Home > Berita > Riau

Mengenal Lebih Dekat Ahmad Hijazi, Sekdaprov Riau yang Pernah Jadi Guru Ngaji dari Rumah ke Rumah demi Biaya Kuliah

Mengenal Lebih Dekat Ahmad Hijazi, Sekdaprov Riau yang Pernah Jadi Guru Ngaji dari Rumah ke Rumah demi Biaya Kuliah

Ahmad Hijazi saat dilantik menjadi Sekdaprov Riau.

Kamis, 29 Desember 2016 07:17 WIB
SEDERHANA, ramah dan menghormati siapa saja yang ditemuinya, begitulah karakter yang tergambar dalam sosok Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau, Ahmad Hijazi hasil assessment yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 73/TPA 2016 itu. Dia merupakan anak kedua dari delapan bersaudara hasil pernikahan dari pasangan H M Tabligh dan Hj Hasanah Hasan yang berprofesi sebagai guru agama di Desa Mumpa, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau yang masih sangat terisolir pada tahun 1960-an. Maka tidak heran, jika Hijazi kecil bercita-cita menjadi guru dan sempat menjadi guru ngaji dari rumah ke rumah untuk membiayai kuliahnya.

''Saya lahir tahun 1967. Di Inhil masih lebat hutannya, akses transportasi satu-satunya ya melalui parit-parit. Bisa disebut pemukiman alur sungai. Sekolah saja belum ada pada waktu itu. Sekitar tahun 1970-an, baru ada madrasah yang didirikan oleh kedua orang tua saya,'' kata pria yang memiliki jiwa berdagang sejak kecil ini ketika menceritakan kisah perjalanan hidupnya di rumah dinasnya, Jalan Gajah Mada Pekanbaru.

Diceritakan Hijazi, madrasah yang sempat dibangun orang tuanya itu dulunya berada di dekat sungai yang saat ini telah dibangun jembatan penyeberangan Rumbai. Berniatkan ketulusan untuk mengajar agama, madrasah tersebut menjadi tempat belajar anak-anak di Desa Mumpa Inhil dengan kondisi seadanya beratap rumbia dan berlantai tanah.

''Jadi di Desa Mumpa yang sangat luas itu hanya ada satu sekolah. Setelah madrasah jalan, baru dibuat SD tapi masih swasta. Baru sekira tahun 1974 dibuat negeri. Tapi kalau sore tetap jadi madrasah, orang tua saya tetap mengajar mengaji,'' tuturnya.

Hijazi pun menamatkan sekolahnya di SD Negeri Hidayat Mumpa Inhil pada tahun 1980. Saat hendak melanjutkan pendidikan tingkat sekolah menegah pertama (SMP)-nya, Hijazi terpaksa berpisah dari orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Tembilahan Inhil (lulusan 1983) dan jenjang sekolah menengah atasnya di SMA Negeri 2 Tembilahan Inhil (lulusan 1986).

''Karena SMP belum ada, saya melanjutkan sekolah ke Tembilahan dan tinggal bersama nenek. Waktu itu paman saya seumuran, jadi sama-sama sekolah. Kalau ditinggal nenek pergi ke kebun di Sapat Kuala Indragiri, saya dirumah dengan paman saja,'' tuturnya.

Bakat Berdagang Sejak Kecil
Selain menjadi guru madrasah, orang tua Hijazi menyambi berladang padi tadah hujan dan berdagang. Sehingga, sewaktu kecil Ahmad Hijazi selalu membantu orangtuanya berdagang kebutuhan harian di rumahnya. Kalau malam dan subuh, orang tua Hijazi mengajar mengaji menggunakan kitab kuning.

Sementara ketika berladang, orang tuanya dibantu oleh murid-murid madrasah dengan suka rela. Pada saat itu, kenang Hijazi, madrasah yang didirikan orang tuanya tak bergaji dan tidak memungut biaya sekolah.

"Tidak bergaji di madrasah, kalau pun ada iuranNya untuk memperbaiki sarana prasana di madrasah. Gantinya, guru dan murid gotong-royong membantu di ladang. Kadang setiap minggu, murid-murid berdatangan membantu ke ladang dan kami yang menyiapkan makanan," kenangnya.

"Usai pulang sekolah jalan kaki sekitar 3 kilometer, saya di rumah mengurusi dagangan barang harian. Di depan rumah sempat dibuat semacam kios barang harian. Sudah dilatih berdagang sejak kecil, kebetulan di sana itu dulu tempat pemukiman transmigrasi pada tahun 1980-an," kata suami dari Hj Rabaina SSi Apt ini.

Perjuangan Ahmad Hijazi Melanjutkan Kuliah
Nasihat ibunda tercintanya yakni Hj Hasanah Hasan berpesan agar Hijazi selalu bersikap mandiri dan ikhlas. Sehingga, sewaktu ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, Hijazi harus mengumpulkan uang sendiri untuk membiayai kuliahnya dengan bekerja di perkebunan kelapa di Pulau Burung, Guntung, Inhil.

"Ibunda selalu bilang sama saya, jangan suka bergantung pada orang, biasakan mandiri dan ikhlas saja menjalani hidup. Makanya saya tak mau terlalu membebani orang tua. Setelah uang terkumpul dari jerih payah bekerja, saya tes UMPTN di Universitas Riau," tuturnya.

Dikatakan Sekdaprov Riau ini, waktu itu ia tak bisa mengambil kejuruan pendidikan guru karena tengah mengejar beasiswa Supersemar pada masa Orde Baru. Akhirnya ia mengambil Fakultas Ekonomi (FE) dengan jurusan Manajemen (lulusan 1993) untuk menjembatani jiwa berdagangnya sejak kecil dulu.

"Alhamdulillah, saya membiasakan hidup mandiri. Mendapat beasiswa Supersemar dan sempat mengajar ngaji dari rumah ke rumah untuk biaya kuliah. Jadi tidak terlalu bergantung," cerita pria yang menamatkan Program Pascasarjananya di Universitas Airlangga Surabaya Jurusan Ilmu Manajemen (S2) lulus tahun 2006 ini.

Untuk pengalaman berorganisasi, mulai dari SMA hingga kuliah, Hijazi termasuk remaja yang aktif berorganisasi, mulai menjadi Ketua OSIS SMA Negeri 2 Tembilahan (1984-1985), Wakil Ketua Senat Mahasiswa FE (1989-1990), Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa FE (1990-1991), Presidium Senat Mahasiswa Unri (1990-1991), Ketua Divisi Dakwah Remaja Masjid Akramunnas Unri (1990-1991), Wakil Ketua Economic Faculty English Club, dan Ketua Umum Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Inhil (Hippmih) Pekanbaru (1991-1993).

Memulai Karier PNS dari Nol dan Bergaji Rp120.160
Sepak terjang Ahmad Hijazi dalam meniti karier menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun dimulai dari nol sebagai Staf Bina Program Kanwil Departemen Perindustrian Riau, golongan Penata Muda III/a (CPNS). Gaji pokok yang diterimanya saat itu ialah sebesar Rp120.160 pada tahun 1994.

Kemudian, ia sempat menjabat sebagai Plt Kepala Seksi Industri Aneka Kantor Departemen Perindustrian Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau tahun 1995, Kasubsi Sarana Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan Kandepperindag Kota Batam Provinsi Riau tahun 1996, Kepala Seksi Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka Kandepperindag Kodya Batam tahun 1999.

Kariernya pun semakin menanjak, saat menjadi Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan Disperindag Batam Riau (2001), Plt Kasubdin Bina Program Disperindag Batam (2001), Plt Kadisperindag Batam (2002-2003), hingga menjadi Kasubdin Perdagangan Luar Negeri Disperindag Batam Provinsi Kepulauan Riau (2003).

Selanjutnya, ia menjabat sebagai Kadisperindag Kepulauan Riau (2004), Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Batam (2008), Staf Ahli Walikota Batam bidang Tata Kota, Transportasi Massa dan teknologi informasi Batam (2012).

Lalu, ia menjabat sebagai Sekretaris Bappeda Riau III/a pada tahun 2015 dan dilanjutkan dengan posisinya sebagai Plt Kepala Bappeda Riau menggantikan M Yafiz yang pensiun pada 1 Juli 2016 lalu.

"Dalam empat tahun, saya sempat tiga kali naik jabatan. Hampir belasan tahun berkecimpung di dinas perdagangan mulai dari nol bergaji Rp120 ribu per bulannya. Hingga akhirnya, saya pindah ke Pemprov Riau menjabat Sekretaris Bappeda dan setelah sebelas bulan kemudian menjadi Sekda," kata Ahmad Hijazi yang akhirnya menikah Hj Rabaina pada tahun 1995 dan dikaruniai lima orang anak yakni Habiburahman lahir Inhil, M Haekal, Maulana W.Ahmad, Najwa Izzatiljannah, dan M Ahkam Assiddiqy.

Adapun riwayat penghargaan yang pernah diterimanya semasa kerja, yaitu Anugerah Kenaikan Pangkat Prestasi Luar Biasa dari Walikota Batam pada tahun 2003, meraih Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 10 tahun dari Presiden RI pada tahun 2006, dan meraih penghargaan atas pengabdian sebagai ketua/anggota Badan Penyelesaiaan Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Batam Periode 2008-2013 dari Walikota Batam.

Tetap Ingin Menjadi Pendidik
Meski telah mengabdi belasan tahun sebagai PNS, Hijazi tetap ingin mewujudkan cita-citanya semasa kecil untuk menjadi guru (pendidik). Bahkan, sewaktu masih bekerja di Batam (Kepulauan Riau), ia sempat menjadi dosen kurang lebih selama delapan tahun mengajar bidang ekonomi pada sebuah sekolah tinggi ekonomi di Batam.

"Masa tua tetap ada keinginan untuk mengajar. Dulu di Batam menyambi menjadi dosen. Sekarang pun kalau pulang ke Batam masih mengajar," ujarnya. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

Sumber:
GoRiau.com

Kategori : Riau, Umum, Pemerintahan
wwwwww