Mau Uji Nyali? Yuk Berselancar di Muara Sungai Kampar

Mau Uji Nyali? Yuk Berselancar di Muara Sungai Kampar

Ombak Bono di Sungai Kampar, Riau. Berselancar di sungai ini sangat menantang. (foto: analisa)

Sabtu, 18 Februari 2017 21:28 WIB
PELALAWAN, POTRETNEWS.com - Penggemar olah raga selancar tampaknya harus bersiaga terbang ke Riau dan menjelajahi hutan kelapa sawit. Sebab, akan ada Festival Bekudo Bono atau yang biasa dikenal dengan gelombang Bono atau surfing Bono di muara Sungai Kampar, Pelalawan, Riau. Perhelatan ini biasa digelar pada bulan November, dan tahun ini diganti pada Maret 2017, dengan tajuk Festival Bekudo Bono. Kepala Dinas Pariwisata Budaya Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pelalawan Andi Yuliandri mengatakan, ganasnya ombak Bono, satu-satunya muara sungai itu bisa dinikmati pada Maret. Paling besar ombaknya, ketika bulan penuh (purnama), yang akan jatuh antara 12-16 Maret dan bulan kecil dari tanggal 27-31 Maret.

"Di saat itulah gelombang Bono akan menjadi sempurna. Kami sudah berkoordinasi dengan Kadis Pariwisata Propinsi Riau. Karena waktunya bulan depan, kita tentunya harus matangkan persiapan. ‎Bagaimana nanti teknis pelaksanaannya tentu kita akan koordinasi karena pasti akan banyak wisatawan mancanegara yang hadir dan nyebrang ke sini," ujarnya, dilansir potretnews.com dari metrotvnews.com.

Pamor Gelombang Bono makin mendunia. Di festival ini, tiap tahun kerap terjadi pemecahan rekor dari peselancar dunia. "Bono itu akan sempurna gelombangnya pada bulan tersebut mengikuti arah angin dan bulan penuh. Jadi Bono ini waktunya tertentu dan Bekudo Bono dalam event Kalender Pariwisata Nasional Tahun 2017 tercatat pada bulan Maret, jadi kami akan gelar bulan Maret dan silahkan datang," ungkap Andi.

Tahun lalu, sedikitnya 20 peselancar mancanegara mengikuti Festival Bekudo Bono. Saat itu telah terjadi tiga pemecahan rekor yang berhasil dilakukan. Rekor individual dipecahkan James Cotton yang berhasil surfing selama 1,2 jam dengan jarak tempuh 172 km. Catatan ini mematahkan rekor sebelumnya atas nama Steve King dari Inggris dengan catatan 12,23 km.

Rekor surfing dunia tim juga berhasil terpecahkan. Kolaborasi James Cotton (40) dengan seorang pengacara, Roger Gamble (40) dan seorang bankir Zig van Sluys (40) menghasilkan jarak surfing sejauh 37,2 km. Rekor ini dipecahkan dalam waktu 1 jam 5 menit.

Gelombang Bono di Pelalawan memang menakjubkan. Maklum, hanya ada dua lokasi Bono di dunia yang tergolong besar. Pertama, Kuala Sungai Amazon, Brasil dan satunya lagi di Kuala Sungai Kampar, Pelalawan, Riau. Tim ekspedisi Rip Curl bahkan sampai menjuluki ombak Bono di kuala Sungai Kampar dengan sebutan "mungkin tak tertandingi".

Wisata gelombang Bono saat ini semakin dikenal para pesurfer lokal maupun dunia. Menpar Arief Yahya menyebut, Bono ini paling cepat dari potensi atraksi wisata Riau yang bisa dipasarkan ke mancanegara. Betapa tidak, selancar yang biasanya dilakukan di pantai-pantai seperti Bali, Hawaii atau tempat tempat berselancar terkenal lainnya, tapi ini berselancar di sebuah sungai bernama Kampar.

"Jika air pasang, kira-kira seperempat jam air sungai dalam kondisi tenang. Tapi beberapa saat kemudian, barulah kelihatan Bono yakni air yang menggulung-gulung dengan dahsyatnya di atas beting yang dangkal. Setelah Bono berlalu, baru kemudian datang kepala arus yaitu arus sungai deras yang menjadi 'kusir' sungai," papar Andi.

Bagi masyarakat sekitar yang sudah terbiasa dengan kedatangan Bono dan bernyali besar, kedatangannya malah disambut dengan memacukan sampan lalu meluncur ke lidah ombak di punggung Bono bagaikan pemain selancar. Atraksi ini oleh penduduk setempat disebut Bekudo Bono yaitu suatu bentuk kearifan lokal masyarakat setempat yang hampir punah. Jika diperhatikan, Bekudo Bono itu memang mirip dengan atraksi seorang joki yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar.

"Ketangkasan Bekudo Bono ini sebenarnya sudah jauh dilakukan oleh orang tua-orang tua kita. Dulu, mereka bermain ombak Bono hanya dengan menggunakan sampan bukan dengan papan selancar yang seperti kita kenal saat ini, dan biasanya mereka sengaja menunggu Bono setelah siap memasang jaring atau mengangkat jaring. Supaya cepat sampai rumah dan tak capek mengayuh sampan yang dahulu tak dilengkapi dengan mesin, rupanya mereka memanfaatkan gelombang Bono ini untuk mendorong sampan mereka," jelas Andi.

Selain tak bosan-bosannya pesona eksotis Bono dipromosikan, Pemkab Pelalawan juga terus berupaya membenahi infrastruktur jalan dan lainnya. Di antaranya, pembangunan gedung tourism, pembangunan jalan Lintas Bono sepanjang 7 km dengan anggaran sekitar Rp40 miliar yang berada di Dinas Cipta Karya Provinsi Riau. Di samping itu, Pemkab Pelalawan telah mempersiapkan lahan seluas 600 hektar untuk kawasan objek wisata bono. Posisi lahan Kawasan Objek Wisata Bono tersebut berada pada posisi
strategis karena hampir berhadapan langsung dengan dua negara, yaitu Malaysia dan Singapura.

Infrastruktur lainnya yang kini sudah ada di lokasi Bono adalah tersedianya alat penunjang keselamatan (Life Vest) bagi pengunjung/penonton bono, penyediaan alat transportasi air (jetski) untuk kunjungan dan rescue. Pagelaran seni budaya di kawasan objek wisata bono akan diselenggarakan setiap tahun.

Andi mengatakan, pada 2015, Disbudparpora Kabupaten Pelalawan mendata ada ribuan wisatawan dari domestik dan mancanegara yang melakukan kunjungan di Negeri Seiya Sekata ini. Tercatat 57.901 orang wisatawan yang datang, di mana 57.338 wisawatan domestik dan 563 orang wisatawan mancanegara. Sedangkan, tahun sebelumnya tercatat sebanyak 50.172 wisatawan. Di antaranya sebanyak 50 ribu wisatawan domestik dan 173 wisatawan mancanegara. "Wisatawan mancanegera yang berkunjung ke sini di antaranya Jepang, Australia, Amerika, Singapura, Prancis, Malaysia dan Rusia," tambah Andi.

Soal turisme, Indonesia masih popular di mata wisatawan. Wisman periode Januari-Desember 2016 adalah 12,023 juta, atau 23 ribu di atas target, dan mengalami kenaikan 15,54%. Angka 12,023 juta itu didapat dari 11.519.275 wisman disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), ditambah ekstrapolasi dari bulan Januari-September 2016, sebanyak 504.696 wisman yang belum dimasukkan. Kepala BPS, Kecuk Suharyanto mengakui ada 4,2% atau 504 ribu wisman yang belum dimasukkan itu. "Silakan menggunakan dua angka tersebut, untuk kepentingan Pariwisata,” kata Suharyanto saat konferensi pers di BPS. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

wwwwww