Mas Iming, Kisah di Balik Cerita Sukses Kopiah Berumur 100 Tahun

Mas Iming, Kisah di Balik Cerita Sukses Kopiah Berumur 100 Tahun

Mas Iming

Kamis, 10 September 2015 06:05 WIB
PECI merupakan penutup kepala khas orang Melayu. Kemudian peci berkembang menjadi aksesoris penutup kepala umat muslim laki-laki ketika menjalankan ibadah. Peci yang sebagian orang menyebutnya kopiah juga kerap dijadikan sebagai identitas karakter seseorang, salah satunya presiden pertama RI, Soekarno. Tidak ada literatur pasti darimana asalnya aksesoris kepala bernama peci tersebut. Tetapi di Kota Bandung, Jawa Barat ada sebuah toko peci yang mampu bertahan hingga satu abad, yakni peci M Iming. Toko tersebut didirikan seorang pria asli Bandung yang akrab di panggil Mas Iming.

Kini bisnis tersebut diteruskan, Ella HA Soedja'i yang merupakan putri bungsu M Hatta Adang Soedja'i, cucu pertama Mas Iming. Ella merupakan generasi keempat penerus usaha peci tersebut dan masih konsisten mempertahankan keaslian peci M Iming.

Toko M Iming berada di Jalan Ahmad Yani, Bandung atau lebih terkenal dengan sebutan simpang lima Bandung. Toko tersebut berada di deretan toko-toko sepeda di kawasan itu. Toko peci M Iming lebih mencolok dibanding toko lainnya karena bentuk bangunannya yang masih kental dengan arsitektur zaman Belanda.

Sejak 1912
Awalnya Mas Iming mengenal cara memproduksi kopiah setelah menikahi Ningsih, anak dari seorang pemilik hotel di Pasar Baru, Bandung. Mas Iming tidak turut menggeluti bisnis hotel mertuanya, tapi lebih tertarik pada bisnis kopiah yang merupakan usaha dari kakak iparnya, Tayubi. Kemudian sekitar 1906, Mas Iming belajar membuat peci dari Tayubi yang saat itu berjualan di Kawasan Pasar Baru, Bandung.

Setelah beberapa tahun belajar membuat peci, dengan hanya bermodal mesin jahit tangan, pada 1912 Mas Iming mulai membuat peci dan berjualan di pinggir kawasan Prapatan Lima, Bandung, Jawa Barat. Saat itu kawasan tersebut bernama Groote Postweg Jalan Raya Timur dan sekarang namanya berubah menjadi Jalan Jend Ahmad Yani, Bandung.

Ketika itu, M Iming berjualan di tanah milik orangtuanya yang merupakan salah satu bangsawan di sana. Meski berasal dari keturunan seorang yang berada, Mas Iming tidak mau menyusahkan orangtuanya. Dengan hanya dibekali modal berupa lahan, Mang Iming mulai merintis bisnisnya.

Setelah usaha peci tersebut terus berkembang, kemudian pada 1930, Mas Iming membangun rumah yang dijadikan toko peci di Jalan Raya Timur yang kini berubah nama menjadi Jalan Ahmad Yani, Bandung.

Pada masa pendudukan Jepang, rumah itu diduduki penjajah. Mas Iming sempat menyembunyikan berbagai kelengkapan untuk memproduksi kopiah, termasuk semua mesin jahit. Kemudian dia pergi mengungsi. Tidak lama kemudian, Mas Iming mendapatkan hak kepemilikan rumahnya dan memulai kembali usaha kopiahnya.

Hingga kini, usaha peci M Iming sendiri masih berdiri kokoh meski sudah 100 tahun. Usaha kopiah itu terus dikelola dengan konsisten dan dipertahankan oleh keturunan Mas Iming.***

(Mario A Khair)
Kategori : Profil
Sumber:Dream.co.id
wwwwww