Lubang Kolam, Objek Wisata Penuh Misteri Menuju Waduk PLTA Kotopanjang di Kampar

Lubang Kolam, Objek Wisata Penuh Misteri Menuju Waduk PLTA Kotopanjang di Kampar

Jalan melintasi Lubang Kolam yang sudah jarang dilalui, penuh dengan misteri. (foto: trubus.id)

Jum'at, 16 November 2018 09:48 WIB
KAMPAR, POTRETNEWS.com - Semenjak waduk PLTA Kotopanjang, Kabupaten Kampar dibangun hingga digunakan medio 1990, Lubang Kolam (terowongan gelap) tak lagi dipakai lagi sebagai jalur transportasi. Adanya jalan baru di atas perbukitan sisi kanannya membuat Lubang Kolam (terowongan gelap) ditinggalkan selamanya.

Tak hanya dilihat dari sejarah karena dibangun pada 1929, bangunan ini dulunya adalah nadi bagi Riau dan Sumatera Barat. Distribusi logistik seperti sayuran serta sembako lainnya mesti melewati terowongan sepanjang 100 meter lebih ini. Mobil-mobil selalu lewat di terowongan di bawah perbukitan ini.

Kini, sejak tak lagi digunakan, jalan menuju terowongan ini kian sempit. Gundukan tanah serta rerumputan mulai menutup sebagian badan jalan. Sisi kirinya kalau dari Pekanbaru makin curam karena tak ada lagi batas pengaman. Jaraknya dari jalan utama sekitar 200 meter. Beberapa menit saja ditempuh menggunakan kendaraan.

Sampai di bibir Lubang Kolam ini, ada sensasi tersendiri karena bulu kuduk bakal merinding dibuatnya. Bagi sebagian orang, tempat ini tentu saja horor. Di dalamnya tidak ada penerangan. Dinding lembab, bunyi suara kelelawar dan bau kotoran serta urinenya, ditambah permukaan jalan yang basah jika musim hujan.

"Lokasi yang berdasarkan tayangan misteri atau film horor, sangat disukai mahluk astral," ucap Galiani, salah seorang wisatawan dari Pekanbaru, dilansir potretnews.com dari trubus.id.

Begitu masuk, gelapnya terowongan tak mampu diterangi kendaraan baik motor ataupun mobil. Hampir semenit menempuh jalanan tak rata serta berlobang di dalam, barulah terlihat cahaya dari ujung terowongan ini. Selama berada di dalamnya, wisatawan akan ditemani bunyi-bunyian hewan, salah satunya kelelawar. Sebagian besar satwa ini ada yang terbangun karena deru mesin kendaraan.

"Mudah-mudahan tidak ada yang duduk di kursi belakang" ucap Galiani memberanikan diri melihat kursi belakang kendaraan, yang kemudian menghela nafas begitu sampai di ujung terowongan untuk melihat bendungan PLTA.

Eri, warga yang juga pemancing di tepi Sungai Kampar sekitaran Lubang Kolam menyebut ada pantangan yang harus ditaati. Salah satunya tidak boleh takabur ketika memancing, apalagi bagi wisatawan yang mandi di lokasi.

Pertengahan tahun 2017, Eri menyebut ada wisatawan yang tewas di pinggir sungai, tepatnya di bendungan PLTA yang tak jauh dari Lubang Kolam. Wisatawan ini mencoba terjun dari pinggir bendungan, meski sudah dilarang pemancing lainnya.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/16112018/potretnewscom_dvcjb_1426.jpgAkses menuju objek wisata Lubang Kolam. (foto: trubus.id)

"Satu, dua kali terjun berhasil sampai ke pinggir. Yang ketiga, tidak lagi karena baru ditemukan sehari kemudian. Sudah dilarang terjun, tapi katanya sudah sering menyelam dan tak takut pada air sedalam apa pun," kenang Eri yang mengaku ikut menasehati wisatawan nahas itu.

Menurut Eri, hampir sehari dicari, jasad wisatawan ini ditemukan tak jauh dari pinggiran Lubang Kolam. Padahal, lanjut Eri, tim pencari sudah bolak-balik mencari ke lokasi itu.

"Gak tau juga ya bang, entah 'disimpan' dulu oleh penunggu di sini, atau terjepit di bawah pohon dasar sungai," kisah Eri.

Terlepas dari cerita mistis, Lubang Kolam patut dijadikan destinasi wisata alternatif jika anda ke Riau. Pasalnya setelah melewati gelapnya terowongan, pemandangan indah perbukitan dan lebatnya hutan sudah terhidang. Lokasi ini juga patut menjadi studi sejarah. Pasalnya warga menyebut terowongan dibangun oleh Jepang, sementara didinding tertulis dibangun pada 1927, di mana saat itu Indonesia masih dijajah Belanda.

Informasi tambahan, Lubang Kolam berada di Desa Merangin, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar. Dari Kota Pekanbaru, jarak tempuhnya satu jam setengah lebih kurang. Biaya masuknya cukup membayar Rp 10 ribu per kendaraan. ***

Editor:
Akham Sophian

Kategori : Kampar, Umum
wwwwww