Home > Berita > Rohil
Ini Alasan H Wan Syamsir Yus Ikut Pencalonan Bupati Rokan Hilir

Demi Kecintaan terhadap Rakyat dan Kampung Halaman Ikhlas ”Turun Kelas”

Demi Kecintaan terhadap Rakyat dan Kampung Halaman Ikhlas ”Turun Kelas”

Wan Syamsir Yus (kanan) dan Helmi saat pencabutan nomor urut pasangan calon di Bagansiapiapi, beberapa waktu lalu.

Senin, 09 November 2015 22:55 WIB
Mukhlis
PEKANBARU, POTRETNEWS.com - Tidak banyak birokrat di Riau yang memiliki kesempatan dan ”takdir” menjadi pejabat karier nomor satu alias sekretaris daerah provinsi. Dari jumlah yang minim itu, salah satunya tercatat nama Drs H Wan Syamsir Yus. Belakangan, setelah menyelesaikan pengabdiannya sebagai pamong pada Maret 2013 lalu, rencana awal yang ingin menghabiskan sisa usianya dengan lebih banyak berkumpul bersama keluarga, terpaksa ditunda.

Wan, demikian lelaki kelahiran Kisaran, 5 Maret 1953 itu disapa, tak kuasa menolak tatkala sejumlah tokoh masyarakat yang sangat dihormatinya meminta dia untuk balik kampung, guna mendedikasikan pengalamannya di pemerintahan. Memperkuat alasan agar Wan bersedia, para tokoh yang menemuinya ketika itu menyebut jika menjadi pemimpin rakyat juga merupakan ladang ibadah.

Singkat cerita, Wan Syamsir didorong mencalonkan diri sebagai bupati di tanah nenek moyangnya, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Tentu, sebagai manusia biasa, Wan yang sempat berjanji kepada keluarga besarnya, harus berpikir panjang dan perlu meminta saran pendapat mereka.

Karena, dia sangat faham, begitu kembali terjun ke panggung politik dan pemerintahan, waktunya bersama keluarga pasti akan sangat jauh berkurang. Selain itu, terjadi pertentangan di batinnya, mengingat dia sudah pernah menjabat sekdaprov dan telah menduduki posisi setara dengan kontestasi yang diikutinya sekarang.

Alasan lain yang membuatnya perlu berpikir tenang bukan soal kalah menang pada rivalitas pemilihan kepala daerah (pilkada), melainkan pandangan sebagian orang yang (mungkin) menganggapnya ”haus kekuasaan” karena mau-maunya ”turun kelas”.

”Tetapi beliau-beliau (tokoh masyarakat, red) memberi pandangan dan keyakinan bahwa saya harus ’kembali’ ke kampung halaman untuk menata Kabupaten Rokan Hilir menjadi lebih baik dari sekarang,” kata Wan dalam suatu perbincangan, di Pekanbaru, belum lama ini.

Atas dasar hormat dan menghargai ketulusan para tokoh Rohil (di antaranya Fadlah Sulaiman dan Azaly Johan), akhirnya Wan memantapkan hati untuk mencoba menawarkan gagasan sekaligus mendedikasikan kiprahnya di pemerintahan selama ini, lewat pencalonan kepala daerah.

Wan berpendapat, tidak ada istilah ”turun kelas” untuk mengabdi kepada rakyat dan kampung halaman. Karena menurut dia, seorang mantan pejabat tinggi negara atau daerah, tidak bisa dikatakan ”turun” ketika warga memintanya menjadi Ketua RT atau RW. ”Itulah hakikat pengabdian. Tidak dilihat apa jabatan yang diberikan masyarakat kepada kita.”

Secara terang, dia mencontohkan beberapa pejabat negara yang rela menerima amanah sebagai kepala daerah. ”Pak Nurmahmudi Ismail yang mantan Menteri Kehutanan, bersedia mengemban amanah sebagai Wali Kota Depok (sudah mantan, red). Begitu juga dengan Pak Syaifullah Yusuf, setelah menjabat Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal mengabdi sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur. Apalagi saya yang cuma bekas sekda,” kata dia, merendah.

Selama 39 bertugas sebagai aparatur pemerintah, suami dari Jumiati Rachim Harahap yang pernah menjadi Penjabat Bupati Rokan Hilir pada 1999-2000, kemudian Wali Kota Dumai masa bakti 2000-2005, telah melewati suka duka dipimpin 8 gubernur.

Dari mulai kepempinan Gubernur Riau Soebrantas, Imam Munandar, Prapto Prayitno, Atar Sibero, Soeripto, Saleh Djasit, Wan Abubakar, hingga HM Rusli Zainal. "Kita bekerja tanpa pamrih, bekerja sesuai aturan, loyal, dan yang terpenting senantiasa menjalin silaturahmi," tutur suami dari Jumiati Rachim, membuka kiat berkomunikasi dengan atasan.

Tidak hanya piawai berinteraksi dengan kalangan atas, ayah dari 4 anak yang menyelesaikan strata satu (S1)-nya di Universitas Riau, juga tak pernah memandang rendah bawahannya.

"Kita harus memanusiakan manusia. Jabatan itu sudah ketetapan dari Allah. Saya mengawali karier kepegawaian dari golongan I. Pernah jadi hansip, sempat juga merasakan menjadi petugas pemadam kebakaran, dan lain-lain," ujar Wan yang pernah menjabat Camat Bangko pada 1990-1993.

Pada pilkada serentak 2015, Wan Syamsir Yus diusung Partai Golkar berpasangan dengan H Helmi SE, lelaki kelahiran Sekeladi 14 Agustus 1962.

Keputusan DPP Partai Golkar versi Aburizal Bakrie dan Agung Laksono (saat itu masih terbelah), menetapkan pasangan ini bukanlah perkara mudah. Selain harus disurvei untuk mengukur tingkat keterpilihan dan popularitas, peminat yang ”melamar” ke partai berlambang pohon beringin cukup banyak dan hampir seluruhnya memiliki kapasitas.

Namun, setelah melalui proses rapat alot, akhirnya pilihan Aburizal dan Agung beserta sekretaris jenderal masing-masing, jatuh kepada Wan Syamsir Yus dan Helmi.

”Sebagai manusia biasa, tentu kami berharap agar saudara-saudara kita masyarakat Rokan Hilir memberikan kepercayaan kepada kami. Kita memahami apa yang menjadi harapan dan keinginan saudara-saudara tersebut,” ujar calon bupati nomor urut 1 dengan jargon SAH (Wan Syamsir Yus - Helmi) ini. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Rohil, Politik
wwwwww