Subhanallah… Bersama Keponakannya, Muslimah Ini Tetap Salat meski 19 Jam Terombang-ambing di Laut

Subhanallah… Bersama Keponakannya, Muslimah Ini Tetap Salat meski 19 Jam Terombang-ambing di Laut

Ilustrasi.

Jum'at, 08 Januari 2016 03:54 WIB
SULAWESI, POTRETNEWS.com - Baru-baru ini tragedi kapal tenggelam di perairan Sulawesi Tenggara kembali terjadi. Kali ini KM Marina Baru yang karam karena bocor dan kemasukan air. Insiden kapal penumpang karam tersebut menelan korban hingga 66 orang tewas. Kini pencarian korban kapal tenggelam di perairan Bone tersebut telah resmi dihentikan oleh tim SAR. Namun, ada satu kisah menarik yang masih tersisa dari kejadian tersebut.

Kisah penumpang kapal karam lolos dari maut yang selama 19 jam terombang ambing di laut tetap salat. Kisah pilu ini patut menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap teguh mempertahankan salat di manapun berada selama masih jantung ini masih bisa berdetak dan pikiran masih sadar. Ketabahan seorang wanita ini juga patut diacungi jempol, semuanya diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Sabtu, 19 Desember 2015 kapal KM Marina Baru 2B berangkat dari pelabuhan Kolaka Sulawesi Tenggara menuju Siwa Sulawesi Selatan. Jika sesuai jadwal, kapal tersebut akan sampai ke tujuannya jam 3 sore waktu setempat. Naas, kapal berpenumpang 118 orang tersebut mengalami kebocoran hingga beberapa waktu kemudian tenggelam.

Seluruh penumpang panik tak terkecuali seorang wanita Muslimah bernama Ulfah. Ia melompat ke laut seketika saat kapal mulai karam. Ulfah tidak sendiri melainkan bersama dua keponakannya, satu yang besar masih SMA dan satunya bernama Ikram yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Ulfah menuturkan kejadian memilukan selama berada di tengah laut.

Berdoa agar Aurat Selalu Tertutup
Arus laut dan ombak telah memisahkan Ulfah dengan keponakannya yang besar, ia kini berada di tengah laut bersama Ikram, keponakannya yang kecil. Ulfah tidak panik karena semuanya telah dipasrahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ia hanya berusaha semaksimal mungkin untuk tetap hidup dengan keponakannya.

Tak mau terpisah dengan Ikram, Ulfah menggendongnya dengan posisi kaki melingkari pinggang Ulfah. Sementara tangannya tetap memegang Ikram, dengan begitu kemanapun ombak menerpa mereka berdua tetap bersama. Ikram yang dalam kondisi mencekam tersebut sangaat kooperatif menjalankan semua instruksi tantenya tersebut.

Begitupun dengan Ulfah yang begitu tenang, masih bisa berpikir jernih meskipun maut di depan mata. Itu semua karena Ulfah berserah diri kepada Allah. Bahkan ia sempat berdoa agar tetap tertutup auratnya jika Allah menghendaki ia meninggal di laut.

“Ya Allah, jika takdir hidupku sampai di sini saja, aku memohon kepadaMu…biarkan mereka menemukanku sementara aku masih berpakaian lengkap dengan hijabku…”

Tetap Jalankan Salat di Tengah Laut
Selama belasan jam terendam air laut mereka berdua sangat kelaparan. Tidak sedikit ikan-ikan kecil menggigiti kaki mereka. Saat Ikram merengek kelaparan, tantenya hanya menyuruh si kecil menelan ludah dengan diniatkan agar kenyang. Benar saja, Ikram menuruti apa kata Ulfah meskipun tentu saja hal itu tidak membuatnya benar-benar kenyang.

Malam pun tiba, subhanallah hujan turun dengan lebatnya. Mereka berdua girang bisa meminum air hujan untuk menyambung nyawa hingga pertolongan datang. Di keheningan malam hanya bulan dan bintang yang menemani, mereka tetap berpikiran positif kepada Allah.

Satu hal lagi yang menyayat hati, menjadi tamparan keras agar kita selalu mengingat Allah di manapun dan kapan pun berada. Ulfah dan Ikram tetap melakukan salat dalam keadaan dirinya berada dalam air. Mengenai waktu salat, Ulfah hanya memperkirakan saja.

“Saya masih salat di laut, kalau saya rasa sudah agak lama… saya salat lagi,” tutur Ikram setelah selamat dari maut bersama tantenya.

Masya Allah, selama itu menunggu pertolongan datang, Ulfah tetap tenang dan selalu berpikir positif bahwa Allah akan menolong. Benar saja, sekitar jam 10 pagi terlihat sebuah kapal dari kejauhan. Kapal itu memang milik Tim SAR untuk mencari para korban kapal tenggelam.

Ikram begitu girang, ia berteriak kencang sembari mengucapkan takbir berkali-kali dan melambaikan tangan ke arah kapal. Mereka akhirnya tertolong dan bisa menceritakan kisah pilu lolos dari maut tersebut kepada keluarga dan kerabatnya. Sungguh sebuah kisah yang luar biasa.

Di kala orang lain hanya memikirkan untuk menyelamatkan diri saja, Ulfah tetap tawakkal kepada Allah dengan tetap beribadah. Dalam kondisi seperti itu tentu sangat sulit jika iman tak begitu kuat. Ia juga sangat tabah tak pernah menangisi takdir yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Demikian kisah pilu seorang wanita muslimah lolos dari maut setelah 19 jam terombang ambing di laut bersama keponakannya. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu menyadari bahwa Allah lah yang maha atas segala sesuatu, kita sebagai manusia hanya membutuhkan pertolongan-Nya. ***

(M Yamin Indra)
Kategori : Serbaneka
Sumber:Dream.co.id/Aritunsa.com
wwwwww