuan yang membatasi hak seseorang menjadi wartawan," kata Rajab.

Menjadi wartawan, lanjutnya, tidak harus lulusan program jurnalistik atau fakultas ilmu komunikasi, sehingga bidang pekerjaan itu diisi SDM dengan latar belakang ilmu beraneka-ragam. Ini berbeda bila dibandingan dengan profesi lain, misalnya dokter, jaksa, hakim, dan lainnya.

Rajab menyebutkan, di Indonesia pendidikan dan pembentukan calon wartawan lulusan S-1 berbagai bidang, juga tidak berstruktur. Perusahaan pers yang baik merekrut calon wartawannya dan memberi mereka pelatihan sebelum ditugaskan sebagai wartawan.

Pendidikan itu biasanya dilaksanakan sendiri, ataupun melalui jasa pihak ketiga, namun tak banyak perusahaan media yang melakukan hal tersebut. Banyak juga calon wartawan direkrut tanpa melalui pelatihan, langsung meliput, dan belajar dengan wartawan senior.

Agar SDM di bidang jurnalistik mempunyai kompetensi, dia mengatakan perlu mekanisme untuk mengatur pendidikan profesi calon wartawan.

”Saya mengusulkan pendidikan profesi bidang media dan jurnalisme sebagai pendidikan strata-2," kata dia. Dia mengatakan berdasarkan hasil penelitian, jika wartawan kompeten dalam menjalankan tugas jurnalistik maka terjadi penurunan frekuensi pelanggaran yang dilakukannya. Wartawan tersebut juga akan menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas.

Selain pendidikan, salah satu pembentuk kualitas wartawan adalah upah yang layak. Dia mengatakan sampai saat ini masih banyak perusahaan yang membayar wartawan tidak sesuai standar UMR.

”Tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan terjadinya penyalahgunaan profesi kewartawanan, seperti praktik suap," kata dia.

Rajab Ritonga dilahirkan di Sipirok, Sumatera Utara, 30 Desember 1958. Sejak masih kanak-kanak, Rajab merantau ke Jakarta, menyelesaikan sekolah dasar, meraih sarjana di UGM, meraih doktor ilmu komunikasi Universitas Indonesia, dan guru besar di Moestopo (Beragama).

Karier kewartawannya dimulai dari reporter di Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, kemudian bergabung ke LKBN Antara. Di LKBN Antara, Rajab meraih posisi puncak di jajaran direksi dengan jabatan Sekretaris Lembaga, kemudian Direktur SDM dan Umum Perum LKBN Antara.

Rajab aktif sebagai pengurus PWI Pusat dan Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI).

Rajab Ritonga, yang kini menjabat sebagai Direktur Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Pusat, menjadi profesor berdasarkan Keputusan Menristek RI No. 30121/M/KP/2019 tanggal 5 September 2019.

Surat Keputusan yang ditandatangani Menristekdikti Mohamad Nasir itu menyatakan Rajab menjadi guru besar ilmu komunikasi sejak 1 Agustus 2019. Prof Rajab Ritonga mendapat SK Guru Besar bersama dua guru besar lainnya, Prof Dr Nurul Huda dari Universitas Yarsi dan Prof Dr Wiryanto Dewobroto dari Universitas Pelita Harapan.

Rajab merupakan guru besar ke-235 di lingkungan LLDikti Wilayah III Jakarta. "Terima kasih kepada Menristek Bapak Muhamad Nasir yang memberi amanah ini. Semoga saya dapat menjalankannya," kata Rajab, saat itu.

Selain mengajar di Universitas Moestopo, Rajab Ritonga juga mengajar di Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, dan di Universitas Pertahanan Indonesia.

Rajab Ritonga merupakan wartawan aktif yang menjadi profesor. Dia adalah Pemimpin Redaksi Portal Berita Telaah Strategis (www.telstrat.online) terbitan Lemhannas, dan Indomaritim.id (www.indomaritim.id) sebuah start-up berita kemaritiman Indonesia.

Selain itu, Rajab Ritonga juga menjabat Pemimpin Redaksi Jurnal Komunikasi (www.jurnal-iski.or.id) sebuah jurnal ilmiah terbitan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia yang diakreditasi Kemenristekdikti.

Sejak tahun 2001, setelah lulus magister dari SKSG UI, Rajab mengajar di Universitas Moestopo sambil terus berkarya sebagai wartawan di Kantor Berita Antara.

Pemegang kartu kompetensi wartawan utama ini kini tercatat sebagai asesor jurnal ilmiah nasional untuk katagori jurnal ilmu sosial humaniora. Rajab merupakan doktor pertama bidang ilmu komunikasi di Indonesia yang mendalami permasalahan kantor berita.

Dia menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia tahun 2007 saat menjabat Direktur SDM dan Umum Perum LKBN Antara. Rajab Ritonga yang juga lulusan Lemhannas RI (PPSA-18) tahun 2012 itu memulai karier kewartawanannya di Kantor Berita Antara setelah lulus dari Departemen Komunikasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 1986.

Sebelumnya dia menjadi wartawan Suratkabar Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tahun 1985. Semasa aktif menjadi wartawan lapangan, Rajab Ritonga antara lain ditempatkan pada pos-pos liputan olahraga, hankam/ABRI, politik, dan istana kepresidenan pada masa Presiden Soeharto, BJ Habibie, dan Abdurrahman Wahid. Dia juga pernah menjadi Kepala Biro LKBN Antara Provinsi Riau di Pekanbaru.

Dengan pengangkatan sebagai guru besar, Rajab Ritonga memperkuat sumber daya wartawan Indonesia ke jenjang jabatan akademik tertinggi. Saat ini tercatat tiga mantan wartawan bergelar profesor yakni; Prof Dr Burhan Magenda, Prof Dr Zulhasril Nasir, keduanya dosen Fisip UI, dan Prof Dr Salim Said dari Universitas Pertahanan Indonesia. ***

Berita ini dikutip dari ceknricek.com dan sumber lain.

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Riau, Umum
wwwwww