Makamnya Berdampingan dengan Makam Jenderal Nasrani, Cermin Raja Narasinga II Toleran terhadap Perbedaan Agama

Makamnya Berdampingan dengan Makam Jenderal Nasrani, Cermin Raja Narasinga II Toleran terhadap Perbedaan Agama

Makam Raja Narasinga II dan Makam Jenderal Verdicho Marloce, berdampingan.

Sabtu, 21 November 2015 13:05 WIB
RENGAT, POTRETNEWS.com - Dua makam yang berdampingan yakni Makam Raja Narasinga II dengan makam bekas tawanan perangnya yang kemudian diangkat sebagai menterinya yakni Jenderal Verdicho Marloce berdampingan. Makam Raja Narasinga II yang ornamennya melayu simbol seniotik Islamic. Sementara, makam Jenderal Verdicho Marloce identik dengan simbol seniotik identitas diri Nasrani yang berlambangkan salib pada batu nisannya di sebelah Makam Raja Narasinga II.

Kedua makam ini terletak di Kawasan Cagar Budaya peninggalan sejarah kerajaan Indragiri, di Desa Kota Lama kecamatan Rengat Barat, kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.

Raja Narasinga II ini berperang dan berjuang merebut Kota Malaka dari kekuasaan kerajaan Portugis di bawah komando Jenderal Verdicho Marlos sebagai panglima perangnya, selama 20 tahun antara tahun 1512 sampai 1532.

"Jenderal Verdicho Marloce beragama Nasrani, namun mengabdikan diri kepada Raja Narasinga II yang notabene beragama Islam. Artinya Jenderal Verdicho mengabdi pada Islam, namun tetap pada agamanya hingga akhir hayatnya," ujar Saharan, Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batu Sangkar Wilayah Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu, seperti dikutip potretnews.com dari merdeka.com.

Dikatakan Saharan, Jenderal Verdicho sebelumnya merupakan panglima perang Portugis yang memiliki otak pintar. Namun saat perang melawan Raja Narasinga II di Selat Malaka yang dikenal dengan perang Teluk Ketapang sekitar Abad ke 15, Jenderal Verdicho dan anak buahnya kalah dan menjadi tawanan perang.

"Pada perang itu dimenangkan oleh Raja Narasinga II, sementara Jenderal Verdicho menjadi tawanan perang raja Narasinga, hingga akhirnya dimanfaatkan menjadi menteri di kerajaan Indragiri karena kepintarannya," kata Saharan.

Hingga pada akhirnya, Raja Narasinga II meninggal lebih dulu daripada Jenderal Verdicho. Kemudian jenazah Jenderal Verdicho dimakamkan bersebelahan dengan Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya.

"Dilihat dari jenis batu nisannya, Raja Narasinga II lebih dahulu wafat, kemudian disusul Jenderal Verdicho Marlos. Sehingga diberikan sebuah penghormatan kepada Jenderal Verdicho dimakamkan lah di sebelah makam Raja Narasinga, sejajar dengan para menteri lainnya," katanya.

"Artinya, Narasinga II memegang teguh kebijakan kerukunan antar umat beragama, karena tidak pernah memaksakan Jenderal Verdicho untuk pindah agama," lanjut Saharan.

Raja Narasinga II bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandar Syah Johar Jirullah fil Alam, Sultan yang ke IV, Sultan Pertama di Indragiri.

"3 Sultan sebelumnya posisinya tidak di Indragiri namun tinggal dan menetap di Malaka, sedangkan Raja Narasinga II inilah Sultan Indragiri pertama yang menetap di Indragiri makanya disebut Sultan Indragiri yang pertama," jelas Saharan.

Menurut Saharan, Raja Narasinga II juga menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya, saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia.

"Kalau dilihat peta sekarang, wilayah kekuasaan Raja Narasinga II itu meliputi Malaka Raya termasuk Malaysia dan Riau, yang dibuktikan dengan munculnya kerajaan Sijori (Singapore Johor Riau) di Daek Lingga kepulauan Riau," terang Saharan.

Narasinga dijemput dengan menggunakan rakit kulim oleh Datuk Perpatih Nansabatang ke Malaka, lalu dibawa ke Indragiri, karena di Indragiri tidak ada pemimpin saat itu.

Menurut Saharan, Raja Narasinga II menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya, saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia.

"Kalau dilihat peta sekarang, wilayah kekuasaan Raja Narasinga II itu meliputi Malaka Raya yakni (sebagian wilayah) Malaysia dan Riau, yang dibuktikan dengan munculnya kerajaan Sijori (Singapore Johor Riau) di Daek Lingga kepulauan Riau, sebagai wilayah penyebaran agama Islam oleh Raja Narasinga II bersamaan dengan Raja dan ulama lainnya," terang Saharan.

Menurut Saharan, dalam menyebarkan agama Islam, Raja Narasinga mengembangkan ajaran Tarikat sattariyah bersama Syech Abdul Rauf Singkili. Mereka berpegang teguh kepada Islam, Iman dan Ihsan.

"Ajarannya kuat iman kuat taat, kuat taat kuat syariaat, kuat syariaat kuat hakikat, dan kuat hakikat kuat Maarifat, itu merupakan pendalaman ajaran agama Islam versi Syech Abdul Rauf sebagai penasehat ritual Raja Narasinga II," jelas Saharan.

Atas ajaran tersebut, alhasil banyak masyarakat Indragiri yang memeluk hingga mendalami ajaran agama Islam. ***

(Akham Sophian)
Kategori : Potret Riau
Sumber:Merdeka.com
wwwwww