Legenda Kerajaan Sri Bunga Tanjung: Kisah Heroik Pelayaran dari Muara Takus ke Sungai Dumai

Legenda Kerajaan Sri Bunga Tanjung: Kisah Heroik Pelayaran dari Muara Takus ke Sungai Dumai

Ilustrasi/Sungai Dumai di Kelurahan Pangkalansesai Kota Dumai. (foto: lenteraputih.com)

Senin, 10 Oktober 2016 21:59 WIB
DUMAI, POTRETNEWS.com - Di sebuah negeri kecil bernama ”Durian Bertakuk Raja” dekat muara takus (sekarang masuk Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar, Riau), tersebutlah sebuah kerajaan kecil yang disebut-sebut punya hubungan yang erat dengan munculnya kerajaan Sri Bunga Tanjung di hulu sungai Dumai. Alkisah Raja kerajaan Muara Takus berniat membuat perahu atau lancang dengan mengerahkan seluruh rakyat mempersiapkannya. Tiga purnama lamanya lancang dibuat tetapi pada waktu akan diturunkan dari galangannya, selama tiga hari tidak dapat dilaksanakan. Seluruh kekuatan rakyat dikerahkan untuk menurunkan lancang ini.

BACA JUGA:

. Begini Kisah Putri Kaca Mayang yang Ditabalkan Jadi Nama Taman Hiburan Kesohor di Pekanbaru

. Melongok Sejarah Berdirinya Kabupaten Kampar

. Inilah Sejarah Singkat Pemberian Nama ”Kuok” dan ”Sungai Kampar”...

Akan tetapi tidak ada tanda-tanda lancang bergerak dari galangannya. Orang-orang yang bekerja menurunkan lancang ini pun memberitahukan kepada raja. Rasa gundah sang raja melihat kejadian ini bertanya-tanya di dalam hati ada apa sebenarnya gerangan dengan lancang ini sehingga tidak dapat diturunkan.

Kemudian perdana menteri memberikan usul kepada raja. ”Paduka raja, mohon maaf beribu maaf jika hamba boleh mengajukan usul, bagaimana kalau kita panggil ahli nujum andal untuk membantu kita.” Sang raja mengangguk seraya berkata, ”Hai perdana menteri, usulanmu cukup bagus dan dapat diterima, maka kuperintahkan engkau mengumpulkan para ahli nujum di negeri kita ini.”

BACA JUGA:

. Bukit Huta Rimba Si Kafir, Sejarah Panjang Negeri Pasir Rokan Hulu

. Danau Janda Gatal di Rohil, Kok Bisa Sih Namanya seperti Itu?

Dengan titah ini prerdana menteri mengumumkan ke seluruh negeri di Muara Takus, agar para ahli nujum berkumpul ke balai atas titah baginda raja, satu per satu ahli nujum berkumpul di balai. Segala perlengkapan upacara yang diminta oleh para ahli nujum dipersiapkan, antara lain, mangkuk berbara api (dupa), beras kunyit, beras basuh, bereteh dan ternang Sembilan buah.

Upacara dimulai dengan diawali oleh masing-masing ahli nujum melempar beras basuh ke dalam ternang, setelah itu satu per satu ahli nujum memberitahukan kepada raja bahwa lancang itu dapat diturunkan dengan syarat digalangi orang yang hamil jolong (hamil untuk pertama kali).

Begitulah pendapat sembilan ahli nujum itu. Walaupun syarat tersebut sangat berat namun sang raja mengumumkan juga kepada semua orang dikerajaannya. ”Bahwa siapa saja yang mau menjadi galang Lancang Kuning tersebut, maka raja akan memberikan lancang kuning tersebut kepada orang yang sanggup menjadi galang itu.”

SIMAK:

. Oknum Ketua Pokja I ULP Dumai Disebut-sebut Beri ”Janji” kepada Peserta Lelang dan Kutip Fee Proyek 5 Persen

. Memalukan… Sudahlah Mabuk Tuak dan Bir di Pos Jaga, 3 Pegawai Dishub Dumai Hajar Sopir Truk hingga Sekarat karena Marah Diberi ”Jatah Preman” Rp10 Ribu

. Asita Riau: Pemerintah Belum Serius Urus Wisata Candi Muara Takus

Berselang beberapa hari kemudian bermimpilah anak pemangku adat kerajaan ini yang bernama Siti Laut, saat itu ia sedang hamil tujuh bulan anak pertamanya bersama suaminya Bakhrum Alam Syah atau lebih dikenal dengan nama Lembang Jagal, dalam mimpinya ia didatangi oleh orang tua dengan pesan, ”Hai Siti Laut, jadilah engkau sebagai galang Lancang Kuning itu, caranya suruh orang menggali tanah di bawah lancang. Buatlah parit untuk kamu berbaring, setelah itu kamu berbaring perintahkan orang menolak lancang tersebut, insya Allah lancang tersebut akan meluncur ke air, dengan syarat jika lancang sudah jatuh ke air, diserahkan lancang ini oleh raja kepadamu, kamu harus pergi bersama lancang tersebut meninggalkan negeri ini, pergilah kamu merantau ke tempat lain, jangan tidak engkau lakukan, jika tidak engkau akan menyesal nanti,” demikianlah mimpinya berturut-turut sampai tiga malam.

Setelah tiga malam mimpinya berulang-ulang akhirnya diceritakanlah kepada suaminya, ”Kakanda, tiga malam aku bermimpi bertutut-turut, agar aku menjadi galang lancang yang sedang bermasalah di negeri kita ini, bagaimana pendapat kakanda.”

Setelah secara rinci mimpi itu diceritakan kepada suaminya Lembang Jagal dan suaminya pun menyatakan, ”Jika benar engkau bermimpi demikian, terserah engkaulah.” Siti Laut bersama suaminya menghadap raja dengan memberitahukan perihal mimpinya yang diterima selama tiga malam berturut-turut .

Keesokan harinya raja mengumpulkan seluruh rakyat negerinya di balai pertemuan, dan mengumumkan perihal mimpi yang di alami anak pemangku adat negeri ini yaitu Siti Laut, bahwa dia bermimpi untuk menjadi galang Lancang Kuning yang bermasalah itu.

Dalam mimpinya Siti Laut didatangi orang tua yang memintanya menjadi galang. Untuk itu, raja memerintahkan perdana menteri agar menyuruh orang agar menggali parit di bawah lancang itu untuk tempat berbaring Siti Laut.

Kemudian raja pun berjanji, jika lancang ini dapat di luncurkan dari galangnya ke air dan yang menjadi galangnya Siti Laut, maka lancang ini pun akan menjadi milik Siti Laut. Setelah persiapan untuk meluncurkan lancang dipersiapkan, maka upacara penurunan lancang pun di mulai dan disaksikan oleh seluruh rakyat negeri Muara Takus.

Di lain pihak, sebelum upacara menurunkan lancang itu dimulai, Siti Laut bermufakat dengan suaminya, ”Setelah kita turun nanti bersama lancang, kita tidak boleh pulang ke rumah lagi. Jika kita keluar dari rumah ini kita harus menyiapkan perbekalan makan beserta perlengkapan lainnya.”

Demikian kesepakatan kedua suami istri itu, berkat keyakinan yang luar biasa dari sang istri akhirnya Lembang Jagal sebagai suami menuruti permintaan sang istri tercinta. Ternyata memang benar lancang yang digalangi Siti Laut setelah mendapat komando darinya.

”Ayo doronglah lancang ini” seketika para petugas segera mendorong lancang ke air dengan mudahnya tanpa aral melintang, dan berdirilah Siti Laut dari parit pembaringannya seraya memandang suaminya. Siti Laut dan suaminya bersama saudaranya yakni Siti Zaleha, Siti Petah, Ahmad dan Ali Iqbal serta beberapa kerabat dekat menjadi awak lancang.

Pelayaran menyusuri lautan pun di mulai dan ia lalui berhari-hari dengan suatu maksud sampailah di suatu tempat impian, karena awak lancang merasa keletihan karena sejak berangkat tidak beristirahat selama dua hari, kemudian dilanjutkan pelayaran dengan membentang layar dari arah Timurlaut menuju barat dan akhirnya sampailah di suatu perkampungan bernama Telukbinjai.

Kemudian rombongan ini menetap di sini selama tiga tahun. Di daerah ini mereka berladang dan tinggal. Akan tetapi karena dikampung ini kurang sesuai untuk berladang ,kemudian mereka memutuskan untuk berpindah ke sungai Dumai tepatnya di Kampong Lubukkuali (sekarang lokasi Kampong Lubukkuali diperkirakan antara Jalan Benteng Pangkalansesai dengan Mesjid Baiturrahman Sungai Dumai).

Di Lubukkuali, dia tinggal bersama rombongannya selama dua tahun, kemudian akhirnya berpindah ke hulu sungai Dumai juga diikuti oleh kepindahan saudara-saudaranya ke tempat lain di antaranya Siti Zaleha pindah ke Pangkalansesai, Siti Petah pindah ke Batupanjang Pulau Rupat, Ahmad pindah ke Pulau Payung dan Ali Iqbal pindah ke Tanjungpenyebal.

Kepindahan saudaranya ini setelah sekian lama bersama dalam satu rombongan bukanlah berpisah tanpa hubungan yang dekat, di antara mereka tetap saling mengunjungi, keempat bersaudara ini nantinya disebut “Empat Pencipta Sakti” di Dumai.

Kepindahan Siti Laut dan suaminya Lembang Jagal dan anak-anaknya ke hulu Sungai Dumai tepatnya di Kampong Bunga Tanjung diikuti pula oleh para pengikut setianya di antaranya para awak lancang yang membawanya dulu.

Suaminya membuka kampung ini menjadi kampung maju dan berpengaruh. Dia pun dijadikan tempat bertanya bagi orang kampong. Banyak persoalan kemasyarakatan ia selesaikan dengan bijaksana. Akhirnya Lembang Jagal dinobatkan oleh masyarakat Dumai pada waktu itu terutama masyarakat Pangkalansesai dan Telukpauh menjadi raja kecil di Kampong Bunga Tanjung dan diubahlah daerah itu menjadi Kerajaan Sri Bunga Tanjung. Jika diruntut, asal mula Lembang Jagal dari kampung halamannya Durian Bertakuk Raja di Muara Takus dia juga sebenarnya seorang keturunan raja.

Suatu seketika Siti Laut berpesan kepada suami dan anak-anaknya dan para dayang-dayang atau pengasuh para putrinya jika ia wafat nanti agar dimakamkan di tanahnya di Lubukkuali. Amanah ini akhirnya dilaksanakan oleh suaminya setelah ia wafat. maka dimakamkanlah jenazah istrinya di Lubukkuali, dan untuk memberi tanda makam istri tercinta, Lembang Jagal memancung dahan kayu besar dan menanamkan di atas makam itu. Akhirnya tumbuhlah kayu itu menjadi besar dan kita kenal sebagai kayu cengal (tempat ini sekarang dianggap keramat oleh orang keturunan cina dari Bantan Bengkalis dan diberi nama Putri Cangal) tepatnya di ujung Jalan Cengal Sakti Kelurahan Pangkalansesai.

Putri-putri dari Siti Laut dan Lembang Jagal yang pertama adalah Putri Lindung Bulan yang diasuh oleh seorang pengasuh atau dayang bernama Putri Awan Panjang, kedua bernama Putri Mayang Mengurai diasuh oleh pengasuh bernama Puteri Awan Senja dan putri yang ketiga bernama Putri Ketimbung Raya diasuh oleh dua orang dayang bernama Puteri Perdah Patah dan Mustika Kencana.

Tiga putri dari Siti Laut dan Lembang Jagal serta keempat pengsuh dayang inilah yang akhirnya disebut sebagai Putri Tujuh.

Kesimpulan
Kisah ini menggambarkan kesetiaan dan demokrasinya suami istri yang rela mengarungi suka duka kehidupan, bak kata orang tua-tua ”Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Itulah gambaran suami istri Siti Laut dan Lembang Jagal.

Rasa setia kawan dan persaudaraan ditunjukkan pula dalam perjalanan pelayaran rombongan Siti Laut dari negeri asalnya hingga sampai ke Dumai, ditambah sikap bertindak bijaksana sang suami dalam segala keputusannya, inilah kiranya dapat dijadikan pelajaran dan renungan kita semua. *** #POTRETRIAU #Semua Berita Kota Dumai, Klik di Sini

Editor:
Wawan Setiawan

Sumber:
Sasanakreatif

Kategori : Potret Riau
wwwwww