Kemilau Sungai Hijau di Kampar, Riau

Kemilau Sungai Hijau di Kampar, Riau

Sungai Hijau di Kabupaten Kampar, Riau. (foto: dansapar.com)

Selasa, 29 September 2015 08:49 WIB
KAMPAR, POTRETNEWS.com - Kata orang, hari kerja lebih asyik untuk datang ke Sungai Hijau, Desa Salo Kecil, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar. Selain terhindar macet, pengunjung juga tidak terlalu ramai. Artinya, bisa memilih lokasi yang tepat untuk mandi dan bermain-main bersama keluarga. Sungai Hijau adalah sebuah sungai kecil dengan airnya yang jernih dan dipenuhi batu-batu kecil di sepanjang dasarnya. Kejernihan air membuat batu-batu ini mudah dilihat. Lumut yang tumbuh di sebagian batu-batu kecil dan rumput air yang tumbuh di pinggir sungai, membuat sungai ini semakin terlihat berwarna hijau.

Untuk sampai ke lokasi ini tidaklah sulit. Jarak tempuhnya dengan menggunakan kendaraan roda empat hanya satu jam 10 menit atau henghabiskan sekitar Rp50 ribu untuk BBM kendaraan seperti mobil Avanza. Dengan menggunakan sepedamotor, akan jauh lebih cepat. Banyaknya SPBU di sepanjang jalan raya Pekanbaru-Bangkinang ini juga membuat pengunjung yang datang tidak perlu risau akan kehabisan BBM.

Ada dua jalur yang bisa ditempuh menuju ke lokasi Sungai Hijau. Pertama, jalan lingkar Kota Bangkinang, belok kiri setelah tugu yang biasa disebut Tugu Batu Belah. Jalan aspal mulus ini melewati komplek perkantoran Pemerintahan Kabupaten Kampar. Tidak jauh dari perkantoran inilah letak Sungai Hijau tersebut.

Jalur kedua, melewati jalan raya Kota Bangkinang, tepatnya Jalan Ahmad Yani atau jalan setelah Islamic Centre. Setelah Jalan Ahmad Yani masuk ke Jalan Tuanku Tambusai, baru masuk jalan lingkar. Biasanya, jalur ini lebih padat dan macet dibandingkan jalan lingkar. Karena itu jugalah, jarak tempuh akan lebih cepat melalui jalan lingkar dibandingkan jalan raya Bangkinang.

Masuk ke kawasan wisata Sungai Hijau ini juga sangat murah. Dengan satu mobil Avanza dengan isi enam orang dewasa dan dua anak-anak, hanya dikenakan uang masuk Rp40 ribu, sudah termasuk uang parkir. Hari libur atau akhir pekan, biasanya jumlah pengunjung lebih ramai, seperti Kamis (1/5). Puluhan kendaraan roda empat dan roda dua berjejer rapi di lokasi parkir.

Dari kejauhan, sungai ini sudah terlihat berwarna hijau. Sungai di bagian depan, atau yang lebih dekat ke jalan raya atau bagian hilir, lebih besar dan dalam. Sedangkan semakin ke dalam, atau masuk ke arah kebun dan hutan, atau ke arah hulu, lebih dangkal meski di bagian-bagian tertentu tetap ada yang lebih dalam. Titik paling dalam sungai ini tidak lebih dari 1,5 meter. Sedangkan titik paling dangkal tidak kurang dari 30 cm. Hilir sungai ini melintasi bawah jalan aspal melalui sebuah terowongan yang dibangun khusus oleh pemerintah setempat.

Panjang sungai yang biasanya ramai dimanfaatkan pengunjung untuk mandi dan bermain hanya sekitar 400 meter. Tidak hanya orang tua, dewasa dan remaja, tapi juga anak-anak dan balita. Mereka mandi dan bermain di lokasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ada yang mandi dengan pelampung, bersandar di batang kering kayu yang melintang atau terdampar di sebagian titik sungai, ada juga yang tidur-tiduran begitu saja di atas batu-batu kecil.

Pengunjung tidak perlu risau mencari tempat istirahat. Banyak ruang terbuka yang bersih dengan ukuran lumayan besar. Banyak yang berada di antara akar-akar pohon karet, tapi ada juga yang berupa tanah datar. Di tempat-tempat inilah pengunjung boleh memasang tenda, membuka tikar, duduk istirahat dan makan-makan bersama. Tiba saat salat, pengunjung juga bisa salat di musala yang telah tersedia.

Selain untuk mandi dan bermain air, kawasan wisata ini juga sangat bagus untuk narsis di depan kamera. Tidak heran jika ada pengunjung yang datang hanya untuk berfoto ria saja. Jepret sana-jepret sini, mulai dari di pinggir sungai, dalam sungai hingga atas pohon, semuanya asyik dan indah untuk dijepret.

Misalnya Wati dan teman-temannya. Sekelompok anak muda yang datang dari Pekanbaru ini datang hanya untuk berfoto. Mereka tidak mandi, tidak makan dan tidak duduk lama. Cukup dengan kamera digital atau kamera android yang ada di tangan, merekapun bergaya sepuas mungkin. Sesekali mereka duduk di akar-akar pohon sambil berdiskusi kecil dan menyantap makanan ringan yang mereka bawa.

‘’Tempat ini asyik untuk berlibur. Sejuk. Lokasinya tidak terlalu jauh. Pas untuk kita-kita yang pakai sepeda motor. Biayanya juga tidak banyak. Pokoknya asyiklah,’’ kata Wati sambil tersenyum.

Lain lagi dengan Agung. Pria paroh baya ini datang dengan keluarga besarnya. Tidak tanggung-tanggung, dia datang dengan 17 keluarganya yang lain, mulai dari istri, anak, adik hingga sepupu-sepupunya. Agung dan keluarga datang lengkap dengan menu makan siang, tikar dan tenda. Bahkan sebagian keluarganya ada yang menenteng magic com.

Sebagian pengunjung ingin datang santai tanpa beban, tanpa membawa makanan atau peralatan lainnya. Mereka memilih membeli menu makanan siap saji yang dijual pedagang di sana, seperti pop mie dan sejenisnya. Mereka juga memilih menyewa tikar dan membeli pisang goreng hangat secukupnya. Maka, suasana teduh yang selalu sejuk karena rimbunan pohon karet membuat teriknya matahari semakin tidak terasa. Pisang goreng dan secangkir kopipun menjadi terasa sangat lebih nikmat untuk dihabiskan setelah mandi dan bermain di sungai. Bahkan semakin nikmat ketika matahari di ufuk Barat mulai berpamitan dan menghilang dari wajah siang.***

(Farid Mansyur)
Kategori : Wisata
Sumber:Riaupos.co
wwwwww