Menegaskan Komitmen Lingkungan Indonesia

Menegaskan Komitmen Lingkungan Indonesia

Ilustrasi. (foto: www.greeners.co)

Selasa, 01 Desember 2015 23:23 WIB
PRESIDEN Joko Widodo dan rombongan kemarin berangkat ke Paris, Prancis untuk menghadiri Conference of the Parties (COP) 21 atau KTT Iklim. Pertemuan tahunan yang menjadi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Total 195 negara tergabung dalam konferensi ini. Ini adalah pertemuan ke-21 (COP21), sejak pertama pada 1995 di Berlin. Tujuan COP 21 adalah mengevaluasi kemajuan dalam menangani perubahan iklim dan menegosiasikan perjanjian dan menetapkan tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang merupakan dampak utama perubahan iklim. Pertemuan sebelumnya, termasuk COP3 di Kyoto, Jepang menghasilkan Protokol Kyoto; COP11 menghasilkan Rencana Aksi Montreal; dan COP15 di Kopenhagen, Denmark yang dianggap gagal karena tidak tercapainya perjanjian yang mengikat.

Bagi Indonesia, pertemuan ini sangat penting untuk menegaskan komitmen lingkungannya. Saat ini banyak sorotan akibat kabut asap akibat kebakaran hutan yang dampaknya hingga ke negara tetangga. Indonesia dianggap lalai menjaga lingkungannya, sebab setiap tahunnya selalu ada hutan terbakar yang umumnya untuk membuka lahan perkebunan.

Tak heran ada LSM yang mengampanyekan pemboikotan produk sawit asal Indonesia. Beberapa negara Eropa sempat menolak CPO Indonesia masuk negaranya. Meski sudah mulai surut penolakan tersebut, bukan tak mungkin akan marak lagi jika Indonesia gagal membuktikan komitmennya menjaga lingkungannya.

Presiden Joko Widodo akan menjelaskan masalah kebakaran lahan gambut dalam COP21 di Paris yang berlangsung 30 November sampai 11 Desember mendatang. Akan disampaikan bahwa yang terbakar bukan di permukaan, tapi yang di dalam, sampai 20-30 meter. Masalah lahan gambut sudah menjadi persoalan yang mendunia, sehingga perlu disampaikan dalam forum tersebut. Indonesia berharap dalam COP 21 ditemukan solusi bersama untuk mengatasi masalah kebakaran gambut.

Indonesia berharap kalangan internasional ikut memikirkan solusi kebakaran gambut dan tidak hanya menikmati fungsi Indonesia sebagai paru-paru dunia. Jadi bukan semata-mata hanya menyalahkan Indonesia. Memang Indonesia kerap disalahkan selama terjadi badai El Nino karena menimbulkan asap.

Perubahan iklim adalah isu bersama, tapi negara maju dan berkembang memiliki perbedaan tanggung jawab. Negara maju diharapkan melakukan upaya lebih, sedangkan negara berkembang berkontribusi. Negara maju harus memberikan keuangan, transfer teknologi, dan capacity building di negara berkembang.

Negosiasi di Paris tidak hanya fokus pada komitmen untuk mengurangi gas rumah kaca, tetapi juga aspek keuangannya. Pertemuan sebelumnya telah menetapkan komitmen negara-negara maju untuk membantu negara berkembang mengantisipasi perubahan iklim melalui pembangunan berkelanjutan, sebesar 100 miliar dolar AS per tahun mulai tahun 2020. Diharapkan ada titik temu mengenai bantuan ini sebab ini masalah bersama.

Presiden Jokowi dan timnya mesti memanfaatkan forum ini sebaik-baiknya. Perubahan lingkungan adalah masalah bersama yang perlu kerjasama semua negara, baik maju, maupun berkembang. Semua pihak harus peduli dan berkontribusi demi kehidupan yang lebih baik di bumi.***

Kategori : Opini
Sumber:Hariansib.co
wwwwww