Luas Hutan dan Lahan yang Terbakar di Riau Diklaim Berkurang 50 Persen

Luas Hutan dan Lahan yang Terbakar di Riau Diklaim Berkurang 50 Persen

Helikopter BNPB jenis MI-8 melakukan pengeboman air di atas areal hutan dan lahan yang terbakar di Desa Medang Kampai, Dumai, Riau, Selasa (9/8/2016). (foto: antara)

Kamis, 03 November 2016 19:50 WIB
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mencatat luas kebakaran hutan dan lahan di wilayah ini mencapai 3.902 hektar dari Januari-Oktober 2016 atau berkurang dari tahun lalu mencapai 6.900 hektar. "Luas lahan jauh berkurang. Jika dibandingkan dengan 2014, total luas kebakaran hutan dan lahan di Riau bahkan mencapai 23.000 hektar," kata Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau Jim Gafur kepada Antara sebagaimana dikutip potretnews.com di Pekanbaru, Kamis (3/11/2016).

Pemerintah Provinsi Riau mengklaim keberhasilan Riau menekan angka kebakaran hutan dan lahan tersebut tidak lepas dari koordinasi yang baik antara TNI, Polri, BPBD serta peran serta masyarakat yang tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Karhutla.

Sejak dibentuk pada awal 2016 dengan posko utama yang terletak di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Satgas Karhutla yang dipimpin Komandan Resor Militer 031/WB Brigjen Nurendi terus menggempur titik-titik api baik melalui jalur darat maupun udara.

Selain itu, Polda Riau yang merupakan bagian dari Tim Gakkum memainkan peran dengan baik terhadap para pelaku pembakar lahan. Tercatat, 96 orang tersangka pembakar lahan dan 2 korporasi yang ditangani Polda Riau.

Hasilnya, untuk pertama kali selama 18 tahun terakhir Riau dianggap berhasil memutus mata rantai bencana kabut asap yang terjadi setiap tahun.

Sementara itu, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengklaim Riau bebas kabut asap karena pemerintah dan Tim Satgas Pencegahan Kebakaran Hutan berhasil melakukan upaya pencegahan dengan maksimal. Upaya pencegahan tersebut juga diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo.

"Salah satu upaya kita dengan memelihara dan merestorasi gambut. Hal ini sangat efektif untuk mengurangi kebakaran hutan dan lahan yang berimbas menjadi kabut asap," katanya.

Namun, aktivis lingkungan hidup Jaringan Kawasan Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) menilai hal tersebut tidak terlepas dari faktor cuaca. Musim panas tahun ini diterpa badai La Nina yang menyebabkan hujan.

"Artinya, musim panas tahun ini diguyur hujan. Meski kebakaran hutan dan lahan masih tetap terjadi," kata Made Ali, Wakil Koordinator Jikalahari.

Badai La Nina juga mempermudah pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Tim Satgas Penanggulangan Bencana Daerah menghentikan pemadaman water bombing menggunakan helikopter, meski titik panas dan titik api ditemukan di beberapa wilayah.

Kondisi cuaca tersebut berbeda dengan tahun lalu. Selama empat bulan, Agustus-November 2015, kebakaran hutan dan lahan terus terjadi hingga menyebabkan kabut asap. Bencana kabut asap tahun lalu merupakan bencana terparah selama 18 tahun.

Kepala Badan Meteorologi dan Klimatologi Pekanbaru Sugarin mengatakan tahun lalu badai El Nino menerpa Riau dan beberapa wilayah Indonesia. El Nino merupakan badai kemarau panjang.

"Tahun lalu ada El Nino, musim kemarau berkepanjangan. Tahun ini, ada La Nina, musim kemarau yang diterpa hujan badai," kata Sugarin. ***

Editor:
Fanny R Sanusi

wwwwww