Sepotong Wortel Selamatkan 2 ABK Kapal Karam yang 12 Jam Terombang-ambing di Tengah Laut Dekat Selat Malaka

Sepotong Wortel Selamatkan 2 ABK Kapal Karam yang 12 Jam Terombang-ambing di Tengah Laut Dekat Selat Malaka

Bakhtiar (kiri) dan Budi Santoso.

Selasa, 29 Januari 2019 15:29 WIB
BENGKALIS, POTRETNEWS.com - Bakhtiar (masinis III) dan Budi Santoso, dua Anak Buah Kapal (ABK) KM Dharma Bahari Sumekar (DBS) 02 yang mengangkut 700 ton semen merek Semen Padang, Ahad (27/1/2019) dini hari, kini kondisinya mulai membaik. Walau sudah membaik, namun masih terlihat di wajah kedua ABK tersebut syok dengan kondisi tubuh masih lemah. Kapal DBS 02 karam di Selat Malaka, di Perairan Tanjungjati, perbatasan dengan Dumai.

Kedua korban sempat tidak diketemukan selama 21 Jam usai terombang-ambing di tengah laut. Mereka bertarung dengan maut hingga akhirnya ditemukan warga dalam kondisi terdampar di Pantai Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Minggu sore, 27 Januari 2019.

Kepada media, kedua ABK tersebut bercerita bagaimana mereka bertahan hidup sebelum akhirnya ditemukan warga terdampar di pantai Tanjungleban.

Bakhtiar menceritakan, malam naas saat kapal DBS 02 mengangkut 14 ribu zak semen dengan berat keseluruhan 700 ton karam, ombak Selat Malaka tak biasanya setinggi 3 meter.

"Tidak seperti biasanya. Malam itu ombak sangat besar Bang, sehingga hantaman ombak membuat kapal kita terombang-ambing dan sempat oleng ke kiri," kata Bakhtiar membuka cerita, Selasa, 29 Januari 2019, di Mapolsek Bukitbatu, Sungaipakning. Kabupaten Bengkalis.

Dari situ, kata Bakhtiar, ia dan seluruh ABK kapal sudah mulai menyadari akan terjadi musibah. Mereka panik. Namun, memikirkan keamanan bersama, maka mereka masih sempat mengupayakan pemasangan jaket keselamatan (life jacket) di masing-masing kru.

"Ombak besar menghantam kapal diperkirakan pukul 23.00 WIB. Dari situ kapal kami sempat 1 jam terombang-ambing di tengah lalu. Akhirnya telungkup dan karam," kata Bahktiar dengan nada lirih menceritakan detik-detik kapal jelang karam.

Laki-laki asal Banten ini menjelaskan, hantaman keras ombak membuat mereka terombang-ambing. Kapal saat itu dalam posisi oleng ke kiri, sehingga seluruh kru mengambil langkah memegang benda yang bisa dipegang untuk bertahan sambil mengarah ke posisi sebaliknya, kanan.

"Saya, Budi dan Pak Dasril (korban masih hilang) saat itu saling berpegangan pada posisi sebelah kanan hingga kapal terhempas. Kami pun ikut tersedot ke dalam kapal, sehingga kami berenang mencari pintu keluar," bebernya.

Sedangkan korban Dasril hingga kini masih belum ketemukan. Bakhtiar kemudian melanjutkan ceritanya, ia sempat berpegangan dan menarik tangan Dasril. Namun terlepas. Dengan life jacket sudah terpasang di badan, mereka pun berupaya menyelamatkan diri masing masing.

"Memang postur badan Pak Dasril itu besar. Lagipula sudah berumur, sehingga berkemungkinan bergerak itu sangat lambat. Saya pun, saat itu sempat berupaya mendorong agar terjun ke laut. Sayangnya, karena badannya yang besar, saya pun tidak kuat dan akhirnya kami sama sama tersedot ke dalam kapal yang karam," ujarnya.

Saat Bakhtiar bercerita, rekannya yang selamat, Budi Santoso, hanya mendengarkan saja. Tak lama kemudian, ia ikut bercerita 12 jam terombang-ambing di lautan luas.

Budi Santoso (21) menceritakan, setelah kapal karam dengan tertelungkup, dalam pikirannya dan Bakhtiar ketika itu, bagaimana caranya mereka bisa selamat hidup.

"Kami berdua tetap berpegangan tangan, sehingga kami jauh terpisah dari lainnya (ABK) dan terombang ambing di tengah laut selama 12 jam lebih," ujarnya.

Saat terombang-ambing itulah, kata budi, sebatang kayu melintas di hadapan mereka. Batang kayu itu kemudian diambil dan dijadikan pelampung guna bertahan hidup di tengah laut.

Tak hanya itu, perut pun mulai bergejolak. Lapar menghampiri. Ditambah lagi kondisi tubuh mulai lemas, asupan makanan dan minuman berjam-jam belum melewati kerongkongan.

"Lapar Tiar? Lemes dan nggak tahan lagi. Namun setelah saya bilang demikian melintas di hadapan kami sepotong sayur wortel (separuh) dan saya pun mengambilnya. Dengan sepotong wortel itulah kami bertahan dengan memakannya secuil-secuil tiap sejam sekali," kata Budi mengenang bagaimana mereka bertahan hidup dengan memakan wortel yang dibawa arus air laut.

Budi mengaku, ia mengalami sakit pada kaki akibat kram. Ia kemudian memperlihatkan kulit tangan dan kaki mengeriput akibat terlalu lama berendam di air.

Keduanya berharap peristiwa menimpa mereka di akhir pekan kemarin cepat segera selesai. Sehingga mereka bisa dipulangkan berkumpul bersama keluarga.

"Kelurga kami sudah tahu, dan gimana ke depannya nanti aja. Namun, trauma juga Bang, Saya mau istirahat dan berkumpul sama keluarga dulu bang," pungkasnya di akhir cerita. ***

Artikel ini telah tayang di riauonline.co.id dengan judul "Sepotong Wortel Selamatkan 2 ABK Kapal Selama 12 Jam Di Tengah Laut"

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Bengkalis, Peristiwa
wwwwww