Mengapa Kurikulum Selalu Berubah?

Mengapa Kurikulum Selalu Berubah?

Ilustrasi/Sumber foto: RADAR DEPOK.

Minggu, 24 Juli 2022 09:26 WIB

Oleh Yasriana Ratih

KURIKULUM adalah hal yang sangat penting dalam pendidikan, sehingga kurikulum sering dinyatakan sebagai jantungnya pendidikan.

Apa itu kurikulum?
Kurikulum adalah pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu dari pendidikan. Menurut Olivia (1997:12 dalam Hasan, tt: 2) kurikulum adalah sebuah bangunan atau konsep atau verbalisasi ide yang sangat kompleks atau juga seperangkat ide. Jadi, dapat kita ketahui bahwa kurikulum adalah suatu perangkat dalam pembelajaran yang sangat penting dalam mencapai apa yang diharapkan.


Kurikulum adalah seperangkat gagasan-gagasan baru, yang dirancang secara bersama dengan memikirkan kekurangan serta kelebihannya secara matang sehingga dapat menjadi suatu konsep yang tepat yang dapat digunakan pada proses pembelajaran untuk mencapai mutu pendidikan.

Menurut Ralph Trayler dalam bukunya “The basic principle of curriculum” mengungkapkan, ada 4 komponen dalam kurikulum yaitu :
1. Tujuan
2. Konten
3. Metode atau Cara
4. Evaluasi

Sebagian negara di dunia mengklasifikasikan komponen kurikulum melalui tiga hal yaitu :
1. Tujuan Pembelajaran/ Konten
2. Panduan Pedagogi
3. Panduan Asesmen
Komponen–komponen inilah yang digunakan untuk mendesain kurikulum pembelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik. Mulai dari kompetensi apa yang akan dimiliki peserta didik sampai proyeksi masa depan mereka serta bagaimana cara mewujudkan atau mencapai kompetensi tersebut.

Mengapa kurikulum di Indonesia terus berubah–ubah?
Pertanyaan ini selalu muncul di benak kita. Bahkan ada sebagian asumsi yang menyatakan bahwa perubahan kurikulum selalu dikaitkan dengan perubahan susunan kabinet dalam pemerintahan negara Republik Indonesia. Ungkapan yang tidak asing kita dengar bahwa ketika berganti Menteri Pendidikan maka bergantilah kurikulum. Asumsi dan ungkapan ini sangat tidak tepat. Sebenarnya, banyak faktor yang menjadi landasan perubahan kurikulum itu sendiri. Dan tentunya sudah melalui penelitian dan perancangan yang matang serta merujuk kebutuhan zaman.

Kurikulum tidak hadir secara tiba-tiba dalam masalah pendidikan secara nasional. Kurikulum harus dirancang dan dipersiapkan sebaik mungkin sesuai dengan perubahan serta kemajuan perkembangan teknologi dan juga zaman. Menilik dari perubahan keadaan, di mana peserta didik hidup pada zaman dan keadaan yang sudah berbeda. Cara berkomunikasi, cara belajar, cara memandang diri dan lingkungannya berbeda dengan keadaan pada zaman-zaman sebelumnya. Pertanyaan yang muncul, keterampilan dan kompetensi apa yang harus dimiliki peserta didik untuk berkontribusi dalam lingkup lokal, nasional dan global. Pentingnya memahami bahwa peserta didik lah yang menjadi acuan perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum ini sangat memberi makna tersendiri bagi saya sebagai pendidik.

Dahulu, pertama kali saya sebagai seorang mahasiswi menjejakkan kaki di sekolah untuk melakukan praktek mengajar di sebuah sekolah yang menggunakan kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) secara nasional di tahun 2004. Kemudian ketika saya pertama kali menjadi guru setelah mendapat gelar kesarjanaan sebagai pendidik, kurikulum berganti menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kemudian kurikulum berganti lagi menjadi Kurikulum 2013 atau lebih dikenal dengan K13 karena lahirnya kurikulum ini di tahun 2013. Kemudian kita juga sempat memakai kurikulum darurat pandemik ketika wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menerpa dunia dan Indonesia tentunya. Menteri pendidikan dan praktisi pendidikan berupaya mencari cara agar peserta didik bisa tetap belajar pada masa pandemic.

Saat ini, kurikulum berganti lagi menjadi Kurikulum Merdeka. Sedikit informasi mengenai Kurikulum Merdeka yang saya rangkum dan kutip dari berbagai sumber.

Apa itu Kurikulum Merdeka?
Nadiem Makarim yang menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI mengatakan, inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar. Konsep ini, dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolok ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama. Kemudian, anak juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai. Kurikulum ini akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah. Mendikbud Nadiem mencontohkan lagi, nantinya di sekolah SMA tidak akan ada lagi jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS atau Bahasa. Ia mengatakan, siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.

“Ini salah satu keputusan atau choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih,” ucapnya.

Dilansir dari laman kurikulum.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi murid. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah:
1. “Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila.
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Ada beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka. Apa saja itu? Ini penjelasan Nadiem Makarim :
1. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik (siswa) pada fasenya.
2. Tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA. Peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya. Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
3. Lebih relevan dan interaktif di mana pembelajaran melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya: isu lingkungan, kesehatan dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Dengan kelebihan Kurikulum Merdeka yang diungkapkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, diharapkan hadirnya kurikulum ini mampu memenuhi kebutuhan peserta didik "Zaman Now". Sehingga Pertanyaan mengapa kurikulum selalu berubah–ubah tidak perlu digembar gemborkan lagi. Saat ini, yang paling tepat kita lakukan adalah mencari informasi dan belajar memahami penerapan kurikulum terbaru, Kurikulum Merdeka.

Pemerintah sudah berupaya untuk membuat pendidik memahami karakteristik Kurikulum Merdeka dengan dilakukannya pelatihan mandiri secara online yang dinaungi oleh kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pelatihan online ini cukup sangat membantu bapak dan ibu guru, mereka masih bisa mengajar dan belajar di sela-sela waktu senggang untuk lebih memahami praktek nyata kurikulum terbaru ini. Langkah yang diambil oleh Mendikbud Nadiem Makarim sangat bagus dan tepat dengan menerapkan pelatihan mandiri secara online dalam memberikan edukasi kepada bapak dan ibu guru. Bapak ibu guru bisa mengulang-ulang materi pelatihan mandiri yang disajikan, kemudian melakukan aksi nyata untuk menerapkan pemahaman yang didapat dari pelatihan mandiri tersebut. Selanjutnya diharapkan, ketika Kurikulum Merdeka ini mulai diterapkan di sekolah-sekolah, bapak dan ibu guru mampu memberikan praktek yang tepat kepada para peserta didiknya.

Selanjutnya, dengan banyaknya informasi yang diberikan melalui media cetak online mau pun offline, diharapkan juga mampu memberikan informasi dan edukasi kepada publik tentang perlunya perubahan kurikulum dan pengenalan kurikulum terbaru.

https://www.potretnews.com/assets/imgbank/24072022/potretnewscom_gpxhh_2422.jpgPenulis, Yasriana Ratih, S.Pd adalah Guru SMA Negeri 3 Bengkalis.

Kategori : Opini
wwwwww