”Amunisi” Seret Bikin Banyak Parpol Keteteran untuk Memperjuangkan Paslon

PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Persoalan dana dianggap masih akan menjadi salah satu kendala parpol untuk memperjuangkan pemenangan pasangan calon (paslon) di pilkada serentak 2018. Prediksi disampaikan pakar politik Universitas Riau, Hasanuddin, setelah menilik banyak kajian terhadap pilkada sebelumnya di Riau.

"Dana yang tak memadai tentu melahirkan ketidakpuasan pengurus parpol," kata Hasanuddin, Senin (19/2/2018)

Menurut dia, fakta itu terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Parpol tak berjuang keras memenangkan paslonnya karena seret ”amunisi”. Padahal, Pilkada 2018 bisa jadi pemanasan sekaligus evaluasi menghadapi pemilu legislatif dan Pilpres 2019.

"Bisakah parpol sebagai mesin politik bekerja optimal atau justru sebaliknya. Indikatornya sederhana, yaitu dilihat dari kinerja parpol dalam memberi dukungan kepada paslon yang diusungnya," katanya, dilansir potretnews.com dari medcom.id (grup Media Indonesia).

Dia memandang bahwa kekuatan parpol, khususnya anggota parpol yang sementara ini duduk di legislatif dengan asumsi memiliki dukungan konstituen riil. Ditambah dengan anggota parpol bukan anggota legislatif yang berkeinginan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.

Apabila total turun mempengaruhi pemilih, maka akan terlihat besaran perolehan suara paslon nantinya. Atau minimal, kekuatan parpol akan sama dengan akumulasi suara berdasar jumlah kursi parpol pengusung paslon di legislatif pada masing-masing

Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi parpol tidak total memberi dukungan kepada paslon karena parpol pragmatis dalam menetapkan target. Parpol ingin paslon mempersiapkan diri masing-masing menghadapi dan memenangkan pileg secara individual.

Menurut Hasan, penyebab lain minimnya usaha parpol dalam memenangkan paslonnya lebih imbas proses seleksi paslon untuk mendapatkan dukungan parpol yang diwarnai friksi antara pengurus parpol dengan paslon. Untuk sebagian parpol dan calon, justru menyisakan keengganan pada pengurus parpol untuk mendukung dan paslon untuk mengajak bersama meraih kemenangan.

"Namun demikian yang perlu dipertanyakan apakah parpol pengusung memiliki cukup kekuatan untuk memenangkan paslon yang diusungnya di tengah kondisi berlangsung friksi internal di masing-masing parpol karena perbedaan orientasi pilihan kepada paslon atau juga friksi antarsesama parpol pengusung," paparnya.

Hasan justru memandang bahwa parpol pengusung tidak cukup kuat menjadi kekuatan utama pemenangan paslon. Pada konteks itu daya jual paslon dan kapabilitas manajemen tim pemenangan paslon menempati posisi sentral. ***

Editor:
Akham Sophian