Home > Berita > Riau

Jadi Rebutan hingga Dibantu PT RAPP Rp1,7 Miliar, Ini Beberapa Fakta tentang Istana Peraduan Siak

Jadi Rebutan hingga Dibantu PT RAPP Rp1,7 Miliar, Ini Beberapa Fakta tentang Istana Peraduan Siak

Istana Peraduan Siak. (foto: potretnews/sahril ramadana)

Kamis, 21 Maret 2019 01:01 WIB
Sahril Ramadana
SIAK, POTRETNEWS.com  - Proyek Restorasi (pemugaran) Istana Peraduan Siak tengah menjadi perbincangan serius sering adanya penampakan material yang digunakan tak sesuai. Ketidaksesuaian itu diketahui setelah salah satu warga net asal Kabupaten Siak, Riau, Jufizal Joe Siak menulis di laman Facebook-nya kayu yang digunakan untuk pemugaran istana peraduan itu kelas kandang ayam.

Sementara Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Restorasi Istana Perpaduan Siak membantah pernyataan tersebut. Kendati merasa dirugikan, pihak TACB disinyalir engan menempuh jalur hukum mempersoalkan warga net tersebut. Why?

TACB menilai hal itu bukan wewenang mereka. Melainkan hak rekanan PT Arung Samudra Jaya dan penyalur dana proyek, PT RAPP.

Berikut fakta-fakta Istana Peraduan Siak yang berhasil dirangkum potretnews.com:

1. Bertahun-tahun jadi rebutan

Sebelum dikelola Pemkab Siak, bangunan Istana Peraduan Siak ini bertahun-tahun jadi rebutan antara keluarga sultan Syarim Kasim II dengan Pemkab Siak.

Perebutan itu mulai sejak tahun 2009 silam. Keluarga sultan sendiri menempati istana peraduan ini sejak tahun 60-an.

Awalnya Pemkab Siak meminta kepada keluarga Sultan agar menyerahkan Istana Peraduan ini untuk dijadikan salah satu cagar budaya di Kabupaten Siak. Namun, pihak keluarga engan menyerahkan, karena merasa Istana itu bagian dari harta waris mereka.

Segala cara udah dilakukan Pemkab Siak. Pendekatan demi pendekatan dengan keluarga Sultan juga sudah dilakukan. Tetap saja mental dan akhirnya Pemkab Siak menempuh jalur hukum.

Tahun 2010 Pemkab Siak melayangkan gugatan perdata ke Pengendalian Negeri (PN) Siak dan memenangkan kasus ini.

Tak puas putusan PN Siak, sejumlah keluarga Sultan melakukan upaya banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Riau. Singkat cerita, keluarga Sultan pun kembali kalah. Tahun 2012 pihak keluarga Sultan pun melakukan kasasi.

Dua tahun setelah itu, Mahkamah Agung (MA) pun memutuskan Pemkab Siak berhak mengelola Istana Peraduan tersebut dan menolak kasasi keluarga Sultan. Namun dalam amar banding, ganti rugi dikabulkan sebesar Rp 2,5 miliar.

2. Pemugaran dibantu PT Riau Andalan Pulp and Paper Rp1,7 miliar

Setelah menerima putusan Mahkamah Agung (MA), berhak mengelola Istana Peraduan sebagai salah satu cagar budaya, Pemkab Siak pun menggandeng PT RAPP memugarnya.

Istana Peraduan ini merupakan tempat istirahat Sultan dan keluarganya. Istana ini satu komplek dengan areal Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Siak, di pusat Kota Siak Sri Indrapura. Posisinya sebelah kiri bangunan utama Istana yang jaraknya hanya belasan meter saja. Bangunannya berbentuk rumah yang luasannya sekitar 7x7 meter.

Untuk pemugaran, PT RAPP mengucurkan anggaran sebesar Rp1,7 miliar dan menunjuk PT Arung Samudra Jaya sebagai rekanan. Dana segar itu merupakan corporate social responsibility (CSR) perusahaan.

Hal ini juga dibenarkan Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Restorasi Istana Peraduan Siak, Temas saat dikonfirmasi potretnews., Selasa (19/3/2019) kemarin via WhatsApp.

3. Kerabat Sultan tak dilibatkan

Salah satu kerabat Kesultan Siak, Tengku Ridwan mengaku, ia dan kerabat Sultan lainnya tak pernah dilibatkan terkait Pemugaran Istana Peraduan Siak.

Bahkan dia mengetahui tempat istirahat Sultan dan keluarga itu dipugar dari pemberitaan media dan Medsos.

"Seharusnya, sebelum dilakukan pemugaran, eloknya tadi dimusyawarahkan dulu dengan kerabat kesultanan, LAMR Siak dan tokoh masyarakat. Jangan dipikir negeri ini tak bertuan," kata dia, Rabu (20/3/2019).

Tengku Ridwan dan beberapa kerabat Kesultan Siak seperti H. Tengku Said Amaruddin, Tengku Wira Safrada, Tengku Romainor, Tengku Busu, Tengku Mashur, Tengku Sulaiman, Tengku Bayu, Tengku Sulung, Tengku Ibrahim dan sejumlah tokoh masyarakat Kabupaten Siak, juga sempat meninjau proses pemugaran Istana.

"Kedatangan kita, bukan untuk menghentikan pekerjaan, melainkan hanya meninjau proses pemugaran," kata dia.

Selain itu, lanjut Tengku Ridwan, memastikan bahan-bahan yang digunakan untuk pemugaran tidak asal-asalan. Sebab, kata Tengku Ridwan, Istana Peraduan ini sempat viral lantaran bahan material yang digunakan tak sesuai.

"Jika benar rekanan menggantinya dan tidak menjaga bahan-bahan dasar, sungguh keterlaluan. Artinya mereka tak menghargai Sultan. Sebab semua itu tak ada nilainya bagi mereka," kata dia. ***

Kategori : Riau, Siak, Umum, Peristiwa
wwwwww