Pemilu Usai, Pesta Demokrasi Berakhir Duka

Minggu, 21 April 2019 17:40 WIB
pemilu-usai-pesta-demokrasi-berakhir-dukaWahyudi Ilfahman.
Oleh Wahyudi Ilfahman*

GEGAP gempita dan sorak-sorai pesta demokrasi akbar yang melansungkan pertarungan politik multilevel secaral serentak, mulai dari pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR-DPD RI, DPRD provinsi hingga DPRD kabupaten/kota yang berlangsung pada 17 April 2019 menyisakan banyak cerita suka, duka, dan kebanggaan. Memang, Indonesia tengah menjadi pusat perhatian negara-negara dari berbagai belahan penjuru bumi.

Bahkan tidak sedikit negara yang menyampaikan apresiasi dan pujian bagi Indonesia atas keberhasilannya melangsungkan 5 kontestasi politik secara bersamaan, dan berjalan sukses.

Walaupun sebenarnya kalau kita lihat lebih jauh lagi masih banyak menimbulkan  sejumlah polemik. Mulai dari penetapan daftar pemilih tetap (DPT) yang bermasalah, kekurangan surat suara dan masalah-masalah klasik lainnya.

Tapi pada tulisan ini penulis tidak membahas masalah-masalah tersebut, tentunya ini akan terus menjadi ”PR” dan bahan evaluasi pemangku kebijakan dan pihak-pihak berkepentingan  dalam rangka perbaikan kualitas pemilu ke depan.

Namun, dibalik euforia tuntasnya pertarungan demokrasi yang begitu semarak dan mencuri perhatian dunia, ada duka yang membuat Ibu Pertiwi menangis.

Para pejuang penyelenggara pemilu di tingkat TPS bertumbangan, di rawat di rumah sakit, mengalami kekerasan dan tak sedikit dipanggil Sang Khalik. Bahkan untuk di Jawa Barat, tercatat 12 petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS)  meninggal dunia pasca tugas mulianya sebagai juru adil dalam pemilu serentak tahun 2019.

Tercatat di Kabupaten Purwakarta 2 petugas (Damanhuri dan Carman), Kabupaten Bandung 1 petugas (Indra Lesmana), Kabupaten Tasikmalaya 2 petugas (H. Jeje dan Supriyanto, Kabupaten Kuningan 1 petugas (Nana Rismana).

Di Kabupaten Bogor 1 petugas (Jaenal), Kota Sukabumi 1 petugas (Tatang Sopandi), Kabupaten Sukabumi 2 petugas (Idrias Hadi dan Usman Suparman), Kabupaten Karawang 1 petugas (Yaya Suhaya) dan Kota Bekasi 1 petugas (Ahmad Salahudin). Kejadian ini baru 1 Provinsi, belum daerah-daerah lain yang  tersebar di seluruh pelosok tanah air.

Tidak hanya itu, sebanyak 9 anggota Polri pun gugur saat melaksanakan pengamanan di TPS dan setelah perhitungan berakhir, hal tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo.

Bahkan baru-baru ini Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) dalam akun instagramnya yg terverifikasi merilis daftar jajaran pengawas pemilu yang mengalami sakit/kekerasan/kecelakaan dan meninggal dunia pada saat tugas pengawasan.

Sebanyak 85 orang rawat inap (tersebar di 21 Provinsi 43 Kabupaten/Kota), 137 rawat jalan (tersebar di 20 Provinsi 52 Kabupaten/Kota, 15 orang mengalami kekerasan (tersebar di 21 Provinsi 14 Kabupaten/Kota, 74 orang mengalami kecelakaan (tersebar di 20 Provinsi 47 Kabupaten/Kota) dan meninggal dunia 14 orang (tersebar di 5 Provinsi 11 Kabupaten/Kota.

Sebagian mereka yang menjadi korban dan gugur dalam melaksanakan tugas pemilu 2019 diduga menghadapi masalah yang sama, yaitu faktor kelelahan. Pada pemilu 2019 ini penyelenggara pemilu harus bekerja ekstra keras dari pemilihan sebelumnya, sehingga banyak yang mengalami kelelahan.

Oleh sebab itu, ke depan sebaiknya petugas peyelenggara pemilu dipilih dari masyarakat yang memiliki stamina dan kondisi fisik yang bagus, bahkan bila perlu disertai data tes kesehatan.

Seyogianya kejadian ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah agar dapat membuat regulasi yang jelas sampai ke petugas paling bawah, jangan sampai pesta demokrasi berakhir duka dan mengorbankan rakyat.

Pemilu telah usai. Mari sudahi pertengkaran-pertengkaran karena berbeda pilihan. Kembali rajut persaudaraan sesama anak bangsa. Berhentilah sejenak untuk klaim kemenangan jagoan versi masing-masing sampai menunggu keputusan resmi KPU.

Bersimpatik dan doakanlah mereka yang telah gugur dalam menjalankan tugas negara, mereka yang di era mengisi kemerdekaan ini telah mengorbankan jiwa dan raganya. Mereka yang dengan bangga sebagai ujung tombak penyelenggara pemilu sebagai bentuk abdi mereka untuk negara tercinta, walaupun mereka sadar negara membayar dengan tidak seimbang dengan apa yang telah mereka kerjakan dan korbankan.

Terima kasih pejuang pemilu diseluruh pelosok tanah air. Kita bangga bisa memberikan kontribusi untuk Negara sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-masing. Sekali lagi terimakasih pejuang pemilu 2019. ***

*Penulis adalah Kabid KPP HMI Cabang Pekanbaru, Pengawas TPS di Kelurahan Airputih, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru.

Kategori : Opini
wwwwww