Sehari Setelah Mengaku Anak Jenderal Polisi Arman Depari, Siswi SMA yang Ancam Polwan Kehilangan Ayah Kandungnya

Sehari Setelah Mengaku Anak Jenderal Polisi Arman Depari, Siswi SMA yang Ancam Polwan Kehilangan Ayah Kandungnya

Sonya Depari, siswi SMA Methodist 1 Medan membentak dan mengancam Polwan, Rabu.

Jum'at, 08 April 2016 00:39 WIB
MEDAN, POTRETNEWS.com - Makmur Depari, ayah kandung siswi SMA yang membentak dan mengancam Polwan di Medan, Sumatera Utara, diberitakan meninggal dunia di RS Mitra Sejati Medan. Informasi tersebut dibenarkan Kapolresta Medan AKBP Mardiaz Kusin Dwihananto, Kamis (7/4/2016). "Benar, ayah kandung Sonya yang mengaku anak Arman Depari meninggal dunia," kata Mardiaz seperti dikutip Tribun Medan.

Sebelumnya diberitakan, siswi SMA Methodist 1 Medan itu membentak dan mengancam Ipda Perida Panjaitan saat mobil yang membawa dia dan teman-temannya dihentikan karena konvoi, seusai Ujian Nasional, Rabu (6/4/2016). Dalam peristiwa ini, Sonya mengaku sebagai anak Irjen Arman Depari, Deputi Penindakan BNN.

"Oke Bu, aku enggak main-main ya, kalau sampai fotoku masuk koran, aku tandai ibu. Aku anak Arman Depari," katanya sambil menunjuk-nunjuk Polwan tersebut.

Sementara itu, Arman Depari akhirnya mengakui, Sonya merupakan keponakannya. "Memang betul, (Sonya) anak saudara saya," kata Arman Depari, Kamis (7/4/2016). Arman meminta maaf kepada Polri dan masyarakat. Permintaan maaf ini disampaikan atas tindakan yang dilakukan Sonya.

Arman mengatakan, dia melakukan pengecekan terhadap video tentang Sonya, yang sedang tersebar. Setelah pengecekan, dia mengaku bahwa Sonya memang anggota keluarganya.

"Memang, setelah dapat informasi, saya tegaskan bahwa saya enggak punya anak perempuan. Anak saya laki-laki," katanya.

"Setelah saya mendapat video kiriman lagi, baru saya tanya kepada keluarga bahwa memang betul. Setelah itu, kemudian ditegaskan bahwa itu memang keluarga besar saya," tambah dia.

Arman mengaku mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi, baik dari keluarga maupun rekan-rekannya, terkait tindakan yang akan diambil atas perilaku keponakannya.

"Nah, saya melihat ini memang ada sesuatu yang salah. Kemudian, saya juga melihat bahwa ini mungkin karena dia mau jadi pahlawan di antara teman-temannya. Mungkin begitu, ya," katanya.

Namun, dia tidak tahu hukuman yang akan diambil terhadap keponakannya itu, apalagi setelah kepergian saudaranya, yang meninggal akibat insiden ini. "Kalaupun saya harus marah, apakah saya harus gampari? Atau dengan anak-anak seperti ini, apakah harus saya laporin polisi untuk dipenjara?" ucap Arman.

Oleh karena itu, Arman mengaku, dia lebih baik mengambil sikap meminta maaf atas tindakan yang dilakukan oleh anggota keluarganya itu.

"Saya meminta maaf, terutama kepada Polri, bahwa apa yang telah dilakukan keluarga saya ini memang sungguh tidak terpuji," katanya. Dia juga mengapresiasi personel polantas yang katanya mengambil tindakan profesional dan mengayomi siswi yang terkena tilang.

"Saya melihat tindakan mereka cukup profesional dan sangat mengayomi. Oleh karena itu, saya dari keluarga menyampaikan permohonan maaf saya. Saya kira itu," katanya.***

Editor:
Farid Mansyur

Sumber:
Kompas.com

Kategori : Nusantara
wwwwww