Rektor Unindra: Perubahan di Era Digital Sebuah Keniscayaan

Rektor Unindra: Perubahan di Era Digital Sebuah Keniscayaan

Rektor Universitas Indraprasta PGRI, Prof Dr H Sumaryoto.

Abdul Roni
Rabu, 22 Januari 2020 00:18 WIB

JAKARTA, POTRETNEWS.com — Pesatnya kemajuan teknologi informasi di era digital kian dirasakan masyarakat banyak. Perubahan dari media cetak ke daring (dalam jaringan, red) dirasakan membawa pengaruh yang signifikan dalam kemajuan peradaban.

Tak dapat dipungkiri, teknologi digital membuat persaingan bisnis media pemberitaan semakin ketat. Semakin bertumbuh suburnya media-media daring memungkinkan bagi siapa pun untuk mendirikan perusahaan pers.

Tokoh pendidikan di Jakarta, Prof Dr H Sumaryoto mengatakan, bahwa perubahan media cetak ke online merupakan buah dari kemajuan zaman.

”Perubahan dari media cetak ke elektronik, melalui media sosial, sebetulnya tidak masalah. Yang penting kode etik jurnalistik harus dijaga. Dan, mestinya ajaran agama juga harus masuk. Dalam agama, tidak boleh kita membeberkan aib orang di muka umum. Lah, ini dipegang nggak oleh kode etik? Apalagi langsung di-blow up, walaupun itu fakta," ujarnya, saat berbincang-bincang dengan potretnews.com di ruang kerjanya, Selasa (21/1/2020).

Dia mengingatkan pentingnya kode etik jurnalistik guna menghindari potensi bermasalah. ”Dosen dan guru juga sama seperti wartawan, berpotensi (bermasalah) dikarenakan profesi yang dominan secara oral (mulut, red),” tandas Sumaryoto.

Ketika ditanya tentang standarisasi perusahaan pers dan awak media, dia menjawab bahwa itu merupakan hal yang normatif dan harus dilaksanakan. ”Kalau itu normatif, ya. Namanya perusahaan itu harus berbadan hukum, harus jelas legalitasnya. Karena ini menyangkut publik," ucapnya.

Dia menyebut, perubahan merupakan sebuah keniscayaan yang harus diterima. Maka, yang namanya media cetak lama-lama (mungkin) tinggal riwayat aja. Karena menurut dia, saat ini semuanya serba elektronik dengan jaringan internet dan sebagainya. (Kemajuan) ini merupakan hukum alam yang tidak bisa kita hindari," tambahnya.

Sumaryoto yang merupakan Rektor Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) ini juga mengingatkan lembaga pers ini harus punya prinsip dan memegang teguh moralitas dan objektivitas.

”Berita terkadang menyangkut sesuatu yang (bisa) mencelakakan orang atau menyusahkan orang. Jadi, sebaiknya tidak asal fakta dan tidak membuka aib orang sehingga menjadi konsumsi publik. Ini yang perlu dipikirkan di dalam kode etik jurnalistik. Kita sering lalai melupakan nilai akhlak dan moral,” ucapnyaa, memberi saran.

Secara khusus, menjelang Hari Pers Nasional 9 Februari 2020, Sumaryoto menyampaikan ucapan terima kasih kepada wartawan beserta media yang selama ini bersinergi dan berkolaborasi mendukung dan mengembangkan Unindra dalam pemberitaan yang positif sehingga dikenal sebagai universitas berbiaya paling murah di Provinsi DKI Jakarta. Dia juga berpesan di dalam gaung kebebasan pers agar kiranya pers harus mandiri, secara prinsip dalam artian tidak mudah diintervensi. ***

Kategori : Nusantara
wwwwww