Inilah Sejarah Kota ”Siantar Man” Berikut Foto Jadulnya

Inilah Sejarah Kota ”Siantar Man” Berikut Foto Jadulnya

Balai Kota Pematangsiantar tempo dulu.

Jum'at, 27 November 2015 14:45 WIB
PEMATANGSIANTAR, POTRETNEWS.com - Nama Pematangsiantar, di Sumatera Utara, merupakan perpaduan dari dua kata yaitu kata Pematang dan Siantar. Kedua kata ini tidak dapat dipastikan berasal kata dari bahasa Batak sekarang. Ada yang menyebut berasal dari kata Melayu kuno yang sudah diadopsi dalam kosa kata Batak pesisir sehari-hari khususnya di daerah Simalungun. Di abad 20, bila ada orang mengatakan kata ”Siantar” maka akan terkenang atau mengingatkannya pada suatu kota yang terkenal keras, premanis dan banyak jawaranya. Padahal dari Kota Siantar banyak menghasilkan manusia-manusia yang berhasil bahkan sudah pun ada yang sampai menjadi pemimpin negara tercinta ini (maksudnya mantan Wakil Presiden Adam Malik, red).

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_2xkvc_63.jpg

Jalan Merdeka Pematangsiantar tempo dulu.

Pematangsiantar memang terkenal heterogen. Berbagai suku, agama dan budaya ada terdapat di sana. Hal ini yang pada masa lalu kadangkala menimbulkan perselisihan meski tidak sampai meluas.

Dalam beberapa literatur disebut, nama asli Kota Siantar disebut Siattar dan masih terkait dengan kerajaan di Simalungun yaitu yang dikenal orang dengan Raja Jumorlang dan Datu Bolon.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_dmsme_64.jpg

Rumah Raja Siantar.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_tfhfg_65.jpg

 Rumah zaman Belanda di Jalan Vihara.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_52ttx_66.jpg

Bioskop Deli tempo dulu.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_p5nuq_67.jpg

Bioskop Ria tahun 1977.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_tmnpy_68.jpg

Bioskop Ria tempo dulu.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_7yjfm_69.jpg

Gedung BRI Pematangsiantar tahun 1907.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_sqyvd_70.jpg

Gedung BRI Pematangsiantar tahun 1961.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_3wnps_74.jpg

Jalan Bandung tahun 1947.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_7crbh_77.jpg

Museum Simalungun 1939.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_8bqck_78.jpg

Sekolah Sultang Agung tempo dulu.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_4mbgc_81.jpg

Pasar Horas Pematangsiantar tahun 1900-1921.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/27112015/potretnewscom_k5ss2_80.jpg

Kota Pematangsiantar tahun 1938.

Keterangan gambar Kota Pematangsiantar tahun 1938:
1. Balai Kota Pematangsiantar
2. Komplek Taman Bunga
3. Jalan Merdeka
4. Jalan Diponegoro
5. Jalan WR Supratman
6. Jalan dr Soetomo
7. Komplek Pasar Horas
8. Komplek Stasiun Kereta Api Pematangsiantar
9. Aliran Sungai Bah Bolon

Nama Pematangsiantar tersebut diawali dari cerita kedua tokoh ini, yang mana keduanya memiliki kesaktian mandraguna dan saling mengadu kesaktiannya.

Di suatu hari kedua tokoh ini mengadakan pertandingan kesaktian dan bagi pemenangnya akan mendapatkan ”hadiah” yaitu berbentuk tanah atau wilayah dan harta benda serta istri orang yang telah dikalahkan.

Adu tanding kesaktian di kala itu sudah biasa dilakukan. Namun pertandingan antara Raja Jumorlang dengan Datu Bolon dinilai sangat luar biasa karena kesaktian mereka sangat tersohor, sehingga masyarakat jadi penasaran dan ingin segera tahu siapa yang menjadi pemenangnya.

Adu kesaktian pun berlangsung di Bukit Parbijaan di Pulau Holong. Tak diduga dalam adu kesaktian itu dimenangkan oleh Datu Bolon. Secara kesatria, Raja Jumorlang menyerahkan kedudukannya kepada Datu Bolon. Setelah memenangkan pertandingan itu , dia pun mengubah namanya menjadi Raja Namartuah.

Raja Namartuah atau Datu Bolon akhirnya mengawini bekas permaisuri dari Raja Jumorlang dan posisinya tetap sebagai permaisuri (Puanbolon). Dari keturunan ini kelak akan menjadi penerus Kerajaan Siattar, sedangkan anak dari Raja Jumorlang oleh Raja Namartuah dijadikan anak tiri.

Asal mula nama Siattar itu berasal dari nama sebidang tanah di ”attaran” pada Pulau Holong. Dalam bahasa Simalungun ”attar” ditambah akhiran an artinya kata unjuk untuk sebuah wilayah (areal tanah). Lama kelamaan akhiran an ini berubah menjadi awalan ”si”.

Sementara awalan ”si” dalam bahasa Simalungun dipakai untuk sebuah kata tempat dan benda. Setelah digabung, akhirnya kata-kata itu menjadi nama sebuah perkampungan . Lama kelamaan daerah ini makin padat penduduknya dan warga pendatang juga terus bertambah.

Sedangkan kata ”pematang” berasal dan berartikan parhutaan atau perkampungan. Dulu raja yang berkuasa di Siattar tinggal di Rumah Bolon atau huta dan dari keadaan demikian inilah muncul ide tempat tinggal raja disebut pematang. Sehingga jika digabungkan nama itu menjadi Pematang Siantar artinya Istana Raja Siattar.

Sebelum mengalahkan Raja Jumorlang, Datu Bolon atau Raja Namartuah di kala itu sudah memiliki daerah kekuasaan yakni Kerajaan Sipolha. Kama kelamaan kerajaan itu digabungkan ke dalam suatu pusat pemerintahan di Siattar. Uniknya, dalam adat Simalungun, Partuanon Sipolha berkedudukan sebagai Tuan Kaha dan mempunyai hak menobatkan Raja Siattar.

Pertanyaannya mengapa Partuanon Sipolha justru bertindak menjadi Tuan ”Kaha” dari Raja Siantar? Bila kita pergi ke Sipolha, maka di sana akan terdapat suatu Huta bernama Huta Mula dan tempat tersebut didiami oleh Raja Malau.

Generasi Malau Raja yang merantau ke Sipolha kemudian membangun daerah kekuasaanya di sana dan tak bisa dipungkiri bahwa keturunan Malau Raja tersebut datang bersama-sama dengan keturunan dari Silau Raja lainnya yaitu Manik Raja, Ambarita Raja maupun Gurning Raja.

Malau Raja sebagai anak tertua dari keturunan Silau Raja harus bertindak sebagai kakak tertua bagi adik-adiknya yang lain dan tak terkecuali untuk wilayah Sipolha tersebut. Di Sipolha khususnya di Huta Mula maka yang menjadi penguasa kerajaan adalah bermarga Malau.

Oleh sebab itu, di dalam Kerajaan Siattar akhirnya dibagi dalam lima (5) partuanon dan satu parbapaan yaitu;
1. Partuanon Nagahuta.
2. Partuanon Sipolha.
3. Partuanon Marihat.
4. Partuanon Sidamanik.
5. Partuanon Bandar Tungkat.

Sedangkan untuk parbapaan khusus satu yaitu parbapaan Dolok Malela dan Tuan Bangun. Pembagian wilayah ini sampai sekarang masih dipertahankan dan berlaku khususnya dalam budaya. ***

Narasi dikutip dari:
https://indoparsada.blog.com/
(SUMUT NEWS- Edisi 20)

Foto-foto:
https://ekobaladewa1988.blogspot.co.id/

(Farid Mansyur)
Kategori : Serbaneka
wwwwww